Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INGATAN David Karto melayang pada 2019. Saat itu dia mengamati disjoki Dipha Barus yang begitu antusias menyaksikan konser Rhoma Irama bersama Soneta Group. Dari situ, David pun mendapat ide untuk menduetkan dangdut dengan musik dari dunia gemerlap. “Kami sambungkan ke Pak Haji Rhoma, jadilah konsep ini,” kata David, sosok di balik Synchronize Festival, kepada Tempo di kantor Demajors di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Jumat, 18 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soneta Group dan Dipha Barus menjadi salah satu penampil spesial dalam perhelatan Synchronize Festival 2023, yang rencananya digelar di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 1-3 September mendatang. Bukan hanya mereka berdua, masih ada nama-nama lain yang masuk kategori serupa. Sebut saja kolaborasi Iwan Fals dengan Sawung Jabo, God Bless 50 Tahun, Selangkah ke Seberang: Dekade Fariz RM ‘79-’89, dan Mesin Waktu 2.0: Teman-teman Menyanyikan Lagu Naif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Digelar sejak 2016, perhelatan musik tahunan Synchronize Festival memasuki tahun yang kedelapan. Menurut David, dalam Synchronize tahun ini, sebanyak 167 penampil dari beragam genre dan lintas generasi akan bertemu pada festival musik dengan format banyak panggung tersebut.
Selain menghadirkan musikus dan band legendaris, Synchronize Festival tahun ini menampilkan artis yang tergolong baru. Mereka di antaranya Pelteras, VLAAR, ZIP, Enola, Thee Marloes, Foreseen, Salon RnB (Karina Christy, Moneva & RL KLAV), Fraktal, Kadapat, dan Lebah Begantong. Ada juga band dan musikus lama yang jarang tampil, seperti Zeke & The Popo, Jamie Aditya, Santamonica, TOD, Eleventwelth, dan Crayola Eyes.
Secara umum, menurut David, Synchronize Festival 2023 menyuguhkan banyak hal baru yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya penampilan khusus yang ditawarkan bagi generasi Z, yang lahir pada 1997-2012. Misalnya God Bless 50 Tahun. David mengatakan perjalanan 50 tahun God Bless dalam kancah musik rock Indonesia harus diketahui generasi sekarang. “Tentu kami harus menyambut Ahmad Albar cs jadi sebuah hal yang lagi-lagi generasi Z harus tahu,” tuturnya.
Hal baru lain dalam Synchronize Festival 2023 yang akan menghadirkan delapan panggung itu adalah Panggung Getar, hasil kolaborasi dengan kolektif Kobra Musik. Melalui Panggung Getar, Kobra Musik akan mewadahi penampil dari musik dangdut dan koplo, yaitu Babaloman, Munhajat, Olsam, OM Lawan, OM PMS, OMPLR, Orkes Pensil Alis, Orkes PJM, Orkes Taman Bunga, Pasukan Perang, Serempet Gudal, dan Sudhobool. “Itu penting sekali. Kalau itu lagi itu lagi yang tampil, penonton boring, musikusnya tidak ada eskalasi,” kata David.
David menjelaskan, format banyak panggung memungkinkan perjumpaan beragam jenis musik dan lintas generasi bisa terjadi. Misalnya band pop bisa satu panggung dengan grup musik rock. Atau kelompok musik beraliran jazz bisa menyaksikan penyanyi dangdut dalam satu festival. “Akhirnya banyak timbul hal yang kalau diteruskan dengan baik menurut saya akan terjadi kelahiran hybrid baru,” ujarnya.
Lewat Synchronize Festival, David ingin menghadirkan narasi-narasi baru buat para penikmat musik Indonesia. Dalam konteks ini, orang-orang lintas generasi dan beragam genre musik bisa berkumpul layaknya filosofi nama festival tersebut: “saling bersinkronisasi”. “Hal ini juga berkaitan dengan masalah regenerasi yang harus diciptakan agar motor ekosistem industri musik terus bergerak,” katanya.
Bukan hanya itu. David juga mengingat momen perhelatan Synchronize Festival 2019 yang menjadi ruang perjumpaan anak-anak Institut Kesenian Jakarta. Dalam festival musik itu, mereka berjumpa, berdiskusi, hingga bertukar pikiran. “Rasanya sudah seperti Lebaran,” ucap David.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Perjumpaan Lintas Generasi dan Genre Musik"