Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA belas lukisan jemari dua tangan terjalin erat dan terlihat intim terpampang di empat bidang dinding ruang pamer depan ROH Projects, Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Jari satu tangan menelusup di celah-celah jemari tangan yang lain. Gestur jalinan jemari ini menyiratkan kehangatan. Davy Linggar, sang perupa, menorehkan warna yang berbeda di setiap lukisan yang masing-masing berukuran 120 x 100 sentimeter itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lukisan cat minyak di atas kanvas itu merupakan karya serial Following Mother Nature 1-12. Warnanya didominasi warna alami, kecokelatan, abu-abu, atau warna biru. Ada juga torehan warna abstrak, meskipun masih tersisa bentuk dasar jalinan jemarinya. Tak terlalu jelas apakah ini jalinan jemari dua tangan yang sama atau berbeda. Tampak pula penekanan goresan kuas yang memberikan efek pada lukisan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara seri lukisan jemari tangan itu menghiasi dinding di ruang depan, karya Davy yang lain dipasang pada dinding di ruang belakang galeri. Selebihnya pengunjung akan diajak bertamu ke “rumah Davy”, yang dirancang oleh arsitek Andra Matin. Ini sebuah bangunan yang unik dari kayu bekas dengan atap miring dan jalan masuk dari kayu selebar sekitar 1 meter menuju dalam rumah itu. Davy berkolaborasi dengan Andra Matin dalam pameran seni rupa “View Finder” yang berlangsung di sana selama 22 September-27 Oktober 2024.
Rumah Davy itu dirancang cukup unik. Atap miringnya memiliki banyak jendela yang memungkinkan limpahan cahaya dari langit-langit ruang pamer menyiram ke ruang-ruang dalam rumah. Lewat jendela-jendela itu, pengunjung bisa mengintip atau menikmati dari kejauhan karya-karya Davy yang dipasang di dinding-dinding ruangan dalamnya. Andra merancang pintu masuk yang menuntun pengunjung menikmati jalan di lorong rumah yang di dindingnya diisi lukisan dan mengalir menuju ruang-ruang berikutnya.
Rancangan rumah buatan Andra ini diilhami rumah keluarga Davy. Tidak 100 persen sama, tapi merupakan rancangan yang menghadirkan ruangan yang nyaman untuk menikmati lukisan Davy dari jauh ataupun dekat. Dengan demikian, pengunjung pun bisa melihat berbagai lukisan itu dari beberapa sisi.
Rumah karya Andra Matin dalam pameran Davy Linggar bertajuk "View Finder" di ROH Projects, Jakarta, 9 Oktober 2024. Tempo/Jati Mahatmaji
Di sebidang dinding di ruang yang cukup luas di rumah itu, Davy menempatkan beberapa karyanya yang berukuran kecil. Beberapa lukisan itu memperjelas karakter pemilik jari tangan. Pada karya Always (2024), misalnya, jalinan jemari dua tangan itu menunjukkan tangan seorang laki-laki dan perempuan. Jari mereka terkait. Jari perempuan, yang dilingkari dua cincin, seperti mengunci jari si lelaki. Di sampingnya ada karya yang terfokus pada visual jalinan jari dua tangan bercincin tanpa menunjukkan pangkal tangan, yang dicat dengan warna natural. Lukisan berikutnya juga menggambarkan jari sepasang tangan yang hampir menangkup.
Tangan-tangan yang menjadi fokus Davy itu juga tertuang pada karya berjudul As One (2024), yang memperlihatkan empat tangan yang tengah mengambil sesuatu dari nampan berisi cokelat atau kue-kue. Keempat tangan ini seperti dipotret dari atas sehingga memperlihatkan sudut pandang yang berbeda. Sementara itu, karya berjudul Bless (2024) memperlihatkan sebuah tangan tengah memegang potongan kue ulang tahun dengan beberapa lilin dan mengangsurkannya kepada tangan lain yang siap menerima. Warna latar yang gelap seperti mengantar pada suasana yang lebih syahdu.
Ada pula lukisan tangan lain yang tengah memeluk dan mengelus anak anjing dalam Cherished (2024) atau sebuah tangan yang tengah memegang sebuah replika pesawat terbang dalam Daydreaming (2020). Ibu jari, telunjuk, dan jari tengahnya menjepit mainan itu.
Yang cukup menarik perhatian dan terasa lebih natural adalah karya yang memperlihatkan dua pasang tangan yang saling menggenggam. Erat dan hangat. Di bagian dinding dengan karya-karya jari-jari tangan yang lebih intim ini Davy menyelipkan beberapa foto polaroid kecil dan karya jari-jari sepasang kaki yang gesturnya sangat hidup. “Itu kaki anak saya. Saya ambil gambarnya saat berjemur ketika masa pandemi dulu,” ujar Davy pada Sabtu, 21 September 2024. Davy juga dikenal sebagai seniman yang piawai berekspresi melalui medium fotografi.
Di bidang dinding ini, Davy memperlihatkan karya-karya yang nuansanya hangat. Karya-karya itu seperti mengantarkan pada foto-foto keluarga yang sengaja ditempatkan di suatu ruang khusus. Ia tidak berwujud foto yang memperlihatkan muka atau badan si empunya, tapi cukup ditunjukkan dengan bahasa jari dan tangan. Seniman lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada 1995 itu menuturkan, dia tak pandai mengekspresikan atau mengungkapkan sesuatu dengan rangkaian kata. Ia merasa lebih nyaman berekspresi dengan bahasa tubuh dan ekspresi visual.
Sejumlah karya Davy Linggar yang berada di dalam rumah buatan Andra Matin dalam pameran bertajuk "View Finder" di ROH Projects, Jakarta, 9 Oktober 2024. Tempo/Jati Mahatmaji
Karya lain yang masih dengan berfokus pada jari dan tangan memperlihatkan ekspresi visual yang lebih abstrak atau malah lebih polos, seperti pada karya seri Gunting Batu Kertas (2024). Karya ini mengingatkan kita pada permainan anak-anak untuk mengundi sesuatu. Ia menggambarkan dua jari tangan yang membentuk gunting atau huruf V ditidurkan, lalu tangan yang menggenggam dan jari tangan yang terbuka.
Lukisan-lukisan Davy ini tak bisa dilepaskan dari dunia fotografi yang sudah lama digelutinya. Davy suka mengambil obyek jari dan tangan, lalu menuangkannya dalam goresan kuas di kanvas. Fotografi juga melingkupi kanvas Davy, baik dalam proses maupun konsepnya. “View Finder”, judul pameran ini, diambil dari istilah fotografi, sejalan dengan dua pameran Davy sebelumnya, yakni “Iso” (2020) dan “Aperture” (2022).
Dalam catatan kuratorialnya, pengulangan motif di sejumlah kanvas mengingatkan pada kerakusan membuat gambar komersial. Sekali bidik, banyak frame tercipta. Namun hanya satu-dua yang dipilih, diedit, dan disebarluaskan untuk dikonsumsi publik. Sementara itu, dalam karya lukis, penciptaan sebuah karya harus melalui tahap yang lambat di medium kanvas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tangan-tangan Tergenggam Davy Linggar"