Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Witan Sulaeman menyusul langkah Egy Maulana Vikri berlaga di liga negara Eropa.
Pemain 18 tahun itu dikontrak tiga setengah tahun oleh klub FK Radnik .
Kompetisi di luar Indonesia membantu mengasah kemampuan dan mental pemain.
WITAN Sulaeman tersenyum lebar seraya membentangkan kostum biru klub sepak bola Serbia, FK Radnik Surdulica. Namanya tercetak di sisi belakang kaus, di bawah nama klub dan nomor 88. Dalam foto dan siaran pers yang dimuat di situs klub itu, Selasa, 18 Februari lalu, didampingi Direktur Umum Marko Markovic dan Direktur Olahraga Darco Gasic, Witan resmi diperkenalkan sebagai anggota klub yang berlaga di SuperLiga—kompetisi sepak bola tertinggi di Serbia—tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gasic mengatakan Witan adalah salah satu pemain berbakat di Indonesia. Witan berhasil mengalahkan para pemain yang usianya lima tahun lebih tua dalam seleksi untuk bergabung dengan tim nasional usia di bawah 23 tahun (U-23). “Fakta bahwa dia memiliki 12 penampilan untuk timnas U-19 dan 13 penampilan untuk timnas U-23 sudah berbicara tentang kualitas dan bakatnya,” kata Gasic seperti dimuat dalam keterangan resmi klub.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FK Radnik kini menjadi rumah baru Witan. Lima hari sebelumnya, mantan pemain PSIM Yogyakarta itu memasang foto terakhirnya berlatih di Indonesia di akun Instagram-nya. Witan menulis bahwa membawa nama Indonesia dan bergabung dengan FK Radnik adalah sebuah kehormatan besar baginya. “Terima kasih saya ucapkan pada keluarga dan teman-teman semua. Mohon doanya.”
Menurut agen pemain yang mewakili Witan, Dusan Bogdanovic, Witan dikontrak FK Radnik selama tiga setengah tahun. Pemilik SB Sport Agency itu mengungkapkan, Witan berkesempatan membuktikan dan meningkatkan bakatnya melalui latihan bersama FK Radnik. “Witan memiliki kondisi kerja yang sangat baik, rekan setim yang berkualitas, dan liganya jauh lebih kuat dari liga Indonesia,” ucap Bogdanovic melalui pesan WhatsApp kepada Tempo, Rabu, 19 Februari lalu.
Jalur Hijrah Pemain Muda/Reuters/Jerome Miron-USA TODAY Sports
Bogdanovic mengatakan Witan adalah pemain muda yang sangat berbakat. Ia sudah lama memantau perkembangan permainan Witan. Jebolan Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan, Jakarta, itu kemudian bergabung dengan agensi pemain sepak bola yang dikelola Bogdanovic. “Perjanjian sama orang tuanya, agensi akan membantu karier Witan. Apa yang terbaik selalu kami koordinasikan,” ujarnya.
FK Radnik adalah klub berusia 94 tahun yang bermarkas di Kota Surdulica, sekitar 272 kilometer di tenggara ibu kota Serbia, Beograd. Klub itu mendapat promosi ke SuperLiga setelah menjadi juara Liga I pada 2015. Tim yang ditangani pelatih kepala Simo Krunić itu kini berada di peringkat ke-13 klasemen SuperLiga yang diikuti 16 klub.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali merasa bangga ada lagi pemain sepak bola muda Indonesia yang bergabung dengan klub di Eropa, yang diidamkan semua pemain. Ia meminta Witan bermain profesional dan menjaga kondisi. “Fokus utamanya tetap main di Piala Dunia U-20 tahun depan,” tutur Zainudin di situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Witan menyusul jejak Egy Maulana Vikri, 19 tahun, yang hijrah ke Eropa dua tahun lalu. Egy bergabung dengan Lechia Gdańsk, yang bermain di Ekstraklasa—kompetisi sepak bola tertinggi di Polandia. “Egy adalah talent yang luar biasa,” kata Bogdanovic, yang juga menjadi perwakilan Egy dan membantunya mendapatkan kontrak di Polandia.
Egy masuk daftar Pemain Muda Terbaik yang dirilis media Inggris, The Guardian, pada 2017. Daftar ini berisi 60 pemain kelahiran tahun 2000 dari seluruh penjuru dunia yang dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang. Selain Egy, ada empat pemain Asia yang masuk daftar tersebut, yaitu Mohammad Sharifi (Iran), Mohammed Dawood Yaseen (Irak), Wang Jiahao (Cina), dan Rei Hirakawa (Jepang).
Pamor Egy juga melejit sebagai pemain kunci Indonesia dalam turnamen Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) U-18 pada 2017. Dalam kejuaraan itu, Indonesia menempati peringkat ketiga dan Egy menjadi pencetak gol terbanyak dengan delapan gol.
Sempat mendapat tawaran uji coba di beberapa klub Eropa, Egy akhirnya berlabuh di Lechia. Pemain kelahiran Medan itu meneken kontrak tiga tahun pada 11 Maret 2018, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-18. Egy bahkan diberi kostum bernomor punggung 10.
Ia menjalani debutnya di Lechia pada 23 Desember 2018 dalam laga melawan Górnik Zabrze, yang berakhir dengan kemenangan empat gol tanpa balas. Egy mencetak gol perdananya di Polandia saat menghadapi KTS-K Luzino pada September tahun lalu. Profil Egy juga masuk video game Pro Evolution Soccer 2020. Ia mencetak gol pertamanya tahun ini dan membantu Lechia mengalahkan Bałtyk Gdynia 2-0, Sabtu, 15 Februari lalu.
Akmal Marhali, koordinator Save Our Soccer—organisasi sipil yang menyoroti perkembangan sepak bola Indonesia—mengatakan Witan dan Egy menjadi gambaran pemain muda berbakat yang berani mengembangkan karier di luar Indonesia. Apalagi kompetisi di luar negeri akan mengasah kemampuan bermain dan mental pemain muda Indonesia. “Soal pendapatan, itu akan naik dengan sendirinya ketika mereka bisa berprestasi,” ujarnya.
Jalur Hijrah Pemain Muda/Tempo
Menurut Akmal, banyak pemain Indonesia selama ini merasa sudah berada di zona nyaman ketika mendapat kontrak dengan klub-klub Liga 1 dan punya banyak suporter. Padahal level permainan klub itu masih di bawah tim-tim dari negara lain, terutama di Asia Tenggara. Apalagi iklim kompetisi dalam negeri tak sehat. “Jadi memang lebih baik berlomba berkompetisi di luar negeri,” ucapnya.
Namun jumlah pemain Indonesia yang merumput di kompetisi di luar negeri masih terbatas, hanya enam orang. Di antara negara-negara Asia Tenggara, menurut data Soccerway, Filipina memiliki populasi pemain terbanyak yang bermain di berbagai kompetisi di luar negara itu. Jumlahnya mencapai 29 pemain. Thailand “mengekspor” 13 pemain, diikuti Singapura dengan 11 pemain. Adapun Vietnam memiliki tujuh pemain yang berlaga di kompetisi mancanegara.
Kerja sama dengan negara yang memiliki kompetisi kuat juga membantu perkembangan sepak bola. Pada 2017, tim Liga J1 Jepang, Consadole Sapporo, memboyong Chanathip Songkrasin, yang dijuluki Lionel Messi dari Thailand. Menurut Japan Times, perekrutan itu adalah langkah terbesar dalam sepak bola Thailand. Saat ini setidaknya ada empat pemain Thailand yang berlaga di liga tertinggi di Jepang tersebut.
Kemampuan bermain memang menjadi faktor utama bagi pemain untuk bisa meneken kontrak dengan klub-klub di luar Indonesia. Menurut Akmal, pengelola klub lokal juga perlu memfasilitasi para pemainnya agar berani berkarier di luar negeri dengan membangun jejaring dengan klub-klub asing. Turnamen persahabatan pun bisa memperlebar peluang para pemain dilirik pencari bakat. “Kalau pemain dilepas atau ada klausul dipinjamkan, dia bisa kembali dan membantu klub asalnya,” tuturnya.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo