Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Ali Sadikin: Nakhoda Koppig Ibu Kota

Mengapa kami menerbitkan edisi khusus Ali Sadikin.

13 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALI Sadikin ditunjuk oleh Presiden Sukarno sebagai Gubernur Jakarta ketujuh pada 28 April 1966. Alasannya sederhana. Sukarno menilai Ali sebagai pemimpin yang koppig alias keras kepala. Pemimpin besar revolusi itu percaya, Ali dengan sifat kepala batunya sanggup menyelesaikan segala persoalan yang membanjiri Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ibu Kota saat itu begitu kumuh dan kerap dilanda bah. Tapi kas daerah tak cukup untuk membangun besar-besaran. Ali lantas melegalkan perjudian dan memungut pajak teban. Duit itu ia gunakan untuk membangun berbagai fasilitas publik dan memperbaiki kampung kumuh. Ia juga melokalisasi prostitusi. Ali tak peduli meski dicaci maki dan dijuluki “gubernur maksiat”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya mengubah wajah kota yang suram menjadi metropolis, Ali berupaya mengatasi banjir dengan menyiapkan sabuk hijau atau green belt, kawasan hijau yang mengelilingi Jakarta. Ia pun membangun tempat bagi para seniman berkumpul. Kebijakannya tak diteruskan oleh para Gubernur Jakarta setelah dia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Nakhoda Koppig Ibu Kota"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus