Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembanga - Dinas Kesehatan Sumatera Selatan mencatat 5.243 kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak Januari lalu hingga Rabu, 6 November 2024. Penjabat Pengendali DBD Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Didid Haryanto, mengatakan jumlah temuan demam berdarah ini meningkat drastis dibanding temuan 2.804 kasus sepanjang 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi perkembangan DBD itu paling tinggi di musim hujan, atau November hingga Januari,” katanya saat ditemui Tempo pada Kamis, 7 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, tren kasus DBD cenderung naik seiring peningkatan curah hujan. Banyaknya genangan air diperkirakan mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Buktinya, ribuan kasus DBD di Sumatera Selatan muncul pada awal tahun ini, yaitu 1.598 kasus pada Januari 2024, kemudian 1.227 kasus sebulan kemudian.
Jumlah kasus DBD menurun ketika musim kemarau tiba. Petugas dinas hanya menemukan 200 kasus DBD pada Juli lalu. Selama beberapa bulan, hingga Oktober 2024, dinas mencatat 96 kasus.
Adapun angka kematian akibat DBD di Sumatera Selatan mencapai 36 kasus. Sebanyak 14 kasus dari jumlah tersebut terjadi di Kota Palembang. Didid menyebut kematian akibat DBD cenderung tercatat di daerah padat penduduk, seperti Makrayu, Kenten, dan sekitarnya.
Salah satu penyebab utama kematian pasien DBD adalah akibat terlambat menjalani perawatan di rumah sakit. Pasien cenderung pasif ketika suhu badan menurun, persis setelah demam tinggi.
“Nah, demam yang menurun ini terkadang dianggap sembuh, padahal di sana masa kritisnya," tutur Didid.
Dia mengimbau kepada masyarakat segera datang ke puskesmas atau rumah sakit bila mendapati gejala DBD. Dinas Kesehatan Sumatera Selatan juga sedang menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk di berbagai kota dan kabupaten. "Kami juga imbau masyarakat untuk hidup bersih dengan cara membersihkan sarang-sarang nyamuk. Dimulai dari rumah masing-masing," ujarnya.