Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kapal Cina memblokir kapal Filipina dengan laser di Laut Cina Selatan.
Komisi sekuritas Amerika Serikat mendakwa bos aset kripto Korea Selatan melakukan manipulasi.
Investigasi 30 media mengungkap operasi manipulasi pemilihan umum di berbagai negara.
Filipina
Laser Cina Hadang Patroli Pantai
PEMERINTAH Filipina menuduh Cina menggunakan sinar laser “tingkat militer” terhadap kapal patrolinya pada Senin, 13 Februari lalu. Mereka menyatakan insiden itu terjadi pada Senin, 6 Februari lalu, ketika kapal Filipina tersebut hendak mengambil pasokan di Sierra Madre tapi kapal Cina menyalip, menghadang jalannya, dan menyorotkan sinar laser untuk membutakan kru kapal. “Pemblokiran yang disengaja terhadap kapal pemerintah Filipina ini adalah pengabaian terang-terangan dan pelanggaran yang jelas terhadap kedaulatan Filipina di bagian Laut Filipina Barat itu,” demikian pernyataan pemerintah Filipina seperti dikutip CNN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sierra Madre adalah pos Filipina berupa kapal bekas yang terparkir di Thomas Shoal Kedua, beting di perairan Laut Cina Selatan yang menjadi sengketa kedua negara. Pada 2014, Cina mereklamasi Karang Mischief, atol yang terletak sekitar 40 kilometer dari Sierra Madre dan di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina. Hukum internasional tidak mengakui lahan baru Cina itu, tapi mereka terus menggunakannya sebagai pangkalan maritim dan penjaga pantai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Insiden itu dikecam oleh sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Jerman. Cina menyatakan penggunaan laser bertujuan melindungi kedaulatannya dan membantah kabar bahwa mereka telah menyorotkan laser terhadap kru kapal Filipina. Cina menyatakan hanya memakai laser pendeteksi kecepatan yang tidak berbahaya.
Korea Selatan
Bos Kripto Didakwa Melakukan Manipulasi
Do Kwon/Youtube Terra
KOMISI Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) menuduh Do Kwon, bos aset kripto Korea Selatan, dan perusahaannya, Terraform Labs, telah “mengorkestrasi manipulasi (fraud) aset kripto senilai miliaran dolar”. Perusahaan berbasis di Singapura itu menciptakan token kripto Terra Luna dan TerraUSD, yang nilainya anjlok luar biasa tahun lalu dan merugikan investor lebih dari US$ 40 miliar atau sekitar Rp 608 triliun. SEC menggugat mereka ke pengadilan di New York, Amerika Serikat.
“Kami menduga Terraform dan Do Kwon gagal mengungkap informasi yang benar, adil, dan menyeluruh seperti disyaratkan bagi penyelenggara sekuritas aset kripto, terutama untuk Luna dan TerraUSD,” kata Gary Gensler, Ketua SEC, dalam pernyataannya pada Kamis, 16 Februari lalu. “Kami juga menduga mereka telah melakukan fraud dengan berulang kali memberikan pernyataan yang keliru dan menyesatkan untuk membangun kepercayaan sebelum menyebabkan kerugian besar bagi investor.”
SEC menuduh Do Kwon dan Terraform mengklaim nilai tokennya akan meningkat dan menyesatkan investor mengenai stabilitas nilai TerraUSD. Kenyataannya, nilai token itu jatuh hampir nol pada Mei tahun lalu. Hal ini memicu penjualan besar-besaran aset kripto lain, seperti bitcoin dan ethereum, yang mengakibatkan kejatuhan nilai kripto secara global.
Israel
Manipulasi Pemilu di Internet
INVESTIGASI oleh 30 media, termasuk Guardian dan Der Spiegel, dalam proyek Story Killers mengungkap operasi sebuah tim yang berbasis di Israel yang mengganggu pemilihan umum dan memanipulasi opini publik melalui kampanye disinformasi di Internet di berbagai negara. Tim dengan nama samaran “Tim Jorge” itu dijalankan oleh Tal Hanan, 50 tahun, mantan anggota operasi pasukan khusus Israel. “(Kami telah menyelesaikan) 33 kampanye tingkat presiden, 27 di antaranya berhasil,” tutur Hanan seperti dikutip Guardian pada Rabu, 15 Februari lalu.
Operasi Tim Jorge termasuk pembuatan ribuan profil media sosial palsu di Twitter, Facebook, Instagram, dan YouTube. Akun-akun ini diduga menggunakan gambar profil dari akun media sosial asli dan dapat dipakai untuk membuat ribuan bot yang mengirimkan pesan massal.
Julian Jaursch, pakar hak privasi dari lembaga penelitian Stiftung Neue Verantwortung di Jerman, mengatakan Hanan mungkin telah membesar-besarkan klaimnya untuk memukau calon pelanggan, tapi hasil investigasi itu harus ditanggapi secara serius. “Tidak jelas sejauh mana 'Tim Jorge' hanya ingin tampil baik,” ucapnya kepada DW. “Namun tampaknya ada bukti mengenai upaya menjajakan pengaruh dan akun palsu.” Jaursch menekankan bahwa platform media sosial harus melindungi diri mereka sendiri dan penggunanya dari kemungkinan manipulasi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo