Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Dampak Kematian Harimau Sumatera

Surat pembaca.

11 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gaji pensiunan Pertamina.

  • Dampak kematian harimau Sumatera di Aceh.

  • Bahaya perundungan siber.

Gaji Pensiunan Pertamina

SEBAGAI pensiunan Pertamina, saya bangga tahun ini Pertamina telah menyetor dana sebesar Rp 126,7 triliun untuk negara kendati dampak pandemi Covid-19 masih ada. Setoran ini menandakan Pertamina masih mampu mencatatkan kinerja positif sehingga terus bisa berkontribusi kepada negara baik melalui pajak, dividen, maupun penerimaan negara bukan pajak dengan jumlah cukup besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bersamaan dengan peringatan hari kemerdekaan kita yang ke-76, diluncurkan website Komunitas Pensiunan Pertamina. Dari kajian yang saya baca di website tersebut, yang juga telah dikirimkan kepada komisaris utama dan direktur utama, masih ada pensiunan Pertamina yang menerima uang pensiun di bawah Rp 1 juta sebulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jelas ini memprihatinkan bagi para pensiunan Pertamina. Mereka telah mendarmabaktikan hidup rata-rata 30 tahun dan ikut membesarkan perusahaan ini. Tapi, di hari tua, mereka tidak mendapat penghargaan dari Pertamina. Uang pensiun karyawannya seperti rata-rata upah minimum regional daerah-daerah Indonesia. Mohon Pertamina yang telah tumbuh dan berkembang besar bisa lebih menghargai senior-seniornya.

Drs H Deniarto Suhartono, MBA
Mantan Karyawan Pertamina


Kematian Harimau

BERITA-BERITA mengabarkan satu keluarga harimau Sumatera tewas terjerat kawat di Aceh. Mereka terdiri atas satu induk dan dua anak, jantan dan betina. Berita ini menyedihkan karena konflik manusia dengan satwa terus saja terjadi. Kita makin tidak bisa hidup berdampingan dengan makhluk lain. Kenapa? Jika berbaik sangka, karena berebut ruang hidup.

Harimau mendekat ke permukiman penduduk karena kehilangan habitat. Sebaliknya, penduduk mendekat ke habitat harimau untuk meluaskan ruang jelajah dan memenuhi kebutuhan ekonomi. Hubungan ini akan membuat konflik meningkat di masa mendatang. Sebab, jumlah manusia terus bertambah, saat ini mencapai 7,8 miliar. Sepuluh tahun lagi mungkin jumlahnya 9 miliar. Semuanya membutuhkan ruang hidup. Ruang hidup manusia yang tersedia akan mendesak habitat satwa di hutan-hutan.

Dalam sejarahnya, manusia selalu menang dibanding makhluk lain. Pertanyaannya, apa yang terjadi jika satwa musnah karena tak lagi punya rumah? Saya bukan ilmuwan yang bisa memprediksi masa depan. Tapi tak adanya harimau akan membuat jumlah satwa herbivor dalam rantai makanan di bawahnya melimpah. Akibatnya, hutan akan musnah karena bertambahnya kebutuhan pakan. Kelak mungkin tak ada lagi hutan. Padahal hutan kita butuhkan untuk menahan panas, menyerap emisi, bahkan memproduksi oksigen yang kita perlukan buat bernapas.

Dewi B.
Bogor, Jawa Barat


Perundungan Siber

DI Indonesia, pada 2011-2019 terdapat 37.381 aduan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Dari angka tersebut, jumlah laporan perundungan di dunia pendidikan dan di media sosial mencapai 2.473. Dalam beberapa kasus, perundungan siber mengakibatkan gangguan psikologis, rasa dendam, hingga keinginan bunuh diri.

Mengapa terjadi perundungan siber? Ada beberapa faktor. Di antaranya keluarga dan lingkungan serta faktor internal berupa kegagalan mengontrol diri.

Pembentukan kepribadian seseorang dipengaruhi banyak hal. Salah satunya etika. Etika adalah keadaan, susila, watak, dan kebiasaan dalam berperilaku. Etika juga berkaitan dengan penilaian mengenai perilaku yang baik atau buruk, benar atau salah, berguna atau tidak berguna, pantas atau tidak pantas.

Selain itu, pengetahuan terkait dengan nilai, norma, dan wawasan berbudi luhur. Nilai berarti segala sesuatu yang dianggap baik dan buruk dalam masyarakat. Nilai buruk akan mengundang konflik sosial. Sebaliknya, nilai baik memberikan integritas sosial.

Norma adalah aturan berperilaku untuk mencapai nilai tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, ada budaya malu, budaya bersih, budaya sopan. Jika etika, nilai, dan norma tersebut dimiliki setiap orang, media sosial akan berisi wawasan, bukan perundungan siber. Jika setiap warganet menerapkan etika ini, saya yakin dampak negatif bermedia sosial dapat dikurangi. 

Desti Destiansari Istinabiyah
Mahasiswa Magister Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur, Jakarta

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus