Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

4 Pulau Sampah Terbesar Di Dunia, Ada yang Sebabkan Wabah Lalat

Daratan sudah tak lagi sanggup menampung sampah, hungga memunculkan pulau sampah di lautan

4 Oktober 2023 | 10.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pulau sampah merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang berada di laut. Pulau sampah juga dibuat sebagai tempat pengelolaan sampah. Tempat tersebut secara sengaja difungsikan dan ditata sedemikian rupa untuk menampung ribuan sampah setiap harinya.

Namun, ada pula juga 'pulau sampah' yang tidak sengaja terbentuk di tengah lautan. Kumpulan sampah tersebut dibawa arus dan terjebak akibat pergerakan arus gyre yang membentuk pusaran. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 4 pulau sampah terbesar di dunia: 

1.Pulau sampah Yumenoshima (Jepang)

Yumenoshima merupakan pulau sampah yang disulap menjadi kota metropolitan. Dirangkum dari nautilus.org, Yumenoshima dikembangkan menjadi area rekreasi seperti taman tropis, rumah kaca, lapangan golf dan kolam renang. 

Pulau Yumenoshima merupakan pulau buatan yang dibangun dari jutaan ton sampah rumah tangga Tokyo. Pulau ini dibuat untuk mengatasi kurangnya lahan tempat pembuangan sampah, sekaligus upaya untuk mengurangi volume sampah di TPA di Teluk Tokyo. 

Pertumbuhan penduduk di Tokyo yang meningkat menyebabkan penumpukkan sampah di TPA, termasuk di Pulau sampah Yumenoshima. Bahkan kondisi ini menimbulkan wabah lalat selama 1960-an. Oleh karena itu, sebagian besar Yumenoshima dibakar pada Juni 1970 untuk mengendalikan wabah tersebut.

2. Pulau Thilafushi (Maladewa)

Thilafushi merupakan satu satunya tempat pembuangan sampah di Maladewa. Dirangkum dari savethewater.org, Thilafushi berada di sebelah ibu kota negara, Male dan menampung sampah harian lebih dari 330 ton. 

Penggunaan pulau Thilafushi sebagai tempat pembuangan sampah dimulai pada 1991. Kala itu, Pulau Thilafushi didirikan untuk mengatasi masalah sampah di Male. Namun pengelolaan sampah yang kurang baik dan melonjaknya jumlah pengunjung di negara itu membuat tumpukan sampah menggunung. 

Seiring waktu, Pemerintah Maladewa melakukan pembenahan Pulau Thilafushi. Dikutip dari Who,int, mereka menerapkan strategi pengelolaan sampah berkelanjutan dengan meluncurkan Proyek Greater Malé Waste to Energy pada 2021. Langkah ini menjadikan sistem pengolahan limbah sampah di pulau Thilafushi lebih ramah lingkungan. Saat ini, pulau buatan manusia yang terbentang seluas 124 hektar itu, menyimpan jutaan sampah yang meningkat setiap tahunnya.

3. Pulau Semakau (Singapura)

Jika Thilafushi di Maladewa, maka Pulau Semakau ada di Singapura. Dilansir dari gaiadiscovery-com, TPA Semakau sekaligus pulau sampah Semakau berada sekitar 4 kilometer ke arah selatan Singapura. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 3.5 kilometer persegi dan dirancang sedemikian rupa untuk pengelolaan sampah.

Pada awalnya, pulau Semakau merupakan rumah nelayan subsisten yang tinggal di gubuk panggung. Kemudian diambil alih oleh pemerintah Singapura pada 1987 dan merubahnya menjadi depot sampah reklamasi. Pulau Semakau dibangun sejak 1995 dan dipakai pada 1999, lalu dikagetkan menampung sampah Singapura hingga 2045. 

Saat ini, Semakau menjadi pulau sampah yang memiliki fasilitas dan teknik pengelolaan yang canggih. Sehingga disebut sebagai tempat pembuangan sampah yang hidup berdampingan dengan ekosistem laut dan habitat garis pantai. Kawasan ini juga menjadi tempat hidup biota laut, seperti tumbuhan bakau, lamun, terumbu karang, kepiting, bintang laut, bunga karang, udang dan tanaman menarik lainnya. Selain itu, Pulau Semakau menjadi rumah bagi peternakan ikan barramundi terbesar di Singapura. 

4. Great Pacific Garbage Patch (Samudera Pasifik)

Great Pacific Garbage Patch merupakan kumpulan sampah di Samudera Pasifik Utara dengan luas mencapai 1,6 juta kilometer persegi. Dikutip dari rhinoplas.co.id, Great Pacific Garbage Patch menampung jutaan limbah plastik yang sulit diurai sehingga membentuk sebuah pulau bernama Floating Garbage Island

Great Pacific Garbage Patch secara tidak sengaja ditemukan oleh Kapten Charles Moore pada 1997. Dikutip dari education-nationalgeographic-org, Great Pacific Garbage Patch membentang dari perairan Pantai Barat Amerika Utara hingga Jepang. Pulau sampah ini menjadi tempat jutaan sampah yang terjebak akibat pusaran air, yakni pertemuan air hangat dari Pasifik Selatan dengan air dingin dari Arktik.

Kumpulan sampah di Great Pacific Garbage Patch juga disebabkan Pusaran Subtropis Pasifik Utara. Kondisi ini dibentuk oleh empat arus yang terdiri dari arus California, arus Khatulistiwa Utara arus, arus Kuroshio, dan arus Pasifik Utara. Arus tersebut kemudian berputar searah jarum jam di area seluas 20 juta kilometer persegi, sehingga menarik puing-puing sampah ke pusat pusaran yang cenderung tenang dan stabil. 

Kumpulan sampah di Great Pacific Garbage Patch berbentuk potongan-potongan kecil atau disebut mikroplastik. Serta berupa barang-barang besar, seperti alat pancing, jaring dan sepatu.

Pilihan Editor: Gili Trawangan Terancam Jadi Pulau Sampah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus