Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Piala Thomas & Uber 2020 ditunda pelaksanaannya hingga tahun depan setelah sejumlah negara Asia mundur.
Federasi Badminton Denmark menyesalkan keputusan BWF karena negaranya sudah berupaya mempersiapkan turnamen dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Tidak adanya turnamen internasional yang diikuti Indonesia sampai akhir tahun ini membuat latihan dimulai lagi dari dasar.
RIBKA Sugiarto memendam rasa kecewa karena gagal tampil dalam Piala Uber 2020. Pebulu tangkis ganda putri Indonesia asal Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum itu batal menjalani debutnya dalam kejuaraan beregu putri paling prestisius sejagat tersebut karena Federasi Badminton Dunia (BWF) menunda pelaksanaan Piala Thomas dan Piala Uber yang sedianya digelar pada 3-11 Oktober 2020 di Aarhus, Denmark. “Keadaannya lagi kayak gini. Aku juga enggak bisa apa-apa, soalnya balik lagi ke kesehatan, kan,” kata Ribka, Rabu, 16 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penundaan Total BWF Thomas & Uber Cup Finals 2020 tersebut diputuskan dalam rapat virtual BWF pada Selasa, 15 September lalu. Empat hari sebelumnya, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menyatakan mundur dari turnamen dua tahunan itu dengan alasan demi keselamatan pemain dan ofisial. PBSI memutuskan mundur setelah meminta masukan dari semua pemain dan pelatih. “Kami memikirkan soal kesehatan dan perjalanan. Soalnya kan jauh, juga takut kalau ada apa-apa,” ucap pemain 21 tahun itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribka tidak larut dalam kesedihan setelah batal berangkat ke Denmark. Pemain peringkat ke-32 dunia itu ingin memanfaatkan waktu jeda turnamen dengan giat berlatih meningkatkan kekuatan pukulannya dan membenahi kekurangannya selama ini. Ia pun tetap berpikir positif sehingga mentalnya tidak drop di masa pandemi.
Pemain ganda putra peringkat kedua dunia, Hendra Setiawan, juga tetap bersemangat berlatih meski Piala Thomas ditunda. Pemain 36 tahun itu terus menjaga motivasi agar bisa bertanding maksimal ketika kejuaraan tersebut digelar tahun depan. Hendra tidak merasa kecewa batal tampil meski Indonesia menempati unggulan pertama dan berpeluang memboyong kembali Piala Thomas ke Tanah Air setelah 18 tahun tak pernah menjadi juara. “Posisi pertama bukan jaminan kita pasti juara. Kita harus yakin dulu, hasil belakangan,” ujar peraih emas nomor ganda putra Olimpiade Beijing 2008 itu.
Penundaan ini pun memaksa para pelatih di Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta Timur, menyesuaikan program latihan. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, menyebutkan perubahan program itu tidak sampai mengganggu jalannya latihan. Dengan kembalinya kondisi pelatnas ke jeda turnamen, latihan lebih banyak difokuskan pada menjaga feeling pukulan dan kondisi fisik. “Latihan juga tidak 100 persen, sampai 65 persenlah kira-kira,” tutur pelatih berjulukan Naga Api ini.
Herry berharap turnamen internal bisa digelar setiap bulan untuk membiasakan atlet dengan suasana kompetisi. Ia meyakini penundaan Piala Thomas dan Piala Uber tidak terlalu berdampak pada mental pemain. “Kalau Thomas Cup digelar lagi, saya berharap pemain bisa bersemangat dan termotivasi untuk membawa pulang Thomas Cup ke Tanah Air, karena sekarang kesempatan terbaik yang dimiliki tim Indonesia,” katanya.
Tidak adanya turnamen internasional hingga akhir tahun ini dimanfaatkan pelatih fisik, Felix Ary Bayu, untuk mematangkan program latihan. Sejak awal pandemi, ia telah menyiapkan beberapa pilihan program. Porsi latihan fisik dikurangi sejak dua pekan lalu dengan asumsi atlet akan berangkat ke Denmark. “Ketika diputuskan kita tidak ikut, kita menyesuaikan lagi ke program awal," ucap Felix, Kamis, 17 September lalu.
Menurut Felix, nihilnya turnamen internasional dalam jangka panjang membuat latihan fisik harus dimulai lagi dari dasar. Budaya olahraga di Indonesia yang buruk berdampak pada kondisi fisik yang tidak prima meski mereka berstatus atlet pelatnas. “Sebenarnya di pelatnas kita harus melanjutkan program yang lebih mahir. Kenyataannya, kita memulai dari dasar, memperbaiki teknik dasar, teknik gerak, dan segala macamnya," ujarnya.
Felix pun berupaya memperbaiki fisik pemain dengan waktu lebih panjang, yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi normal karena padatnya turnamen. Meski tidak dalam kondisi 100 persen, ia menambahkan, semua atlet pelatnas masih dalam jalur yang benar. “Kita harus pintar-pintar. Tetap jalankan program, tapi juga melepaskan stres merekalah," katanya.
Legenda bulu tangkis Denmark, Morten Frost, menyesalkan keputusan BWF menunda pelaksanaan Piala Thomas dan Piala Uber 2020 karena pandemi Covid-19. Negaranya sudah melakukan banyak upaya, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan, untuk memastikan turnamen berlangsung. “Bulu tangkis harus menemukan cara untuk memulai kembali atau olahraga ini bisa kalah," tuturnya seperti dikutip ESPN, Ahad, 13 September lalu.
Kepala tim nasional bulu tangkis India, Vimal Kumar, setuju dengan pendapat Frost itu. Menurut Kumar, bulu tangkis mundur ketika penyelenggara olahraga populer lain, seperti sepak bola, tenis, golf, dan kriket, membuat keputusan berani dan menyelenggarakan acara-acara besar. “Sungguh mengerikan cara negara-negara Asia menanggapi rencana dimulainya kembali kegiatan olahraga. Seharusnya tidak berubah menjadi politik Eropa versus Asia, kita harus melihat apa yang terbaik untuk olahraga ini," ujar Kumar kepada ESPN.
BWF menunda kejuaraan beregu putra-putri tersebut setelah Indonesia dan Korea Selatan mundur. Lima negara mundur lebih dulu, yaitu Thailand, Taiwan, Hong Kong, Singapura, dan Australia. Adapun Jepang dan Cina dikabarkan sedang mempertimbangkan keikutsertaan mereka.
Menurut Frost, Denmark sejauh ini adalah salah satu negara paling aman di dunia menyangkut situasi pandemi Covid-19. “Dan jika bulu tangkis tidak dapat dilanjutkan di sini, saya benar-benar tidak tahu apa yang bisa menjadi pilihan lebih baik," ucapnya. Dia pantas kecewa karena untuk pertama kalinya dalam 38 tahun kejuaraan Piala Thomas dan Uber akan kembali digelar di Eropa. Benua Biru terakhir kali menggelar Piala Thomas pada 1982 di London, Inggris.
Ribka Sugiarto dalam sesi latihan di Pelatnas Bulii Tangkis, Cipayung, Jakarta, Februari 2020. badmintonindonesia.org/PBSI/Nafielah
Semula, Piala Thomas dan Uber 2020 dijadwalkan digelar pada 16-24 Mei lalu, lalu diundur menjadi 15-23 Agustus karena pandemi. Kejuaraan lantas diundur lagi menjadi 3-11 Oktober. Tapi, karena banyak negara mundur dan pandemi belum mereda, kejuaraan tersebut kembali ditangguhkan hingga tahun depan. Namun BWF memutuskan Denmark Open 2020 tetap digelar sesuai dengan jadwal, yakni pada 13-18 Oktober di Odense.
Persiapan timnas Indonesia ke Piala Thomas dan Uber dibayang-bayangi ketidakpastian. Sampai hari PBSI memutuskan mundur dari turnamen itu, semua atlet dan pelatih belum mendapatkan visa. Terlebih Denmark menerapkan pencegahan terhadap warga negara Indonesia yang hendak masuk ke negara itu. “Kalau kendalanya seperti itu, tidak ada pilihan lain. Kita harus menghormatinya," kata Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewa Broto, Jumat, 11 September lalu.
Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto membantah kabar bahwa Indonesia mundur karena tidak memperoleh visa. Ia mengatakan urusan visa yang sempat menjadi kendala sudah teratasi. Pemerintah Denmark dan BWF sudah menjanjikan semua peserta akan mendapat visa. “Alasan utamanya karena keselamatan,” tuturnya saat dihubungi, Senin, 14 September lalu.
PBSI mengapresiasi keputusan BWF yang memprioritaskan kesehatan dan keselamatan. Sejak memutuskan mundur, PBSI berharap pelaksanaan Piala Thomas dan Uber 2020 ditunda. "Kami bersyukur akhirnya BWF bisa memahami kekhawatiran dan kegelisahan para atlet serta stakeholder badminton lain tentang kondisi Covid-19 yang belum teratasi ini," ujar Budiharto, Rabu, 16 September lalu.
IRSYAN HASYIM (BWF, ESPN, REUTERS, THE STAR, BADMINTONPLANET)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo