Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Atlet wushu Indonesia, Tharisa Dea Florentina dan Laksmana Pandu Pratama, menjuarai kejuaraan antarmahasiswa internasional di Turki.
Kedua atlet ini adalah mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.
Keduanya memulai karier sebagai atlet karate yang beralih ke wushu nomor sanda.
MEMAKAI kostum, helm, dan sarung tinju serba biru, Tharisa Dea Florentina mendominasi pertarungan wushu nomor sanda dalam Federasi Olahraga Universitas Internasional (FISU) World Cup Combat Sports 2022 di Samsun, Turki, Sabtu, 24 September lalu. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang itu menumbangkan atlet tuan rumah, Zeynep Alipaşaoğlu, di cabang 52 kilogram putri dengan skor 2-0. Tharisa pun menyumbangkan satu dari lima medali emas yang diperoleh tim nasional wushu Indonesia.
"Senang sekali bisa menyumbang medali emas bagi Indonesia," kata Tharisa kepada Tempo, Kamis, 29 September lalu. Keberhasilan atlet kelahiran Semarang, 1 Februari 2001, ini tak lepas dari latihan intensif yang diikutinya di pemusatan latihan nasional (pelatnas) yang diadakan Pengurus Besar Wushu Indonesia sejak Juli 2022. Peraih medali perunggu Kejuaraan Asia Wushu Junior 2017 cabang 52 kilogram ini berlatih selama enam hari dalam sepekan di Gelora Bung Karno Arena, Jakarta. "Kami berlatih setiap pagi dan sore. Kalau program berbeda-beda, ada teknik, fisik, dan gym," tutur Tharisa.
Setelah sukses di Turki, Tharisa bertekad meraih kemenangan serupa dalam Asian Games 2022 di Hangzhou, Cina, yang penyelenggaraannya diundur menjadi pada 23 September-8 Oktober 2023 karena pandemi Covid-19 serta SEA Games 2023 Kamboja yang bakal digelar pada 5-16 Mei 2023. FISU World Cup Combat Sports 2022 yang diikuti 800 peserta dari 300 universitas di 50 negara adalah ajang uji coba terakhir bagi atlet pelatnas wushu. Selanjutnya, Tharisa dan kawan-kawan akan kembali ke pelatnas untuk mempersiapkan diri menghadapi SEA Games dan Asian Games.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laksmana Pandu Pratama usai mengalahkan atlet Turki Taner Kalkan dengan skor 2-0, dalam FISU World Cup Combat Sports 2022, di Turki, September 2022/Dok PB Wushu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tharisa bercerita, ia mengenal wushu setelah kariernya sebagai atlet karate mandek. Ia berlatih karate dengan ayahnya, Didyk Rais Kuncoro, sejak berusia lima tahun, tapi tidak bisa menembus Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Semarang meski sudah berulang kali menjadi juara tingkat provinsi. Ketika berusia 13 tahun, Tharisa mulai beralih ke wushu. "Karena peluang karate sulit, pas latihan wushu malah lolos ke PPLP, kelas III SMP. Dari situ bisa menembus pelatnas 2019," ucapnya.
Peralihan dari karate ke wushu nomor sanda juga dilakoni rekan Tharisa di timnas, Laksmana Pandu Pratama. Keduanya pun berasal dari kampus yang sama, Universitas Negeri Semarang. Pandu juga berhasil meraih medali emas ketika tampil dalam FISU World Cup Combat Sports 2022. Mahasiswa magister Program Studi Pendidikan Olahraga ini berhasil mengalahkan atlet Turki, Taner Kalkan, dengan skor 2-0 dalam pertarungan final cabang 52 kilogram putra. "Syukur banget bisa meraih medali emas," ujar Pandu saat dihubungi, Jumat, 30 September lalu. “Jadi latihan saya yang awalnya dari karate bisa menuai prestasi.”
Pandu bercerita, ia pertama kali menggeluti olahraga bela diri di Sasana Schreuder, Salatiga, Jawa Tengah. Kedatangan perdananya ke sasana bukan untuk berlatih, melainkan hanya pijat sebagai upaya penyembuhan penyakit pneumonia yang ia derita sejak berusia enam tahun. "Karena sering lihat orang latihan di sasana, akhirnya ikut berlatih pas kelas III SD. Di sasana ada wushu, muay Thai, dan tinju juga," tutur peraih medali perak SEA Games 2021 Vietnam ini. Setelah lima tahun berlatih, Pandu mencoba menembus PPLP Semarang, tapi gagal lolos. "Akhirnya lolos ke PPLP pas pindah ke sanda wushu.”
Perjalanan karier Pandu di wushu tidak berjalan mulus. Ketika beralih dari level junior ke senior pada 2016, Pandu harus beristirahat selama enam bulan karena menjalani operasi pengangkatan benjolan di anus. Ia lantas berjuang mengembalikan kemampuannya sehingga berhasil menjadi juara II dalam pra-pekan olahraga nasional yang berlangsung di Bangka Belitung. Capaian itu membuatnya menembus pelatnas wushu pada tahun yang sama.
Pandu juga ikut tampil dalam SEA Games 2019 Filipina dan berhasil mempersembahkan medali perak. "Sebelum tampil di SEA Games Filipina itu sempat latihan di Cina selama tiga bulan sehingga bisa mengembalikan kondisi," ujarnya. Pengalaman berlatih di Cina, Pandu mengungkapkan, memberinya kesempatan mempelajari banyak teknik baru. Ia mendapat banyak lawan tanding sehingga menambah variasi metode bertarung. "Kalau di sini kekurangan lawan tanding. Bertanding dengan yang beda nomor dan orang-orang itu saja," kata lajang kelahiran Salatiga, 16 November 1997, ini.
Dalam dua kali keikutsertaannya di SEA Games, Pandu mengaku tampil kurang maksimal karena belum berhasil mempersembahkan medali emas. Ia pun berharap kesempatan try-out menjelang SEA Games bisa didapatkan untuk membenahi kekuatannya ketika bertanding. "Kalau ada try-out ke luar bisa memaksimalkan itu, apalagi nanti saya balik lagi tampil ke cabang 52 kilogram. Sebelumnya tampil di cabang 56 kilogram," ucapnya. Dalam Asian Games 2022 Cina, Pandu juga bertekad meraih medali.
Foto: Dok PB Wushu
Pelatih kepala timnas wushu, Novita, menyebutkan skuad untuk SEA Games dan Asian Games belum ditetapkan oleh Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI). Dia menerangkan, dalam SEA Games Kamboja ada pembatasan kuota nomor sanda. Di kategori putri, dari tiga nomor, yang boleh diikuti hanya dua nomor. Sedangkan di putra, dari tujuh nomor, yang bisa diikuti cuma empat nomor. "Jadi PBWI akan melihat skuad terbaik dan peluang untuk meraih medali," ujar Novita, Jumat, 30 September lalu.
Ihwal peluang Pandu dan Tharisa, Novita mengatakan keduanya punya potensi untuk meraih prestasi dalam kedua perlombaan multievent tersebut. Novita berharap Pandu medali emas dalam SEA Games Kamboja. Sedangkan Tharisa, menurut dia, jika berhasil terpilih dalam skuad SEA Games, berpotensi mendapatkan medali. "Untuk peluang kedua atlet tersebut pada Asian Games, kita lihat hasil SEA Games. Ini ajang perdana bagi mereka berdua."
Novita mengatakan sumbangan medali emas dari Tharisa Dea Florentina dan Laksmana Pandu Pratama di Turki mengantarkan timnas Indonesia melampaui target yang ditetapkan. Dalam World University Games 2018 di Makau, tim wushu Indonesia meraih 2 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. "Jadi perolehan di Turki ini sudah melebihi target," ucap Novita. Tiga medali emas lain diraih oleh Alisya Mellynar, Edgar Xavier Marvelo, dan Seraf Naro Siregar. Selain itu, Indonesia membawa pulang tiga medali perak melalui Eugenia Diva Widodo, Nandhira Mauriskha, dan Thania Kusumaningtyas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo