Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Cara Ali Sadikin Menata Kampung-Kampung Jakarta

Tanpa dukungan pemerintah pusat, Ali Sadikin menata kampung-kampung Jakarta. Gerah atas kesenjangan sosial.

13 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ali Sadikin gencar membenahi kampung Jakarta selama menjadi Gubernur DKI.

  • Kepala Bappenas saat itu menolak program perbaikan kampung Jakarta.

  • Program pembangunan kampung Jakarta saat ini sulit berjalan.

DERETAN pot bunga berjejer di sepanjang jalan Rukun Warga 5, Kelurahan Krendang, Tambora, Jakarta Barat. Rumah penduduk di kiri-kanan yang berdempetan pun dicat warna-warni, lengkap dengan tanaman hias. Tiada sampah berserakan di situ. Menjadi juara kebersihan program Kampung Jakarta pada 2016, Kampung Krendang terus merawat warisan Ali Sadikin.

“Kami mencoba merawat semangat Pak Ali Sadikin untuk merawat kampung ini,” kata Agus, 45 tahun, warga Krendang, Jumat, 12 Agustus lalu. Pemandangan serupa juga terlihat di semua gang lain di kelurahan berpenduduk 23 ribu jiwa tersebut. “Semua jalan di sini adalah peninggalan proyek penataan kampung zaman Pak Ali,” ujar Lurah Krendang, Al Barkah.

Kampung Krendang dulunya sangat kumuh. Ketika turun hujan, jalan tanahnya berubah menjadi kubangan lumpur. Ali Sadikin lantas mengaspal jalan dan melengkapinya dengan parit untuk melancarkan aliran air. Gubernur Jakarta periode 1966-1977 itu juga menyediakan jamban umum untuk penduduk Krendang.

Penataan Krendang menjadi bagian proyek M.H. Thamrin yang digagas Ali pada 1968. Dalam buku Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1966-1977, Ali menyebutkan mayoritas penduduk Jakarta tinggal di kampung miskin yang kumuh, bersanitasi buruk, dan tidak sehat. Di sisi lain, gedung dan bangunan mewah berdiri megah.

Kesenjangan sosial itu membuat Ali resah. “Karena itu, saya tertarik untuk ‘mengkotakan’ kampung yang miskin sekaligus ‘mendesakan’ masyarakat kota yang mulai individualis,” ucap Ali. Ia meyakini kampung kumuh yang dipersolek akan meningkatkan kesehatan penduduk dan mengangkat perekonomian. Dengan begitu, kesenjangan sosial akan berkurang.

Ali lantas menghadap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Wijoyo Nitisastro dan meminta pemerintah pusat mendukung rencananya memperbaiki kampung Jakarta. Namun usul Ali ditolak. Alasannya, pembangunan kampung bukan prioritas pembangunan nasional. 

Tanpa dukungan pemerintah pusat, Ali memulai proyek pertama di lima kampung, yaitu Kampung Jawa, Kartini, Keagungan, Bali Matraman, dan Pademangan. Ali membangun jalan, parit, jamban umum, sekolah, hingga pusat kesehatan masyarakat. Kampung yang semula kumuh pun menjadi layak huni.

Ali lantas mengembangkan program ke kampung padat penduduk lain. Dalam lima tahun, 89 kampung kumuh disulap menjadi bersih dan sehat. Guna menjalankan proyek perbaikan kampung Jakarta, pemerintah Jakarta menggelontorkan dana Rp 6,5 miliar. Nilai ini cukup besar saat itu. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jakarta pada 1969-1970 hanya berkisar Rp 8 miliar. 

Gubernur Ali berupaya menyadarkan penduduk kampung akan pentingnya merawat kebersihan. “Rakyat harus disadarkan bahwa perbaikan kampung ini untuk memperbaiki kehidupan mereka,” ujar Ali di buku Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 yang ditulis Ramadhan K.H. 

Pada 1973, Bank Dunia memberikan kredit jangka panjang untuk merampungkan perbaikan kampung Jakarta. Sepanjang 1974 dan 1975, sebanyak 53 kampung berhasil diperbaiki. Dana yang dikeluarkan Rp 6,2 miliar, separuhnya dari pinjaman Bank Dunia.

Konsep pembangunan kampung Jakarta ditiru oleh Joko Widodo saat menjabat Gubernur DKI pada 2012. Melalui program Kampung Deret, Jokowi merencanakan perbaikan 350 kampung. Program itu sempat membuat popularitas Jokowi melangit. Pengganti Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama, menghentikan program itu. Ia berdalih banyak kampung dibangun di atas tanah negara. 

Gubernur Anies Baswedan menjalankan program perbaikan kampung Jakarta pada 2017. Anies mengusung konsep pembangunan kampung susun. Menurut Anies, pembangunan kampung susun tak berjalan cepat karena harus ada dialog dengan warga. “Karena itu, prosesnya pelan,” ujarnya saat peresmian Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, Agustus 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Bersolek Kampung Melawan Gedung"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus