Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petinju putri peraih emas Olimpiade Paris 2024, Imane Khelif, melakukan pengaduan pidana terhadap JK Rowling dan Elon Musk. Rowling adalah penulis di balik seri novel terkenal Harry Potter dan Elon Musk merupakan pemilik Tesla dan X. Apa alasan pengaduan tersebut?
Nabil Boudi, pengacara Khelif, mengkonfirmasi bahwa nama Rowling tercantum dalam pengaduan yang diserahkan ke pusat anti kebencian daring di kantor kejaksaan umum Paris. Boudi menjelaskan bahwa gugatan tersebut diajukan terhadap platform media sosial X pada hari yang sama ketika Khelif memenangkan medali emas di divisi kelas welter putri Olimpiade Paris 2024, yaitu pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Selain Rowling, Elon Musk, pemilik platform X, dan Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, juga ikut terseret dalam kasus tersebut. "Trump membuat cuitan, jadi entah dia disebutkan atau tidak dalam gugatan kami, dia pasti akan diperiksa sebagai bagian dari penuntutan," tutur Nabil Boudi, pengacara Khelif dilansir dari Variety.
Rowling, dalam salah satu cuitannya kepada 14,2 juta pengikutnya di X, ia yakin bahwa Khelif adalah seorang pria yang bertanding dengan seorang wanita, menurutnya itu tak adil. “Kami menentang karena kami melihat seorang laki-laki memukul seorang perempuan,” tulisnya pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Di sisi lain, Elon Musk, mendukung cuitan dari perenang Riley Gaines pada Kamis, 1 Agustus 2024, yang menuliskan "Pria tidak pantas berada dalam olahraga wanita." Trump juga turut memperkeruh suasana dengan mengunggah gambar dari pertandingan tersebut disertai cuitan, “Saya akan menyingkirkan pria dari olahraga wanita.” Namun saat ini cuitan Trump telah dihapus.
Boudi mengatakan bahwa meskipun pengaduan tersebut menyebutkan nama-nama, "Yang kami minta adalah agar jaksa menyelidiki tidak hanya orang-orang ini, tetapi juga siapa pun yang dianggap perlu. Jika kasus ini dibawa ke pengadilan, mereka akan diadili."
Boudi juga mengklaim bahwa meskipun gugatan ini diajukan di Prancis, "Gugatan ini bisa menargetkan tokoh-tokoh di luar negeri," dengan menunjukkan bahwa "kantor kejaksaan yang menangani ujaran kebencian online memiliki kemungkinan untuk mengajukan permintaan bantuan hukum timbal balik dengan negara lain." Dia menambahkan bahwa ada perjanjian dengan lembaga setara di AS yang menangani ujaran kebencian online seperti di Prancis.
Mengenai X, Boudi mengatakan bahwa pengaduan tersebut ditujukan kepada para penulis unggahan di media sosial, bukan kepada platform itu sendiri. "Tanggung jawab pembuat undang-undang adalah mengeluarkan sanksi kepada platform, bukan tanggung jawab kami," katanya. Namun, ia mencatat bahwa kasus-kasus pelecehan siber sekarang semakin ditanggapi dengan serius oleh otoritas peradilan dan bahwa, dalam beberapa kasus, "ada hukuman penjara."
Awal Mula Kontroversi
Kontroversi ini bermula saat Imane Khelif bertanding melawan petinju Italia, Angela Carini, dalam pertandingan tinju di Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 1 Agustus 2024. Pertandingan itu menjadi sorotan ketika Carini mengundurkan diri saat pertandingan baru berlangsung selama 46 detik.
Carini menangis dan mengatakan bahwa ia belum pernah dipukul sekeras itu dalam hidupnya. “Saya tidak mau, saya tidak bisa menyelesaikan pertandingan," ujarnya. Kemenangan cepat Khelif menimbulkan berbagai spekulasi di media sosial, bahkan banyak pihak mempertanyakan gendernya dan menuduh Khelif sebagai transgender.
Aljazair lalu membantah dan menyatakan bahwa Khelif benar-benar dilahirkan sebagai perempuan. Mereka juga menepis isu transgender yang dibicarakan banyak pihak. Khelif, atlet berusia 25 tahun itu dinyatakan sebagai wanita saat lahir, dan tidak pernah teridentifikasi sebagai transgender.
ANANDA RIDHO SULISTYA | VARIETY | ADINDA JASMINE PRASETYO
Pilihan Editor: Imane Khelif dan Kontroversi Gender di Olimpiade
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini