Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA lelaki dan tiga perempuan berlari, melompat, meliuk-liukkan badan. Pada satu bagian, mengenakan baju terusan berwarna-warni, yakni merah, kuning, biru, ungu, jingga, dan merah muda, mereka menciptakan sebuah kolaborasi. Setiap penari bergantian membuka baju penari lain hingga hanya tersisa pakaian dalam. Mereka pun terus bergerak tanpa henti sambil diiringi musik yang sedikit nge-beat.
Tak lama berselang, satu per satu penari meninggalkan panggung. Lalu masuk se-orang perempuan berpenampilan nyentrik: berkepala plontos dan berbaju terusan hitam polos. Ia adalah Eun-Me Ahn, sang koreografer tarian itu. Sambil diiringi irama musik bernada hip-hop, ia menampilkan sejumlah gerakan yang juga cenderung bebas. Ia terkadang membuat gerakan patah-patah.
Potongan koreografi tersebut merupakan bagian dari tarian karya Eun-Me Ahn berjudul Let Me Change Your Name yang dimainkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa pekan lalu. Tarian itu menjadi pertunjukan pembuka Indonesian Dance Festival ke-14 yang berlangsung pada 6-10 November 2018. Tujuh penari asal Korea Selatan, termasuk Ahn, membawakan Let Me Change Your Name selama 1 jam 20 menit dengan iringan musik gubahan komponis Young-gyu Jang—juga asal Korea Selatan. Koreografinya mengandung berbagai unsur, seperti tari tradisional Korea, balet, hip-hop, tari Afrika, dan breakdance. “Kami eksplorasi semuanya,” kata Ahn.
Ahn menciptakan Let Me Change Your Name pada 2006 ketika ia tengah mendalami dan mengembangkan koreografi di Jerman. Ide dasarnya berasal dari keinginan Ahn membuat tarian yang menggambarkan dua tubuh dan dua budaya yang berbeda kemudian bertemu, berbagi, serta saling memahami. “Tarian ini tentang bagaimana saling mempelajari tubuh dan mengetahui perbedaan dalam tubuh budaya yang berlainan,” ujar perempuan yang mempelajari tari kontemporer di Ewha Womans University, Seoul, Korea Selatan, itu.
Selama satu tahun Ahn mengembangkan ide dasar itu untuk kemudian ditafsirkan dalam Let Me Change Your Name. Hasilnya berupa koreografi yang menampilkan berbagai gerakan yang berubah-ubah sebagai hasil eksplorasi sejumlah unsur tarian. Ahn mewujudkannya melalui para penari yang dengan cepat berganti gerakan, dari tari tradisional Korea, balet, hingga breakdance. Lewat peralihan gerakan itu, Ahn ingin menggambarkan banyaknya energi yang berbeda dalam tariannya. “Ini yang saya sebut sebagai proses untuk saling mengerti dalam konteks tubuh,” ucapnya.
Ahn juga mencoba menghadirkan energi dari perpaduan budaya berbeda melalui warna-warni pakaian para penari di panggung. Mulanya para penari mengenakan baju terusan hitam polos. Lalu tiap penari menggantinya menjadi baju terusan berwarna merah, kuning, biru, ungu, jingga, dan merah muda. Pada bagian lain, muncul sebagian penari dengan baju terusan hitam polos. Tapi kemudian mereka memadukannya dengan bawahan yang berwarna-warni.
Bagian pergantian baju warna-warni di panggung itu memang menjadi kekuatan tarian ini. Baju tersebut juga dipilin-pilin para penari dan disabet-sabetkan ke lantai. Ahn mengombinasikan pergantian baju ini dengan cahaya backdrop panggung yang senantiasa berubah. Terkadang, setelah saling lempar baju, sosok penari hanya menjadi bayang-bayang hitam di panggung. Variasi permainan saling lempar dan berganti baju itu menjadi modal utama dramaturgi ini. Menurut Ahn, inspirasi kolaborasi warna berasal dari sejumlah tari tradisional yang kerap menghadirkan perpaduan warna dalam pementasan. “Kekuatan warna itu sangat luar biasa,” tuturnya.
PRIHANDOKO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo