Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penampilan para siswa SMKN 2 Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam konser musikal garapan Yayasan Titimangsa dan dukungan Kementerian Pendidikan.
Para anggota orkestra menjalani audisi ketat. Mereka berlatih intensif selama beberapa bulan menggembleng diri demi kesuksesan acara.
Dari pentas ini, siswa disiapkan terjun dalam industri musik bekerja sama dengan para musikus profesional.
LAGU “Yogyakarta” dari KLa Project mengalun merdu mengantarkan imaji suasana teduh di kota pelajar itu. Ia mengantar kisah Larasati yang lari dari Ibu Kota untuk menenangkan hati yang terluka oleh pahitnya cinta. Dengan aransemen yang digarap oleh musikus kondang Tohpati Ario Hutomo, lagu ini menjadi sedikit berbeda. Terdengar sedikit selipan lagu Jawa “Gambang Suling” di dalamnya. Komposisi ini bukan yang pertama. Orkestra dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta—juga dikenal dengan nama SMM Yogya—membuka pentas ini dengan komposisi “Finlandia Op. 26” karya Jean Sibelius yang menggugah dan sebuah overture yang diaransemen Tohpati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Larasati—diperankan oleh Sherina Munaf—adalah perempuan muda yang memulai hidup di Yogyakarta setelah hatinya patah. Dia mengelola kafe kecil milik kakak kelasnya saat bersekolah dulu, Agung (Danu Kusuma), lelaki yang selalu bimbang menentukan pilihan hidup. Percakapan Agung dengan Larasati tertumpah. Keduanya terjebak dalam kebimbangan, yang ditebalkan dalam lagu karya Melly Goeslaw yang diaransemen dengan sentuhan orkestra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di kedai kopi yang muram bernama Café Senja ini, Larasati berusaha menyembunyikan luka dan kegundahannya. Namun ia justru bertemu dengan pengagum beratnya saat di SMK dulu. Lelaki itu seorang penyair yang juga mahasiswa yang tak kunjung lulus, Raka (Nyoman Paul). Dia pengagum Larasati, gadis yang selalu ia kirimi puisi cintanya. Cerita yang ringan mengalir menjadi lebih berwarna dengan kehadiran Rena (Mawar de Jongh). Rena adalah gadis pemimpi yang humoris, kocak, tapi berani mengambil keputusan. Penonton tertawa dengan kemunculan Rena. Lagu-lagu dengan iringan orkestra segera menggema di Gedung Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, mengiringi adegan demi adegan dan menebalkan perasaan sang tokoh. Ada lagu “Somewhere Over the Rainbow”, “A Million Dreams”, dan “Sendiri”.
Malam itu, Kamis, 25 April 2024, orkestra SMKN 2 Kasihan unjuk kebolehan mengantarkan konser musikal “Memeluk Mimpi-mimpi”. Ini pertunjukan kolaborasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; Yayasan Titimangsa; serta SMKN 2 Kasihan. Para siswa sekolah musik ini yang didampingi guru-guru serta musikus Tohpati dan sutradara Wawan Sofwan mampu tampil prima. Mereka dihadiahi tepuk tangan panjang yang menggema di gedung pertunjukan.
Kisah cinta dan upaya mewujudkan impian para tokoh bergulir dengan ringan dan bersahaja. Penonton beberapa kali tertawa melihat adegan yang ditampilkan. Musik yang dibawakan para siswa terpilih ini mampu membius penonton, yang kebanyakan remaja. Nada-nada orkestra klasik mengantarkan lagu yang diracik sedemikian rupa menjadi nada yang harmonis. Penampilan kompak kelompok paduan suara dan musik yang bertenaga dari para siswa ini mampu mengimbangi penampilan sejumlah penyanyi kondang. Penampilan mereka bolehlah dikatakan seperti para awak orkestra profesional.
Puncak kisah Larasati dan para tokoh lain menemukan diri serta mewujudkan mimpi diiringi komposisi klasik “Habanera”, “Va, Pensiero”, “Stride La Vampa/Coro di Gitani”, dan “La Traviata: Libiamo ne’ Lieti Calici” yang mengajak bergoyang. Suara bulat dan melengking Isyana Sarasvati sebagai solois sungguh memukau dalam komposisi “Habanera”. Solois lain yang tampil adalah Heny Janawati. Dalam komposisi-komposisi yang ditampilkan, di bawah arahan konduktor, mereka menonjolkan beberapa alat musik. Pada suatu waktu terdengar petikan biola dalam teknik pizzicato atau tiupan para musikus alat tiup yang disambut bunyi piano yang kuat. Lagu “Melompat Lebih Tinggi” dan “Manusia Kuat” menutup pentas.
Jauh sebelum tampil di Jakarta, Kepala SMKN 2 Turino, guru pelatih, dan 99 siswa menghabiskan sebagian libur Lebaran untuk berlatih serius menjelang pertunjukan “Memeluk Mimpi-mimpi”. Mereka harus mengorbankan waktu libur bersama keluarga demi kesuksesan pentas itu. Mereka menyiapkan kemampuan setelah mendapat tantangan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, yang berkunjung beberapa bulan sebelumnya. Hampir dua bulan, sepanjang Maret hingga April, mereka berlatih vokal, harmoni musik, dan aransemen secara intensif. Yang paling menantang adalah membangun kedekatan dengan para tokoh dalam konser musikal ini.
Sherina Munaf, Nyoman Paul, Mawar de Jongh, Danu Kusuma, Isyana Sarasvati, Heny Janawati, Happy Salma, dan Ario Bayu datang empat kali ke auditorium sekolah untuk berlatih bersama siswa sejak pagi hingga malam setiap hari. “Untuk mengepaskan frekuensi siswa dan artis, misalnya bagaimana ekspresinya. Bagian ini yang paling sulit,” kata Turino kepada Tempo, 30 April 2024.
Aktris Sherina Munaf dan Nyoman Paul (kanan) tampil dalam Konser Musikal Memeluk Mimpi-mimpi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 24 April 2024. Antara/Erlangga Bregas Prakoso
Tim sekolah bersama tim dari Titimangsa berjibaku bolak-balik melatih gerak dan vokal. Mereka memperhatikan setiap detail latihan, termasuk kekompakan, dan mengantisipasi agar siswa tak sakit dengan cara menjaga stamina. Misalnya menyiapkan vitamin dan obat-obatan yang diperlukan. Ketekunan, kemampuan bermusik, kecepatan menangkap materi, kedisiplinan, dan etika menjadi pijakan tim untuk memilih siswa yang pantas tampil.
Ketahanan fisik menjadi pertimbangan karena mereka membutuhkan waktu untuk berlatih spartan sejak pagi hingga malam. Apalagi latihan juga digelar saat bulan puasa. Para awak orkestra ini adalah 99 siswa pilihan dalam audisi ketat dari 450 siswa.
Happy Salma sebagai produser melibatkan banyak musikus Tanah Air. Selain menggaet Tohpati, Happy melibatkan penyanyi Sherina Munaf, Isyana Sarasvati, dan Mawar de Jongh serta aktor Ario Bayu. Mereka berlatih olah vokal dan olah tubuh secara intensif selama satu bulan. Tohpati secara khusus menggembleng para siswa selama dua hari.
Tempo sempat melihat para siswa berlatih bersama Tohpati. Kepada siswa-siswa itu, gitaris jazz ini menekankan pentingnya mengecek elemen-elemen inti band pengiring, seperti bas dan drum set, atau kumpulan alat musik perkusi, yakni drum, simbal, dan pemukul drum bas.
“Yang penting lebih yakin. Cek rhythm section. Kalau ada yang enggak nyala, pastikan ke kru,” tutur Tohpati di aula sekolah, Rabu, 27 Maret 2024. Tohpati mengecek perangkat musik dan aransemen atau komposisi lagu yang mereka bawakan. Siswa-siswa sekolah musik tertua itu mengikuti petunjuk Tohpati saat membawakan delapan lagu orkestra.
Tim sekolah menekankan prinsip bahwa mereka yang kuat dan bisa bertahan dari tekanan adalah orang-orang yang dibutuhkan dunia industri. Melalui pertunjukan itu, siswa bisa mendapat pengalaman langsung bekerja bersama tim dalam jumlah besar. Misalnya memahami cara kerja tim Titimangsa, di antaranya sutradara hingga profesionalisme para artis penampil.
Konser musikal bagi SMKN 2 Kasihan bukan hal baru. Sebelumnya, mereka kerap mengiringi pertunjukan musik, di antaranya penyanyi Katon Bagaskara. Hanya, pertunjukan kali ini melibatkan penonton dalam jumlah besar dan promosi besar-besaran serta dikemas dengan rapi dan detail. “Memberikan panggung kepada siswa kami,” kata Turino.
Menurut Happy Salma, animo penonton untuk mendapatkan tiket konser tinggi. Hanya dalam waktu 30 menit setelah panitia memajang poster konser melalui media sosial, undangan menonton acara tersebut menjadi rebutan. Panitia menyediakan 1.100 tiket yang terdiri atas 500 tiket undangan dan 700 tiket umum.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Shinta Maharani (Yogyakarta) berkontribusi pada artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Dari Yogya Mereka Meraih Impian".