Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Mengenang Keajaiban Oz

Sebuah prekuel film klasik The Wizard of Oz dalam petualangan yang lebih mendebarkan.

24 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Oz The Great and Powerful
Genre: Fantasi
Sutradara: Sam Raimi
Skenario: David Lindsay-Abaire, Mitchell Kapner
Pemain: James Franco, Mila Kunis, Michelle Williams, Rachel Weisz, Joey King, Abigail Spencer
Produksi: Walt Disney Pictures, 2013

AKU mungkin bukan penyihir yang kalian harapkan, tapi mungkin penyihir yang kalian butuhkan," katanya pelan tapi tegas. Oscar "Oz" Diggs memang bukan seorang penyihir seperti pengakuannya selama ini. Dia cuma pesulap miskin anggota rombongan sirkus keliling di Kansas yang berambisi menggabungkan kejeniusan Thomas Alva Edison dengan keahlian pesulap Harry Houdini. Ambisinya untuk dikenal sebagai orang hebat membuatnya menjadi lelaki yang congkak.

Oz sesungguhnya bukan pesulap hebat seperti sangkaan orang. Kemampuan merayu perempuan, misalnya, cuma tipu muslihat yang dia lakukan dengan bantuan asisten pribadinya yang serba bisa, Frank. Tapi Oz tak selamanya beruntung. Kekasihnya, Annie (Michelle Williams), tiba-tiba berpamitan untuk menikah dengan seorang petani bernama John Gale. Pada saat bersamaan, Oz—dengan kehebatannya yang ternyata sekadar trik murahan—jadi buruan banyak orang. Dia kelabakan ketika diminta membuat seorang gadis kecil yang lumpuh bisa berjalan kembali.

Oz menyelamatkan diri menggunakan balon udara. Angin puting beliung menerjang pria itu dan balon udara yang ditumpanginya. Ia terombang-ambing dalam pusaran angin hingga akhirnya terempas di sebuah tempat dengan hamparan taman penuh bunga warna-warni, deretan air terjun raksasa, perbukitan hijau yang indah, serta makhluk ajaib yang belum pernah dia lihat. Sebuah negeri yang memiliki nama seperti dirinya, Oz. Inilah narasi awal film berjudul Oz the Great and Powerful. Film fantasi produksi Walt Disney ini disutradarai Sam Raimi, yang pernah sukses dengan trilogi Spider-Man.

Kisah Oz mungkin mengingatkan pada film klasik legendaris berjudul mirip, The Wizard of Oz, dengan lagu Over the Rainbow yang populer itu. Bedanya, tokoh utama film produksi Metro-Goldwyn-Mayer pada 1939 itu seorang anak perempuan bernama Dorothy Gale. Seperti Oz, Dorothy yang tinggal bersama paman dan bibinya, juga anjing kesayangannya, Toto, ini terdampar di sebuah negeri cantik bagaikan negeri dongeng setelah ia dan rumahnya terbawa angin topan.

Film The Wizard of Oz terinspirasi oleh novel karya L. Frank Baum berjudul The Wonderful Wizard of Oz pada 1900-an. Novel ini juga yang jadi pijakan dalam pembuatan film Oz the Great and Powerful. Namun film yang skenarionya ditulis David Lindsay-Abaire dan Mitchell Kapner ini bukan versi lain dari film klasik itu, tapi lebih sebagai prekuelnya, yakni kisah yang terjadi bertahun-tahun sebelum kedatangan Dorothy di Oz. Dorothy, dalam film klasik The Wizard of Oz, hanya bisa pulang kembali ke "dunia"-nya jika sudah bertemu dengan penyihir Oz.

Sementara dalam versi klasik Oz digambarkan sebagai lelaki tua bijaksana, Oz versi baru adalah Oscar Diggs, pecundang yang menjadi pahlawan, di tengah dunia yang dikuasai penyihir. James Franco cukup baik memerankan Oz, meski aktingnya lebih menggigit ketika memerankan Harry Osborn di serial Spider-Man.

Film ini sejak awal sudah memberi petunjuk tentang adanya benang merah di antara kedua film yang dipisahkan masa lebih dari 70 tahun itu. Selain angin topan dan balon udara raksasa, sejumlah elemen tetap dipertahankan, misalnya jalan bata kuning, Kota Emerald, dan Hutan Gelap. Begitu pula makhluk-makhluk ajaib, sahabat tokoh utama. Sementara Dorothy ditemani Scarecrow si orang-orangan sawah, Tin Man, dan Cowardly Lion seorang singa penakut, Oz punya dua sahabat, yakni Finley, monyet bersayap berseragam pelayan hotel, dan patung porselen berbentuk bocah perempuan.

Sam Raimi juga mengambil Kansas pada 1905 sebagai latar cerita. Ia bahkan mengikuti Victor Fleming dengan menyuguhkan film berformat hitam-putih dengan rasio layar lebih kecil di seperempat awal filmnya—untuk adegan Oz ketika masih di Kansas. Layar berubah berwarna dan melebar ketika pesulap itu terdampar di negeri Oz yang penuh warna.

Di tangan Raimi, keindahan negeri Oz makin cemerlang dan lebih nyata lewat kecanggihan teknologi computer-generated imagery. Jalan bata kuning, hutan gelap, hingga kota porselen tampak begitu hidup. Keindahan ini makin terasa bila kita menonton dalam format tiga dimensi di layar raksasa (IMAX). Meskipun demikian, bagi penonton, mungkin keindahan ini tidak lagi istimewa mengingat kualitas gambar seperti itu juga bisa disaksikan di film-film lain, seperti Hugo dan Life of Pi.

Namun petualangan Oz versi baru pastilah mendebarkan. Dikisahkan, Oz yang kebingungan bertemu dengan Theodora (Mila Kunis). Penyihir cantik ini gembira dengan kedatangan Oz yang katanya jatuh dari langit itu. Oz dianggap penyihir yang lama dinantikan rakyat negeri itu. Berdasarkan ramalan, dia akan menyelamatkan mereka dari cengkeraman penyihir jahat. Kabar ini jelas disambut Oz dengan sukacita. Apalagi Evanora (Rachel Weisz), kakak Theodora, menjanjikan Oz posisi sebagai raja menggantikan raja sebelumnya yang tewas diracun dan segudang emas permata. Syaratnya, dia harus membunuh penyihir jahat biang semua kekacauan, The Wicked Witch, penghuni Hutan Gelap (Dark Forest). Tapi di sinilah kejujuran Oz diuji. Terlebih ketika dia bertemu dengan penyihir lain, Glinda (Michelle Williams).

Meskipun menyajikan sejumlah adegan pertempuran yang menegangkan, film berdurasi 130 menit ini tetap mengandalkan plot yang ringan, gampang dicerna, dan sedikit mudah ditebak. Mungkin karena film ini menyasar penonton anak-anak. Dan, seperti umumnya film Disney, film ini sarat pesan moral lewat perbenturan antara tokoh baik dan jahat.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus