Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serial jagat Star Wars yang berkisah tentang Jedi terkemuka Obi-Wan Kenobi.
Menguak Obi-Wan Kenobi selama di persembunyiannya di sebuah tempat terpencil.
Perburuan sang Jedi oleh pasukan Darth Vader.
KINI kita kembali ke Tatooine. Gurun yang kering inilah tempat Obi-Wan Kenobi merunduk dan menetap di sebuah kediaman yang terpencil. Dia dikenal sebagai Ben, seorang buruh yang sudah menyimpan senjata lightsaber di sebuah kotak berselimut debu dan berkali-kali menyatakan “semua Jedi telah mati” karena diburu dan dibunuh oleh Order 66 atas arahan para Inquisitor, tangan kanan Darth Vader. Perlu diingat, bagi para penonton setia Star Wars, setting serial baru yang sekarang masih ditayangkan di platform Disney+Hotstar ini adalah 10 tahun setelah peristiwa dalam film Revenge of the Sith, tatkala Anakin Skywalker (Hayden Christensen) menyeberang dan berpihak pada kegelapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia memutuskan menjadi murid Supreme Chancellor Palpatine alias Sith Lord untuk mempelajari berbagai ilmu hitam, termasuk menghidupkan mereka yang tewas. Dan itu berarti dia sudah meninggalkan segala ajaran dan aturan Jedi. Dia sudah meninggalkan dan mengkhianati kepercayaan gurunya, Obi-Wan Kenobi, yang sebelumnya sangat yakin bahwa si kecil Anakin yang ditemukan di Tatooine dan tumbuh sebagai lelaki sakti yang gelisah penuh amarah itu adalah Yang Terpilih. Nyatanya, Anakin memilih menyeberang ke jalan gelap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sung Kang, Moses Ingram dalam Obi Wan Kenobi. Lucasfilm Ltd./Lucasfilm Ltd/IMDB
Maka, pada pembukaan serial ini, kita bertemu dengan Obi-Wan Kenobi, tokoh Jedi kesayangan kita yang didera apatisme akan “runtuhnya masa kejayaan Jedi”; yang masih merasa gagal karena murid kesayangannya (yang ia kira sudah tewas) berpaling pada dunia hitam, sementara kini dia hanya bisa menyaksikan putra Anakin, si kecil Luke Skywalker, dari jauh.
Tentu saja, pada suatu saat, Obi-Wan Kenobi akhirnya harus mengeluarkan lightsaber dan kembali mengasah kemampuannya menggunakan Force (kesaktian yang dimiliki para Jedi). Persoalannya, Senator Bail Organa (Jimmy Smits), ayah angkat Leia, dengan resah melaporkan hilangnya si kecil kembaran Luke itu. Organa menduga penculiknya adalah orang-orang bayaran para Inquisitor, dalam hal ini Reva (Moses Ingram) yang berambisi menangkap Obi-Wan Kenobi. Penciuman Reva yang tajam dan strategis tahu betul, dengan ia menculik si kecil Leia—putri kandung Anakin alias Darth Vader—Obi-Wan Kenobi yang berhati Jedi akan keluar dari persembunyian untuk menyelamatkannya.
Sejak 2012, seluruh katalog Star Wars memasuki periode Disney. Ini berarti produksi terbaru mereka, seperti Star Wars: The Force Awakens (2015) dan cerita independen Solo: A Star Wars Story (2018), dengan sendirinya memiliki sentuhan Disney yang ingin meraup penonton 13 tahun ke atas: kesucian, kemurnian, dan sebisa-bisanya adegan pertarungan yang lebih mirip game daripada peperangan berdarah. Para penggemar fanatik Star Wars—katakanlah yang berada di Indonesia—cukup kecewa melihat penampilan Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan yang seharusnya layak menampilkan adegan pertarungan fisik yang dahsyat dalam Star Wars: The Force Awakens. Film Solo: A Star Wars Story dianggap tak berhasil meraup penonton sebanyak-banyaknya hingga akhirnya kisah Obi-Wan Kenobi yang semula direncanakan untuk film layar lebar dengan penulis skenario Hossein Amini dan sutradara Stephen Daldry ini akhirnya dipindahkan ke format miniseri berjumlah enam episode yang disutradarai Deborah Chow.
