Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tersungkur di jalanan berbatu sudah berulang kali dialami Risa Suseanty. Memar atau goresan luka di tubuh atlet balap sepeda gunung ini juga hal yang sangat biasa. Namun, tersungkur di pesawat yang gagal mendarat dan terjebur ke laut, perempuan 32 tahun ini tak ingin mengalaminya lagi. Musibah itu terjadi saat pesawat Lion Air jatuh ke laut dekat Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, Sabtu sore tiga pekan lalu.
"Sekarang saya masih trauma, masih takut terbang," ujar Risa kepada Tempo, Rabu pekan lalu. Ia mengaku tahu detik-detik terakhir sebelum kecelakaan, karena melongok ke jendela. Cuaca cerah, dan pemandangan laut terhampar ketika ada pengumuman bahwa pilot akan segera mendaratkan pesawat. Menit-menit berlalu, yang tampak bukan landasan pacu, melainkan air laut yang kian dekat. Lalu, bummm..., Risa pun sempat terpikir hidupnya bakal berakhir hari itu.
Agar trauma pelan-pelan berkurang, ia menenggelamkan diri dengan terus berlatih pagi dan sore di Lembang, Jawa Barat. Apalagi Risa ingin mengikuti kejuaraan downhill di Cina, awal Mei nanti. Kemenangan saat lomba sepeda memang penting. Namun, bagi Risa, kemenangan mengatasi trauma agar tenang naik pesawat tak kalah penting. "Yang saya pikirkan, bagaimana bisa naik pesawat lagi tanpa trauma," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo