Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat CIA yang bekerja di luar negeri dituduh mengungkapkan dokumen rahasia yang diduga merinci persiapan Israel untuk melakukan serangan balasan terhadap Iran, menurut sebuah laporan pada Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip catatan pengadilan dan sumber yang mengetahui kasus tersebut, The Washington Post melaporkan bahwa pejabat tersebut, Asif W. Rahman, ditangkap di Kamboja pada Selasa dan dibawa ke wilayah luar negeri AS di Guam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Kamis 14 November 2024, dia didakwa di pengadilan federal di Virginia Utara, dekat markas CIA di Langley, dekat Washington, DC.
Rahman menghadapi dua dakwaan berdasarkan Undang-Undang Spionase karena sengaja menyebarkan informasi rahasia. Dokumen-dokumen rahasia Amerika diungkapkan secara tidak sah pada 17 Oktober dari Kamboja, kata Post.
Pada 22 Oktober, FBI mengatakan pihaknya sedang menyelidiki kebocoran dokumen rahasia yang merinci persiapan Israel untuk melakukan serangan balasan terhadap Iran.
Dokumen-dokumen tersebut, bertanggal 15 dan 16 Oktober, mulai beredar pada 20 Oktober setelah dibagikan di saluran Telegram Middle East Spectator. Kebocoran tersebut dilaporkan berasal dari sumber di komunitas intelijen AS.
Dokumen pertama berjudul “Israel: angkatan udara melanjutkan persiapan serangan terhadap Iran dan melakukan latihan penggunaan pasukan besar kedua”.
Sementara dokumen kedua berjudul “Israel: pasukan pertahanan melanjutkan persiapan amunisi utama dan aktivitas UAV [kendaraan udara tak berawak] rahasia yang hampir pasti terjadi untuk menyerang Iran”.
NGA mengumpulkan dan menganalisis intelijen dari satelit mata-mata AS untuk departemen pertahanan. Hubungan pasti Rahman dengan badan tersebut tidak jelas, namun dokumen pengadilan menunjukkan bahwa ia memegang izin keamanan rahasia dengan akses terhadap informasi sensitif, yang merupakan hal yang umum bagi banyak pegawai CIA yang menangani materi rahasia, The New York Times melaporkan.
Gedung Putih mengatakan pihaknya “sangat prihatin” dengan publikasi dokumen yang dikaitkan dengan Badan Intelijen Geospasial Nasional (NGA) dan Badan Keamanan Nasional AS, yang dipublikasikan di aplikasi perpesanan Telegram.
Pada 1 Oktober, Iran melancarkan serangan balistik sebagai pembalasan atas pembunuhan mantan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada Juli dan pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut pada September lalu.
Hampir 200 rudal ditembakkan dalam salvo tersebut, yang menghantam beberapa lokasi di Israel, termasuk fasilitas militer, namun tidak menimbulkan korban jiwa.
ANADOLU