Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Dilema Kelas Menengah

Kelas menengah terjepit: tak mendapat bantuan sosial, utang menumpuk, tabungan tak seberapa.

28 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA pekan lalu saya menyimak berita soal dilema kelas menengah. Berita itu menarik karena relevan dengan keadaan saya: bantuan sosial tak dapat, penghasilan sampingan tak punya, utang menumpuk, dan tabungan pas-pasan. Usaha kecil-kecilan yang saya jalankan pun bangkrut. Kemampuan saya tak jelas dan di usia 35 tahun belum mapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nah, sebaiknya dilema kelas menengah ini diulas Tempo dalam edisi khusus. Bila perlu, Tempo membahas isu-isu seputar pemberdayaan kaum kelas menengah, rekomendasi, dan edukasi pemberdayaan masyarakat. Nanti kalau saya dan jutaan pembaca Tempo dari kelas menengah ini “naik kelas”, kami subscribe Tempo digital berjemaah. Jika ada 1 juta pembaca mau membayar berita Tempo Rp 200 ribu, penghasilan Tempo sudah bisa ditakar. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta, lho.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hardi Yan
Indragiri Hilir, Riau

Terima kasih atas usulnya, Pak Hardi. Kami coba rumuskan dulu perencanaan liputannya.

Etika dan Perilaku

SUDAH 79 tahun Indonesia merdeka lepas dari penjajahan. Kehidupan sebagian masyarakat sudah meningkat bertahap menjadi sejahtera. Begitu pula dengan tingkat pendidikan, karena masyarakat yang terdidik jumlahnya terus meningkat. Namun ada empat perilaku sangat mendasar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang harus diperhatikan dan diperbaiki. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan etika dan adab.

Pertama, cara membuang sampah yang baik dan benar. Apabila kita ke tempat umum, terlihat sampah berceceran di mana-mana, padahal ada tempat sampah. Kedua, budaya antre dipandang sepele dan tidak penting. Orang yang menerobos antrean agar bisa mendapat giliran lebih cepat sangat sering kita temui. Ini sepertinya merupakan hal yang dianggap lumrah. Pelakunya tidak terlihat merasa bersalah dan malu kepada orang lain yang tertib antre dengan susah payah. 

Ketiga, cara berlalu lintas belum sesuai dengan peraturan serta tidak beretika dan beradab. Sebagian besar peristiwa kecelakaan lalu lintas terjadi karena kesalahan manusia. Pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas yang begitu masif dianggap sebagai hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, apalagi penegakan hukum terhadap pelanggaran tersebut sangat lemah.

Keempat, kurangnya rasa memiliki dan bertanggung jawab dalam menjaga sarana-prasarana yang disediakan untuk kepentingan umum. Masih sering kita menyaksikan fasilitas umum yang dirusak oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab dengan tujuan yang tidak bisa diterima oleh akal sehat.

Rupanya, tingkat kesejahteraan, latar belakang pendidikan, bahkan barangkali kepercayaan yang dianut tidak berbanding lurus dengan etika dan perilaku sebagian masyarakat kita. Padahal etika dan perilaku merupakan cermin sebuah bangsa yang beradab.

Samesto Nitisastro
Depok, Jawa Barat

Menangani Sampah Organik

AKUMULASI sampah organik tidak hanya menciptakan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara dan air. Kesuburan tanah pun berkurang secara bertahap. Salah satu program lingkungan yang makin mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat adalah pembuatan kompos.

Namun pembuatan kompos memerlukan waktu dan pemahaman yang mendalam tentang dekomposisi bahan organik. Terkait dengan hal ini, ada metode Takakura yang bisa menjadi solusi. Dr Yoshinori Takakura mengembangkan metode ini dengan menggabungkan prinsip sederhana pemanfaatan mikroorganisme yang berguna mempercepat dekomposisi sampah organik. Metode Takakura menggunakan fermentasi sebagai sarana menguraikan material sampah. Dengan menggunakan mikroba, material sampah yang dihasilkan tidak akan berbau busuk.

Dampak positif metode Takakura dalam pengolahan sampah organik rumah tangga juga terlihat melalui pengurangan jumlah sampah organik yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan berkurangnya risiko pencemaran lingkungan. Hal ini membantu meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Dengan demikian, penerapan metode Takakura tidak hanya mendukung upaya pengelolaan sampah yang berkelanjutan, tapi juga memperkuat keberlanjutan lingkungan dan pertanian lokal.

Masyarakat Desa Kauman di Ponorogo, Jawa Timur, sudah melaksanakan kegiatan rutin pembuatan kompos Takakura di rumah masing-masing yang dipantau koordinator tim pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan kelompok tani. Masyarakat Desa Kauman menggunakan campuran cairan tape atau ragi dalam pengomposan.

Aulia Hana Faradiba
Ponorogo, Jawa Timur

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus