Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Pengelolaan Hutan Pelalawan

Surat pembaca: dari hutan Pelalawan hingga cedera pergelangan kaki.

16 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hutan Pelalawan

WARGA Pelalawan, Riau, meminta pemerintah pusat meninjau ulang pemanfaatan hutan tanaman industri. Kerusakan hutan akibat eksploitasi sangat merugikan masyarakat. Sebab, lahan perkebunan masyarakat hilang dan lahan dikuasai beberapa pihak secara masif tanpa data jelas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hutan di semenanjung Kampar dan area taman Nasional Tesso Nilo terlihat tak diawasi pemerintah pusat. Pemerintah daerah tak berkutik saat hutan menjadi area hutan tanaman industri tanpa memberi keuntungan kepada masyarakat setempat. Eksploitasi sumber daya alam jelas melawan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bumi dan air semata-mata digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bilqis Canel
arauf0481@gmail.com


Manusia Global

KITA semua hidup pada masa kini dalam realitas konkret. Kita telah terlibat serta mengalami efek dan dampaknya. Masa kini hadir setelah adanya masa lalu. Sebab, segala sesuatu berada dalam rentang waktu. Konsekuensinya, masa kini adalah akibat dari masa lalu. 

Segala sesuatu dalam hidup ini dapat terlihat dengan jelas keterhubungan makna kausalitas dan hukum alamnya melalui pandangan jernih kaum sastrawan yang memiliki cita-rasa religiositas tinggi.

Menurut penuturan sastrawan Jacob Sumardjo, orientasi fiksi Indonesia dengan fiksi global sangat menggejala dalam polemik kebudayaan sejak era 1950-an. Sejarah pemikiran dalam sastra Indonesia membuktikan bahwa setelah masa Pujangga Baru, pasca-1940-an, orientasi global lebih dominan. Surat Kepercayaan Gelanggang mengikrarkan bahwa manusia Indonesia adalah bagian dari kebudayaan dunia. 

Dalam istilah Sukarno, “Kita boleh terlahir sebagai orang Jawa, tetapi pola pikir kita harus pasca-Jawa. Kita juga terlahir sebagai orang Indonesia, tapi wawasan kita harus mendunia dan menjadi manusia pasca-Indonesia”.

Eeng Nurhaeni
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bayan, Rangkasbitung, Lebak, Banten


Menangani Cedera Pergelangan Kaki

KAKI terkilir sering kali dialami oleh orang-orang dengan aktivitas yang mengutamakan gerak kaki, misalnya pesepak bola, pemain basket, atau para pekerja kantor yang sering beraktivitas di luar ruangan. 

Penanganan pertama pada cedera pergelangan kaki sebaiknya dilakukan pada tahap awal rehabilitasi atau tahap akut. Untuk itu, terapi RICE, yaitu rest, ice, compression and elevation, dilakukan pada anggota tubuh yang mengalami cedera karena bengkak dan nyeri.

Terapi RICE pada 48-72 jam pasca-trauma bertujuan mengurangi pembengkakan, meredakan nyeri, dan mencegah terjadinya cedera lebih lanjut pada ankle. Teknik RICE direkomendasikan sebagai penanganan awal cedera sprain ankle.

Setelah itu, ultrasound dapat digunakan untuk mendapatkan efek panas atau inframerah sebagai terapi gelombang elektromagnetik. Setelah itu, terapi latihan dapat dilakukan. Terapi latihan merupakan teknik fisioterapi untuk memulihkan serta meningkatkan kondisi otot dan tulang agar menjadi lebih baik. Faktor penting yang berpengaruh pada terapi latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara aktif dalam rencana pengobatan yang telah terprogram.

Terapi latihan, baik secara aktif maupun pasif dan memakai alat atau tangan kosong, berdampak naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligamen, serta dapat menambah kekuatan otot. Dengan begitu, stabilitas sendi dapat dipertahankan dan luas gerak sendi bertambah. Terapi latihan yang lain dapat membantu pemulihan cedera, seperti kontraksi otot, keseleo, pergeseran sendi, putus tendon, dan patah tulang, supaya kita dapat beraktivitas kembali tanpa mengalami kesakitan dan kekakuan otot. 

Danang Ikhwan Diansyah
Cipayung, Jakarta Timur


Al-Ghazali

SATU hal yang menarik pada karya Al-Ghazali adalah penjelasan rasional pada setiap karyanya. Ia seakan mempraktikkan betul sabda Nabi yang menyatakan “addinu hual aqlu, la dinan liman la aqla lahu” (Tidak beragama dengan baik orang yang tidak mengoptimalkan kemampuan berpikirnya).

Bagi Al-Ghazali, keimanan manusia (faith) tidak akan menemukan kedewasaan jika manusia beriman dan tak mampu mempertanggungjawabkan imannya dalam bahasa rasional. Dengan bahasa yang berbeda, sosiolog Auguste Comte menyatakan adanya evolusi pemikiran manusia dari tingkat faith yang dihayati oleh penganut agama formal menuju filsafat dan metafisika. 

Di sini pemikiran Al-Ghazali kembali menunjukkan keabsahannya bahwa, dalam penghayatan iman yang dewasa, terjadi peningkatan kepercayaan yang asal membeo (ketaatan buta) menuju iman yang mengikutsertakan segala bakat dan potensi manusia yang dianugerahkan Tuhan, yakni akal dan pikiran.

Muhamad Pauji
muhamadpauji50@yahoo.com

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus