Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mabes Polri membentuk Satgassus Merah Putih untuk meredam demonstrasi 411 dan 212.
Tempat berkumpulnya polisi yang memiliki karier moncer.
Merambah penyidikan kasus narkotik dan perjudian.
EKOR pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat merembet ke Satgas Merah Putih, satuan tugas khusus berisi polisi terpilih dari pelbagai satuan, wilayah, dan daerah, yang dipimpin Inspektur Jenderal Ferdy Sambo. Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo membubarkan kelompok elite polisi ini dua hari setelah menetapkan Ferdy sebagai tersangka pembunuh Yosua, Kamis, 11 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satgas Merah Putih dibentuk secara informal pada 2016 di masa Jenderal Tito Karnavian menjabat Kapolri. