Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Potensi Kerja Sama Indonesia-Prancis di Era Prabowo Subianto

Prabowo Subianto dan Prancis perlu meningkatkan jumlah kunjungan wisata, pertukaran pelajar dan kerja sama di sektor budaya.

14 November 2024 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penulis sekaligus analis politik asal Prancis Frédéric Martel menyoroti masa depan kerja sama Prancis-Indonesia usai Presiden RI Prabowo Subianto dilantik pada bulan lalu. Menurut dia, pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron melihat Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia Tenggara yang berbentuk archipelago dan memiliki penduduk yang mayoritas memeluk Islam. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Indonesia memiliki begitu banyak pulau, budaya, suku, bahkan beberapa sub-bahasa, sehingga tidak semudah seperti mengunjungi Italia," kata Martel saat kunjungan ke Gedung Tempo, dikutip pada Rabu, 13 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Martel menuturkan Indonesia juga menjadi tempat tujuan pariwisata warga Prancis, di mana Jakarta dan Bali masih menjadi dua tempat yang paling terkenal di kalangan masyarakat Prancis. Selain itu, Martel juga menilai ada kedekatan historis yang mengikat antara Prancis dan Indonesia. Kedua negara memiliki sejarah panjang diplomasi dalam hal budaya, musik, dan lainnya,

Peneliti yang mencetuskan teori ‘soft power’ itu menilai kebudayaan dan pariwisata bisa menjadi jembatan yang menghubungkan antara Prancis dengan Indonesia. Dari sana, kerja sama di kedua sektor itu perlu ditingkatkan. 

“Kedua negara perlu meningkatkan jumlah wisatawan, membuat orang Indonesia juga pergi ke Prancis, mengadakan pertukaran pelajar, dan lebih banyak pengakuan terhadap budaya Indonesia,” ujar Martel.

Lebih lanjut, Martel memuji sikap muslim Indonesia yang cenderung bersikap moderat, terbuka, pemeluk Islam yang teguh dalam memegang nilai agama sekaligus mau belajar soal nilai-nilai lain. Dia kagum dengan pemeluk Islam yang menghargai pilihan individu hingga keberadaan agama lain. Contohnya, perempuan di Indonesia dapat memilih untuk bercadar ataupun tidak sesuai pilihan masing-masing. 

“Indonesia adalah negara yang perlu kita dekati,” tuturnya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo sudah menemui Presiden Macron dalam kunjungan kerjanya ke benua Eropa pada Rabu, 24 Juli 2024. Saat itu, Prabowo menjabat sebagai menteri pertahanan. Pertemuan itu membahas beberapa kerja sama, termasuk di bidang pertahanan. Prabowo menyatakan Indonesia dan Prancis telah lama memiliki hubungan baik, khususnya dalam kerja sama memodernisasi alutsista, industri pertahanan, pendidikan dan latihan, serta forum dialog. 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus