Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRESIDEN boleh berganti, tapi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto, tetap bertahan sebagai abdi negara. Ia mengabdi sejak era Presiden Sukarno sampai Joko Widodo. Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberinya penghargaan sebagai abdi negara terlama pada Kamis, 27 Agustus lalu. “Kira-kira selama 56 tahun,” kata Sidarto saat dihubungi, Selasa, 1 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lahir di Pandeglang, Banten, 11 Juni 1936, Sidarto muda sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tapi kuliahnya hanya berjalan tiga bulan karena keterbatasan biaya. Ia lalu banting setir mendaftar menjadi taruna Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada Oktober 1955. Saat itu ada 2.000 pelamar dan Sidarto menjadi satu dari 50 orang yang lulus seleksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengawali karier di Kepolisian RI, Sidarto pernah menjadi ajudan Bung Karno selama 1 tahun 3 bulan sejak Februari 1967. Ia menjadi salah seorang saksi keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret. “Saya menyaksikan penyerahan kekuasaan eksekutif dari Bung Karno kepada Pak Harto di Istana Negara pada 20 Februari 1967,” ucapnya.
Selama Orde Baru, sepak terjangnya moncer hingga ia dua kali menjabat kepala kepolisian daerah. Ia pensiun dari Korps Bhayangkara dengan pangkat inspektur jenderal. Selepas reformasi, ia terpilih sebagai wakil rakyat selama tiga periode sampai menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sejak 2015, Jokowi mempercayainya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. “Kalau ada umur, ya mungkin jadi abdi negara sampai usia 88 tahun,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo