Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Spogomi atau olahraga memungut sampah yang berasal dari Jepang sudah marak di Indonesia.
Dalam Spogomi World Cup 2023, perhelatan Olimpiade memungut sampah pertama di dunia, Indonesia diwakili Tim Berlian yang terdiri atas Nuraini, Siti Haroyani, dan Neneng Sopiyati.
Berlian merupakan nama bank sampah yang didirikan Nuraini, Siti Haroyani, dan Neneng Sopiyati yang mengalahkan 32 tim lain dalam kualifikasi Spogomi Indonesia.
RASA kagum dan sedih bercampur dalam hati Siti Haroyani, 56 tahun, yang pertama kali menginjakkan kaki di Jepang. Kondisi Tokyo yang sangat bersih itu berbeda jauh dengan kampung Haroyani di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun ia sedih karena susahnya menemukan sampah ketika mengikuti kejuaraan dunia memungut sampah atau Spogomi World Cup 2023 yang berlangsung pada 22 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pas di Jepang, kami kesulitan mencari sampah karena bersih banget, tak seperti di Indonesia,” kata Yani—sapaan Siti Haroyani—melalui sambungan telepon, 26 Desember 2023. Yani bersama Nuraini dan Neneng Sopiyati tergabung dalam Tim Berlian mewakili Indonesia dalam Olimpiade memungut sampah pertama di dunia yang diikuti 21 negara itu. Berlian adalah nama bank sampah yang didirikan Yani dan tim, kependekan dari “Beraksi Peduli Lingkungan”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia yang pertama menggelar kualifikasi spogomi di antara peserta di seluruh dunia. Penyelenggara Spogomi Indonesia, Yayasan Nippon atau Nippon Zaidan, bekerja sama dengan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Selatan. Kualifikasi itu diselenggarakan di Desa Wisata Kedung Gede, Lenteng Agung, pada 18 Maret 2023. Nuraini yang mendorong Yani dan Neneng mengikuti kualifikasi itu. “Awal ikut spogomi karena kebetulan diadakan di lingkungan RW 04,” ujar Nuraini melalui pesan WhatsApp, 26 Desember 2023.
Perempuan yang lahir di Jakarta, 8 Juni 1975, ini sempat tak tertarik mengikuti lomba tersebut. “Cuma, karena dukungan dari teman-teman, saya jadi semangat,” ujarnya. Ibu dua orang anak ini pun tidak punya persiapan khusus untuk mengikuti lomba tersebut. Ia merasa aktivitasnya di Bank Sampah Berlian sudah cukup menjadi modal untuk ikut perlombaan. “Kami bertiga itu aktivitasnya di bank sampah. Jadi kalau urusan pemilahan sampah sudah tahu, lah,” ucap Ai—sapaan Nuraini.
Ai mengatakan, di Spogomi World Cup 2023, Tim Berlian berada di peringkat ke-20. Namun ia lupa berapa volume sampah yang berhasil dikumpulkan. Menurut situs PR Times yang menjadi kanal informasi resmi Spogomi.or.jp, Spogomi World Cup 2023 berlangsung di area jalan antara Stasiun Shibuya dan Stasiun Omotesandō. Perlombaan terbagi dalam dua sesi yang masing-masing berdurasi 45 menit dengan jeda 20 menit. Peserta memungut sampah dan memilahnya sesuai dengan kategori. Poin dihitung berdasarkan berat timbangan sampah yang terkumpul.
Tim The North Will Rise Again dari Inggris yang terdiri atas Sarah Louise Parry, Alexander George Winship, dan Jonathan Michael Winship menjadi juara pertama dengan mengumpulkan 83,70 kilogram sampah atau 9.048,1 poin. Juara kedua adalah tim tuan rumah, Smile Story, dengan jumlah sampah 55,50 kilogram (6.154,4 poin). Adapun juara ketiga tim Italia, SpoGhetti, dengan jumlah sampah 44,05 kilogram (6.082,7 poin).
“Ini merupakan pengalaman yang bagus,” kata Sarah Louise Parry yang menjadi kapten The North Will Rise Again seperti dikutip Reuters, 24 November 2023. “Banyak tim lain mungkin lebih ekologis, tapi kami menyadari betapa kita perlu membersihkan lautan dan mengurangi sampah,” tuturnya.
Menurut Ai, seperti juga dalam kualifikasi, peserta dilarang mengambil sampah dari tong sampah atau tempat penimbunan sampah. Begitu pula, mereka terlarang memasuki area bantaran sungai, bangunan, dan permukiman. “Waktu itu aturannya kami ambil sampah di selokan, jalan-jalan, tidak boleh masuk ke lapak atau meminta sama warga,” Ai menjelaskan. Peserta juga dilarang menggunakan kendaraan dan berlari serta keluar dari area yang telah ditentukan.
Ai bercerita, panitia menyediakan peralatan berupa kantong plastik dan sarung tangan. Ai bersama dua rekannya pun mengatur strategi setiap orang berfokus mencari satu jenis sampah dengan spesifikasi yang telah ditentukan panitia. “Masing-masing dari kami ada strategi. Kalau saya pegang plastik buat barang yang mudah terbakar, sementara Neneng pegang plastik khusus puntung rokok, dan Yani pegang plastik barang yang tidak terbakar,” ujar Ai, yang timnya mengalahkan 32 tim lain di kualifikasi.
Kampanye penanggulangan sampah, Yani menambahkan, perlu terus dilaksanakan dengan memperbanyak titik lomba spogomi. Ia pun berharap setiap tahun bakal ada peserta dari Indonesia yang mengikuti kejuaraan dunia spogomi. “Katanya sih emang akan diadakan setiap tahun. Kemungkinan tahun depan beda tempat, entah Bandung entah daerah lain,” ucap Yani. Menurut Social Sports Initiative, asosiasi yang menaungi olahraga memungut sampah ini di Jepang, Spogomi World Cup berikutnya akan dilangsungkan pada 2025.
Ketua Panitia Spogomi Indonesia, Emi Takeya, mengatakan lomba spogomi tak lepas dari kebiasaan hidup bersih di Jepang. Menurut dia, olahraga ini diciptakan oleh Mamitsuka Kenichi yang kini menjabat representatif Social Sports Initiative pada 2008. Tahun ini, ujar Emi, Spogomi Indonesia menggandeng Nippon Zaidan guna menyelenggarakan acara pertamanya di Indonesia. “Kunci penting dalam olahraga pungut sampah ini adalah mengubah nilai para atlet dalam memungut sampah,” tutur Emi melalui wawancara daring, 23 Desember 2023.
Spogomi, Emi menerangkan, merupakan olahraga yang pesertanya memanfaatkan kerja sama tim untuk memungut sampah di area yang telah ditentukan dalam batas waktu tertentu. Dalam prosesnya, mereka akan memperebutkan poin berdasarkan jumlah dan jenis sampah yang dipungut. “Salah satu daya tarik spogomi adalah siapa pun pesertanya berkesempatan untuk menang, tergantung pada kerja sama tim, strategi, dan taktik yang mereka miliki,” ujarnya.
Meski awalnya berasal dari Jepang, menurut Emi, kini spogomi telah memiliki turnamen tersendiri yang diadakan di banyak negara, termasuk Indonesia. Di negara tersebut diadakan babak penyisihan yang pemenangnya akan mengikuti babak final di Jepang. “Jadi kejuaraan dunia spogomi, semacam Olimpiade pungut sampah,” dia mengungkapkan. Di Jepang, sepanjang tahun ini sudah terselenggara 230 lomba spogomi. Wakil Jepang pun terpilih dari 1.175 tim yang mengikuti kualifikasi di 47 prefektur.
Emi bercerita, pelaksanaan lomba spogomi di Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Selatan untuk mempromosikan Desa Wisata Kedung Gede yang masuk 300 desa wisata pilihan Kementerian Pariwisata. Ia berharap kegiatan kebersihan lingkungan ini mendorong peningkatan pariwisata dan ekonomi kreatif lokal di tempat acara berlangsung. “Kami berharap Indonesia bisa terus mengirimkan wakil dengan memperbanyak lomba spogomi,” katanya.
Kepala Seksi Pemasaran dan Atraksi Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Selatan Crisandini Suri mengatakan kerja sama dengan Nippon Zaidan bertujuan mendukung kebersihan kawasan Kedung Gede. Setelah melihat antusiasme warga terhadap lomba spogomi, ia pun berharap lomba itu menjadi acara tahunan. “Wali Kota Jakarta Selatan, Bapak Munjirin, ikut melepas Tim Berlian ketika berangkat ke Jepang mengikuti Spogomi World Cup,” ucap Crisandini.
Menurut dia, Wali Kota Jakarta Selatan telah memerintahkan Suku Dinas Lingkungan Hidup untuk menyelenggarakan lomba spogomi setiap tahun. “Kami di Sudin Parekraf kan hanya menikmati hasilnya. Kalau kondisi bersih bisa meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif. Kalau yang terkait langsung dengan kebersihan itu di Sudin Lingkungan Hidup,” ujar Crisandini melalui sambungan telepon, 27 Desember 2023.
Pemilah Sampah Jadi Atlet
Wakil Indonesia, Tim Berlian, saat mengikuti Spogomi World Cup 2023 di Shibuya, Jepang, November 2023./Dok Nippon Zaidan
SEJAK awal 2022, Nuraini mulai aktif mengurus bank sampah. Perempuan yang lahir di Jakarta, 8 Juni 1975, ini bercerita bank sampah itu diberi nama Berlian. Wilayah operasinya berada di Rukun Warga 04 Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. “Latar belakang pendiriannya, kami melakukan riset ke warga mengenai sampah organik,” kata perempuan yang akrab disapa Ai ini melalui pesan WhatsApp, 26 Desember 2023.
“Kami bukalah bank sampah. Sudah berjalan hampir dua tahun,” tuturnya. Menurut dia, warga pun menyetujui Sekretariat RW 04 yang beralamat di Gang Swadaya 2 RT 002 RW 04 sebagai tempat operasional. Ketika awal beroperasi, menurut Ai, PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) ikut bermitra dengan meminta sampah organik. Kerja sama berlangsung selama enam bulan pada Januari-Juni 2022. “PT SMI hanya minta sampah organik buat jadi kompos,” ucap ibu dua anak ini.
Ketika memilih terlibat di bank sampah, Ai sempat tidak mendapat dukungan dari keluarga. Tugasnya pada bagian pemilahan dianggap jorok oleh suaminya, Jamal Paiz, dan anak-anaknya. “Awalnya mereka menertawai saya, kenapa mau kotor-kotoran dan berbaur dengan bau sampah,” Nuraini mengenang.
Perlahan jerih payah Ai pun mendapat dukungan keluarga. Apalagi ketika Ai bersama dua rekannya di Bank Sampah Berlian, yakni Neneng Sopiyati dan Siti Haroyani, mewakili Indonesia di Spogomi World Cup, yang diklaim sebagai Olimpiade pemungutan sampah. “Ketika saya berangkat ke Jepang, mereka ikut men-support saya. Mereka menyaksikan saya secara langsung di kanal YouTube,” dia mengungkapkan.
Kebanggaan keluarga kepada Ai pun makin besar karena Bank Sampah Berlian terus berkembang. Jumlah nasabah bank sampah yang awalnya hanya 60 orang sudah meningkat menjadi 135 orang. “Dalam pengelolaan bank sampah, kami menerapkan sistem bagi hasil, buat pengurus 30 persen dan nasabah 70 persen,” ucapnya.
Dalam proses distribusi sampah, Ai dan pengelola Bank Sampah Berlian bekerja sama dengan pengepul. Pengangkutan sampah yang sudah terpilah oleh pengepul berlangsung setiap dua pekan. Barang-barang yang diterima, Ai menjelaskan, antara lain botol beling, kaleng minuman, kardus, buku bekas, dan galon air mineral. “Biasanya orang lapak datang jemput. Kalau pakai truk cuma sekali angkut, kalau mereka pakai pikap bisa sampai tiga kali angkut,” tuturnya.
Selama beraktivitas sebagai pengelola bank sampah, Ai merasakan tantangan tersendiri perihal bau menyengat sampah. Namun kendala itu tidak menyurutkan niatnya untuk terus mempromosikan kebersihan. “Saya belajar banyak sejak pulang dari Jepang. Pengelolaan sampah mereka benar-benar disiplin, bahkan untuk merokok saja ada tempat tersendiri, tidak seperti di Jakarta,” ujarnya.
Rekan Nuraini, Siti Haroyani, malah mendapat dukungan dari keluarga sejak mengemban tugas sebagai pemilah sampah. Posisi sang suami, Awaludin, sebagai ketua rukun tetangga, membuatnya ikut mendukung program bank sampah. “Karena kebetulan ini program dari RW juga, jadi sekalian bantu rangkul warga,” kata perempuan yang akrab disapa Yani ini melalui sambungan telepon, 26 Desember 2023.
Sebagai salah satu perwakilan Indonesia di Kejuaraan Dunia Spogomi, Yani membandingkan kondisi di Indonesia dengan Jepang. Menurut dia, perilaku hidup bersih orang Jepang patut dicontoh. “Bisa ya, satu negara bersih seperti itu. Kalau saya bandingkan, jangankan dengan Indonesia, di lingkup RT saja masih kesulitan menerapkan perilaku tidak buang sampah sembarangan,” ujar ibu empat anak ini.
Meski telah ada bank sampah, Yani sering memberi contoh untuk menyapu jalan di sekitar tempat tinggalnya. Namun upaya itu belum bisa menggugah warga lain untuk tidak membuang sampah sembarangan. “Biasanya, sudah disapu, pas balik lagi malah sudah ada sampah lagi. Pengin banget bersih kayak di Jepang, biar enak dilihat,” ucap perempuan yang lahir di Jakarta, 15 November 1967, ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Spogomi, Olimpiade Memungut Sampah"