Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENYAIR Joko Pinurbo yang berpulang pada 27 April 2024 tak hanya meninggalkan duka mendalam dan rasa kehilangan bagi keluarga, kerabat, dan dunia perpuisian Indonesia. Kepergian penyair yang akrab disapa Jokpin itu juga sangat menyedihkan bagi para penggemarnya, termasuk Stephanus Novi Prasetya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di hari kematian sang penyair, Novi beraktivitas seperti biasanya. Ia tiba di kantor, lalu menghidupkan laptop. Sembari menunggu laptop menyala, ia membuka akun Instagram dari gawainya. Unggahan sebuah akun penerbit buku muncul paling pertama. Isinya foto Jokpin dengan teks singkat: Rest in love, Mas Jokpin. “Dari situ aku cari-cari info lebih lanjut, dan benar ternyata sudah enggak ada,” kata pria 31 tahun itu kepada Tempo, Selasa, 7 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah muncul kabar yang mengejutkan itu, banyak unggahan mengenai sosok Jokpin di media sosial. Novi pun membaca satu per satu catatan obituari mengenai penyair yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962, tersebut. Tanpa disadari, tulisan-tulisan itu membuat Novi merasakan suasana duka lebih dalam. “Ada satu momen aku ngelamun di kantor," ujarnya.
Istri Novi, Nesya, sampai terheran-heran melihat sang suami yang dilanda kesedihan. “Kamu semerasa kehilangan itu ya, Jokpin meninggal?" Nesya bertanya. Novi menjawab bahwa Jokpin adalah ayah kandungnya dalam kata-kata. "Kupikir-pikir benar juga. Rasanya kayak ditinggal sosok bapak," ucapnya.
Sebagai salah satu bentuk berkabung, Novi menyalurkan rasa dukanya lewat media sosial. Ia membuat tulisan di platform Medium dengan judul "Penyair Itu Menuntaskan Ibadah Puisinya". Selain dia, kata Novi, banyak para penggemar Jokpin yang melakukan hal serupa. Ia mengatakan sang penyair seperti diantar pulang dengan kata-kata.
Mengidolakan Jokpin sejak 2018, Novi menyebutkan setidaknya ada tiga puisinya yang cukup populer, yaitu “Kamus Kecil”, “Celana”, dan “Apa Agamamu”. Saat Jokpin meninggal pun, tutur Novi, ketiga puisi tersebut paling banyak dikutip dalam unggahan dukacita. Selain itu, bait terakhir puisi “Tubuh Pinjaman” banyak dipakai sebagai kutipan.
Tubuh,
pergilah dengan damai
kalau kau tak tenteram lagi
tinggal di aku. Pergilah dengan santai
saat aku sedang sangat mencintaimu
Satu lagi puisi Jokpin yang belakangan populer adalah “Jogja Terbuat dari Rindu, Pulang, dan Angkringan”. Dikutip dari Koran Tempo, istri Jokpin, Nurnaeni Amperawati Firmina, juga menyebutkan puisi tersebut sangat populer dan disukai kalangan muda.
Novi mengaku jarang mengutip puisi-puisi Jokpin di unggahan akun media sosialnya. Dia lebih sering memamerkan sampul buku Jokpin untuk menunjukkan bahwa ia tengah membaca karyanya. "Berharap orang akan ikut kepo juga siapa Jokpin," ujarnya.
Khusus dalam tulisan tentang Jokpin di Medium, ada dua puisi yang dikutipnya, yaitu “Kamus Kecil” dan “Ajarilah”. Novi mengungkapkan, puisi Jokpin telah menyelamatkannya ketika ia dilanda krisis seperempat abad. Puisi Jokpin berjudul “Ajarilah” adalah yang paling berkesan buat Novi.
Ajarilah kami,
para pemimpi yang gigih ini,
untuk berdamai
dengan segala andai
Meski hanya empat baris, puisi ini mampu mengurai keruwetan dalam pikiran Novi dan menjadi pegangannya saat dilanda overthinking.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat, Fachri Hamzah, juga mengenal puisi-puisi Jokpin sejak 2018 atau awal kuliah. Salah satu karya Jokpin yang paling berkesan menurut dia adalah buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan. Setelah membacanya, pemuda 25 tahun itu mulai tertarik menyelami lebih dalam karya-karya Jokpin.
Tapi, di lingkungan pertemanannya, Fachri menambahkan, puisi berjudul “Kamus Kecil” cukup populer dan banyak disukai. Berikut ini penggalan puisinya.
Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu
Walau kadang rumit dan membingungkan
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu
Sehingga saya tahu
Bahwa sumber segala kisah adalah kasih
Bahwa ingin berawal dari angan
Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba
Bahwa segala yang baik akan berbiak
Bahwa orang ramah tidak mudah marah
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Puisi Jokpin Favorit Anak Muda".