Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Paus Fransiskus dan Dampak Konsili Vatikan II

Buku ini hendak meriwayatkan konsekuensi Konsili Vatikan II hingga hari ini. Mencari arti keputusan pembaruan diri gereja. 

8 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPAKAH Jorge Mario Bergoglio—kini Paus Fransiskus—yang datang ke Indonesia pada awal September 2024? Menurut Paul Vallely dalam Pope Francis: Untying the Knots (2013), Fransiskus datang memimpin Vatikan pada 2013 untuk mengurai benang kusut dalam gereja. Sebelas tahun berselang, hari ini banyak hal yang ia coba siangi secara cerdas dan dengan rasa humor terkait dengan gereja Katolik yang memiliki 1,3 miliar pemeluk ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal tersebut mungkin ditempuhnya karena ia telah mengurai benang kusutnya sendiri. Bergoglio tumbuh sebagai imam muda yang cemerlang dan pada usia 36 tahun telah menjadi Provinsial Serikat Jesus di era junta militer Argentina yang kejam pada 1976. Kala itu ada 20 ribu desaparecidos (orang yang dihilangkan militer) dan 150 di antaranya imam Katolik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada dua imam Yesuit, Francisco Jalics dan Orlando Yorio, yang mengembangkan teologi pembebasan di kampung-kampung kumuh. Namun Bergoglio meminta kedua imam itu berhenti melayani. Kedua imam itu menolak dan membangkang, lalu hak imamat melayani komuni mereka pun dicabut. Yang lebih buruk, kedua imam itu diculik pada 23 Mei 1976.

Bergoglio tertekan akibat peristiwa itu. Ia mendatangi komandan bernama Massare untuk meminta pembebasan. Baru setelah lima bulan keduanya dibebaskan. Atas itu semua, Bergoglio berkata, “…sesungguhnya saya seorang yang berdosa dan Allah dengan kemurahan-Nya ternyata mau terus mengasihi secara istimewa.” Keluar dari momen kusut sejarahnya itu, Bergoglio berkembang menjadi imam dengan teologi pengampunan dan kerendahan hati. Gestur dan wajah demikianlah yang akan kita lihat darinya.

Paus Fransiskus menemui anak-anak Scholas Occurrentes di Grha Pemuda, Jakarta, 4 September 2024. Tempo/Fransischa Christy Rosana

Pasca-Vatikan Ke-2

Kita juga bisa berharap gestur gereja Katolik pun demikian. Hasil Konsili Vatikan II, yang menjadi kerangka dasar buku Yustinus Prastowo ini, memberi perspektif atas gestur Paus tersebut dan gereja Katolik. Setiakah gereja Katolik pada pembaruan dirinya selepas Konsili Vatikan II?

Buku ini hendak meriwayatkan konsekuensi konsili tersebut hingga hari ini. Dalam arti apakah keputusan pembaruan diri gereja dilaksanakan dan bagaimana caranya diwujudkan sepanjang sejarah. Secara mendasar, konsili ini menetapkan gereja agar mendunia (halaman 29) dan komunitas beriman ikut dalam kegembiraan serta kecemasan dunia tersebut. Jadi urusan gereja bukan menunjukkan kebenaran dirinya, melainkan solidaritasnya. 

Bahkan, dalam prolog buku ini, Mgr Adrianus Sunarko secara jernih menjadikan kriteria filsuf Juergen Habermas sebagai pengukur kesungguhan gereja dalam menjalani pembaruan diri. Disebut sebagai kriteria epistemis gereja (halaman xxi), yang ditanyakan adalah: Apakah gereja bekerja juga dengan pengakuan atas kemajemukan pendakuan atau klaim agama-agama? Apakah gereja mau belajar pada sains sebagai cara pandang modern yang sahih? Dan apakah gereja menerima argumen sekuler sebagai hal yang berlaku di dunia politik?

Atas kemajemukan, gereja Katolik berupaya menjalankan ujaran dokumen Nostra Aetate (halaman 46) sehingga tidak lagi triumfalistik atas klaimnya, melainkan dialogis antar-iman. Kehidupan modern yang terbentuk oleh sains tidak lagi ditolak gereja, tapi didekati secara pastoral—pendekatan khas Paus Fransiskus adalah menemui yang terluka sambil mencari penghiburan. Ihwal politik dunia, yang makin liberal kapitalistik, gereja mencari jalan keadilan, bahkan menghidupi sebentuk Ajaran Sosial Gereja dengan prinsip subsidiaritas.

Konsili Vatikan II, Gereja yang Mendengarkan: Terus Berubah-Tetap Setia

Terbuka pada Tantangan Baru

Seperti Paus Fransiskus, Gereja pasca-Konsili Vatikan II tidak lagi menafikan sejumlah masalah yang harus diatasi. Gereja bersikap rendah hati dan mengakui keterbatasan diri, tapi sekaligus mencari harapan pembaruan. Jabatan imamat perempuan adalah salah satu tema yang terus digumuli di hadapan dunia yang menuntut kesetaraan gender (halaman 100). Hal ini apakah bisa dikaitkan dengan jabatan imam sebagai sacerdos (imam kultis) atau presbyteros (imam selaku pelayan) yang sudah lazim dalam gereja Protestan? 

Kemudian ada pula skandal pelecehan seksual dalam gereja oleh para imamnya sendiri (halaman 188), yang terus menjadi tantangan besar bagi Paus Fransiskus. Sikap terbuka Paus atas kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer atau LGBTQ masih saja mengundang pro-kontra dalam gereja (halaman 186). Juga tentu atas soal gentingnya ketidakselamatan bumi ini yang menantang kabar gembira keselamatan umat Kristen itu sendiri.

Paus Fransiskus bertemu dengan anak yatim-piatu dan para pengungsi di Kedutaan Besar Vatikan, Jakarta, 3 Agustus 2024. Biro Pers Vatikan

Buku ini menjelaskan cara gereja dan Paus Fransiskus dalam menjawab soal-soal dirinya dan dunia dengan pendekatan rendah hati. Menurut Prastowo, setelah menyarikan dokumen awal yang dikeluarkan Paus Fransiskus Lumen Fidei, iman dapat muncul dalam semua orang, kalau mau mulai mengembangkan cinta (halaman 62). Iman demikian akan menatap perkara-perkara kehidupan secara unik: merangkulnya dan menunjukkan jalan Ilahi untuk menyembuhkannya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Menyambut Paus dengan Tangan Terbukanya"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus