Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia baru saja kehilangan salah satu atlet terbaik pada olahraga para-tenis meja pada Jumat, 28 April 2023. Dia adalah David Jacobs yang meninggal pada usia 45 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama David Jacobs tentu sudah tidak asing di kalangan pencinta tenis meja Tanah Air. Prestasinya terukir pada ajang olahraga khusus para difabel baik level nasional maupun internasional. Ia juga pernah meraih medali dalam ajang multievent olahraga umum seperti SEA Games dengan raihan satu medali perak dan dua medali perunggu, serta satu medali emas South East Asian Table Tennis Association Championships.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kejuaraan khusus atlet difabel, prestasinya lebih menonjol lagi. Pada multievent tertinggi untuk kaum difabel, Paralympic Games, David meraih dua perunggu. Kedua prestasi tersebut diraih pada Paralimpic Games 2012 di London pada nomor Individual Class 10 dan Paralympic Games 2020 di Tokyo nomor Individual Class 10.
Belum lagi level Asia Tenggara, ASEAN Para Games, dengan koleksi total tujuh emas dan level Asia, Asian Para Games. Total, ia meraih tiga medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu.
Kepada Skor.id, David Jacobs pernah berbagi pengalaman sempat dipandang sebelah mata oleh rekan-rekannya ketika berkendara lantaran keterbatasannya.
Itu terjadi saat peraih medali perunggu menjajal Mercedes-Benz GLB 200. Pertama kali masuk ke kabin, David mengaku canggung. “Saya belum pernah punya mobil Mercedes, tapi kalau mengendarai pernah. Saya juga tadi sempat bingung cara mengatur posisi jok, ternyata tinggal tekan tombol,” kata David, tertawa sambil menunjuk tombol tempat pengaturan jok
Disabilitas tak menghentikan langkah David Jacobs. Pada akhir pertemuan saat itu, ia tidak lupa memberikan motivasi dan menitipkan pesan-pesannya kepada anak-anak muda difabel sepertinya. "Buat anak-anak muda yang memiliki keterbatasan fisik, jangan malu dengan keadaan kita, jangan rendah diri," ucap dia.
"Tuhan pasti kasih kita potensi, kemampuan, dan talenta. Yang penting kita mau berusaha dan berdoa, lakukan yang terbaik, apa pun kemampuan yang kita miliki, pasti bisa berkembang," kata laki-laki kelahiran Makassar, 21 Juni 1977 tersebut.
David kemudian menceritakan kisah masa kecilnya yang terlahir dengan kondisi difabel pada tangan kanannya. "Waktu kecil saya sempat malu dengan kondisi ini. Beruntung saya punya orangtua dan keluarga yang memotivasi, sehingga saya kembali semangat,“ ujarnya.
"Dulu saya merasa kondisi ini sebagai kekurangan dan kelemahan saya. Tapi sekarang, saya sadar bahwa ini justru kekuatan saya. Dengan kekuatan ini saya bisa ikut Paralympic dan berbagai kejuaraan internasional lainnya. Itulah pesan (motivasi) saya kepada anak-anak muda difabel,“ kata David Jacobs sambil memegang tangan kanannya.
Mimpi David Jacobs untuk mendapatkan medali emas gagal tercapai. David sukses mempersembahkan medali perunggu di Paralimpiade Tokyo 2020. Dalam pertandingan semifinal di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jepang, Sabtu (28/8), David dikalahkan pemain Prancis, Mateo Boheas (2-3) 9-11, 8-11, 11-3, 11-5 dan 8-11. (foto:dok/npcindonesia)