Dengan memperhatikan kritik media dan pencinta Star Wars, miniseri yang telah mencapai tiga episode ini sudah memenuhi bayangan akan apa yang sesungguhnya terjadi pada Obi-Wan Kenobi. Apa yang terjadi pada mentalitas sang Jedi setelah kekalahannya dalam film Revenge of the Sith dan pertemuannya kelak dengan Luke Skywalker dewasa (Mark Richard Hamill) dalam film Star Wars: A New Hope.
Ewan McGregor, Hayden Christensen (kanan) dalam Obi Wan Kenobi. IMDB
Di balik heroisme para Jedi yang membela orang-orang yang tertindas dan mempertahankan demokrasi, mereka juga manusia yang bisa menjadi rapuh dan lemah hati. Hanya sebuah urgensi yang akan menumbuhkan keinginan Obi-Wan Kenobi untuk kembali kepada fitrahnya sebagai Jedi: menyelamatkan yang tertindas, menyelamatkan Leia, putri Anakin dan Padme.
Demi mencari informasi tentang posisi para penculik Leia, Obi-Wan Kenobi harus pergi ke ujung galaksi di planet Daiyu, yang memiliki setting seperti Hong Kong di malam hari dengan gedung-gedung pencakar langit gemerlap sekaligus penuh jalan kecil dan bar yang penuh kisah dan rahasia. Dari informasi di Daiyu, Obi-Wan Kenobi akhirnya bertemu dengan si kecil Leia yang berusia 10 tahun, yang diperankan Vivien Lyra Blair, yang lincah bak burung dan cerdas luar biasa.
Pada episode kedua ini, sutradara Chow menggarap kisah persahabatan keduanya dengan bagus dan cemerlang. Sebab, Obi-Wan tak hanya menyelamatkan anak kecil dari cengkeraman Inquisitor, tapi juga teringat pada ibu anak itu, Padme (Natalie Portman), yang wafat setelah melahirkan si kembar Luke dan Leia. Ini episode yang tidak hanya penuh perkelahian fisik, tapi juga pertarungan batin. Sebab, pada titik ini Leia belum mengetahui latar belakang Jedi yang menyelamatkannya.
Bagian yang sangat ditunggu penonton tentu saja adalah munculnya sang pemimpin di dunia gelap, Darth Vader, yang secara fisik diperankan oleh Hayden Christensen, sementara suaranya (di balik perangkat yang menutupi wajah dan tubuhnya) tetap diisi oleh aktor senior James Earl Jones. Kemunculannya pada episode ketiga menggegerkan; bagaimana dia menggunakan Force, bagaimana dia diperlihatkan dirinya “bangkit kembali”, dan bagaimana pula nanti Darth Vader berhadapan dengan mantan gurunya, Jedi kita, Obi-Wan Kenobi.
Serial ini, sejauh episode yang sudah tayang, menurut saya, berhasil menuangkan air segar pada mulut yang haus berkepanjangan yang selama ini dialami para penggemar Star Wars, terutama pemuja trilogi orisinal (A New Hope, The Empire Strikes Back, dan Return of the Jedi). Tentu saja sekuel buatan Disney dengan tokoh-tokoh baru dan pemain keren seperti Daisy Ridley dan Adam Driver perlu dihargai karena berhasil mengobati rindu. Namun manis-manis gulali yang ditebarkan di banyak adegan serta plot yang agak mencengangkan bukan dalam arti yang positif. Misalnya, mengapa tokoh Kylo Ren ingin betul mengenakan seragam Darth Vader? Kenapa tak diciptakan seragam yang berbeda saja? Ini menunjukkan bahwa tak semua masterpiece harus dibuat anak-pinaknya.
Dalam miniseri Obi-Wan Kenobi, kemunculan Darth Vader betul-betul mewakili kekejian dan kejahatan yang tak perlu dibalut lagi, betul-betul garang dan ganas. Jika perlu, miniseri ini bisa diklasifikasikan untuk usia 18 tahun ke atas karena gambaran visual kekerasannya yang mengerikan tapi sangat tepat.
Selain The Mandalorian, serial Obi-Wan Kenobi adalah yang paling mendekati jagat Star Wars yang pernah dekat dengan penontonnya.
Disney+
OBI-WAN KENOBI
Sutradara: Deborah Chow
Skenario: Joby Harold
Berdasarkan tokoh-tokoh Star Wars ciptaan George Lucas
Pemain: Ewan McGregor, Joel Edgerton, Hayden Christensen
Produksi: Lucas Film dan Disney+
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo