Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

El Nino Berakhir, Ternyata Ini Alasan Cuaca Masih Terasa Gerah

Cuaca masih terasa gerah karena periode peralihan El Nino ke La Nina, serta peralihan musim hujan ke musim kemarau.

23 Mei 2024 | 14.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena El Nino akan bergerak ke kondisi suhu dingin alias level netral pada Mei, Juni, dan Juli 2024. Setelah triwulan ketiga tahun ini, El Nino kemungkinan beralih menjadi La Nina lemah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perlu diketahui, El Nino merupakan kondisi pemanasan suhu Samudra Pasifik bagian timur. Kondisi itu membuat suhu permukaan laut Indonesia yang berada di Samudra Pasifik bagian barat menjadi lebih dingin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

El Nino ditandai oleh udara kering dan penurunan curah hujan. Sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, yaitu ketika curah hujan meningkat drastis dan iklim menjadi basah.

 

Kenapa Cuaca di Indonesia Masih Panas?

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan suhu gerah akhir-akhir ini dipicu pemanasan permukaan, sebagai dampak dari berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan. Situasi itu dinilai masih umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.

“Periode peralihan biasanya dicirikan dengan kondisi pagi yang cerah dan siang yang terik,” ucap Dwikorita pada 6 Mei lalu.

Ciri lainnya adalah pesatnya pertumbuhan awan, diikuti dengan peningkatan suhu udara. Hujan masih berpotensi turun di siang hari menjelang sore, maupun sore menjelang malam.

Pada malam hari, kata Dwikorita, kondisi panas akan terasa saat langit masih tertutup oleh awan dengan suhu dan kelembabpn udara yang relatif tinggi. Udara akan berangsur dingin ketika hujan turun.

Dwikorita memastikan cuaca yang masih panas di Indonesia bukan akibat gelombang panas (heatwave) yang sedang melanda sejumlah negara di Asia. Dari hasil pengamatan karakteristik dan indikator statistik suhu yang dilakukan oleh BMKG, fenomena suhu gerah tidak dapat diklasifikasikan sebagai gelombang panas.

Gelombang panas belakangan melanda beberapa negara, misalnya Thailand yang suhu maksimum udaranya sudah menyundul 52 derajat Celcius. Ada juga Kamboja dengan suhu udara 43 derajat Celcius, level tertinggi dallam 170 tahun terakhir.

“Khusus di Indonesia yang terjadi bukan gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” ucap Dwikorita.

 

Prediksi Curah Hujan Mei-Juni 2024

Berdasarkan analisis dinamika atmosfer oleh BMKG, curah hujan diprediksi berkriteria rendah hingga menengah, sekitar 0-150 milimeter, pada dasarian (hitungan 10 hari) Mei II sampai Juni I 2024. Ada juga wilayah yang akan diguyur hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi, intensitasnya lebih dari 150 milimeter per dasarian.

Berikut sebaran wilayah dengan potensi hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi:

Dasarian Mei II 2024

Sebagian kecil Aceh, sebagian kecil Sumatra Utara, sebagian Sumatra Barat, sebagian kecil Kepulauan Bangka Belitung, sebagian kecil Bengkulu, sebagian kecil Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian kecil Sulawesi Barat bagian selatan. Kemudian juga di sebagian Sulawesi Selatan bagian timur, sebagian kecil Sulawesi Tenggara bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Tenggara bagian utara, dan sebagian kecil Papua Tengah.

Dasarian Mei III 2024

Sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Maluku, dan sebagian kecil Papua Barat.

Dasarian Juni I 2024

Sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian kecil Papua Tengah.

 

MELYNDA DWI PUSPITA | ANTARA

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus