Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nyonya Wong mendadak memutuskan berlibur ke Kota Shenzen, Provinsi Guangdong, Cina. Bersama keluarganya, perempuan 40-an tahun itu meninggalkan kediaman mereka di Desa Nam Pin Wai, Distrik Yuen Long, Hong Kong, pada Jumat, 26 Juli lalu. Selain untuk pelesiran, kepergian itu bertujuan menghindari bentrokan yang mungkin terjadi jika para pengunjuk rasa jadi ngeluruk kampungnya.
“Saya tidak takut pada warga desa. Mereka cinta damai,” kata Wong, seperti dilansir South China Morning Post. Dia justru waswas menghadapi para demonstran anti-pemerintah yang hendak berunjuk rasa pada akhir pekan untuk memprotes serangan geng triad terhadap mereka enam hari sebelumnya.
Kekhawatiran Wong terbukti. Besoknya, ribuan orang, yang kebanyakan berkaus hitam, mengenakan helm dan masker, serta membawa payung hitam dan perisai kayu, menggeruduk Yuen Long. Sebelum bentrok dengan polisi yang berusaha membubarkan mereka, para demonstran menggelar aksi damai di stasiun metro sebagai tanggapan atas insiden 21 Juli. Saat itu, lebih dari seratus pria berkaus putih menyerbu stasiun dan memukuli pengunjuk rasa, pejalan kaki, serta wartawan dengan tongkat kayu dan logam.
Dua pejabat senior kepolisian menyatakan sejumlah pria yang menyerang demonstran itu memiliki latar belakang triad, organisasi kriminal rahasia di Hong Kong, Makau, dan Cina. Mereka bagian dari Wo Shing Wo, geng triad tertua di Hong Kong, dan 14K, triad besar lain.
Andrew Fung Hokeung, Kepala Eksekutif Institut Penelitian Kebijakan Hong Kong, menilai serangan di stasiun dekat Nam Pin Wai itu sebagai aksi balasan terhadap para pengunjuk rasa yang dua bulan terakhir menduduki jalan-jalan dan mengganggu bisnis. “Masyarakat mulai mengeluhkan dampaknya terhadap aktivitas dagang dan kehidupan sehari-hari karena protes terus menyebar,” ujarnya.
Insiden penyerangan di stasiun metro Yuen Long tak terlampau mengejutkan. Distrik berpenduduk 635 ribu orang ini memang dikenal sebagai benteng triad, yang acap merekrut pemuda desa menjadi anggotanya. “Yuen Long memiliki sejarah panjang aktivitas triad,” ucap Steve Vickers, bekas kepala biro intelijen kriminal di bawah kepolisian kolonial.
Keberadaan triad tak lepas dari klan-klan desa yang berusia ratusan tahun. Tak seperti umumnya warga Hong Kong, yang merupakan keturunan pendatang dari Cina daratan, mereka yang tinggal di desa-desa adalah keturunan orang-orang yang menetap di sana sebelum Hong Kong menjadi koloni Inggris.
Pengaruh triad di Yuen Long berawal dari keterlibatan mereka dalam ekonomi pertanahan. Mereka sudah lama dilaporkan terlibat dalam aksi pencaplokan tanah desa untuk kepentingan komersial. Dalam melancarkan aksinya, triad berkongkalikong dengan kepala desa. “Kepala desa, yang berperan sebagai konsultan untuk pengembang properti, membujuk warganya agar menjual tanah mereka,” kata peneliti pertanahan, Chan Kimching. “Jika warga menolak, triad akan membereskannya.”
Sebagai sentra pertanian dan perdagangan, Yuen Long memiliki lebih dari 132 desa yang muncul sejak era Dinasti Song, yang berkuasa selama 960-1279. Salah satunya Nam Pin Wai, desa tempat tinggal Nyonya Wong. Desa tempat gerombolan pria berkaus putih dipukul mundur oleh polisi seusai bentrokan 21 Juli itu rupanya wilayah kekuasaan Wo Shing Wo, kelompok triad terbesar kedua di sana. “Triad tidak mengganggu selama kami menjalani kehidupan biasa saja,” tutur seorang warga, Chris Wong.
Geng-geng triad, yang jumlah anggotanya kini diperkirakan mencapai 100 ribu orang di Hong Kong, memang tidak lagi melulu mengurusi tanah. Mereka juga melakoni bisnis narkotik, penipuan, pemerasan, pencucian uang, pelacuran, dan perjudian. Yang pasti, triad hanya menghamba pada uang. “Mereka tidak bekerja untuk ideologi politik,” ujar Tit Wing Lo, peneliti triad dari City University of Hong Kong.
Namun aksi kekerasan triad kerap berimplikasi politik. Selama meletus Revolusi Payung pada 2014, misalnya, sekelompok pria, termasuk beberapa orang yang terkait dengan geng triad, menyerang para demonstran di Distrik Mong Kok, Kowloon. Insiden serupa sekarang terjadi di Yuen Long. “Serangan triad bermaksud menakut-nakuti orang agar tidak ikut berunjuk rasa,” ucap Lo.
MAHARDIKA SATRIA HADI (HONG KONG FREE PRESS, REUTERS, INK STONE NEWS)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo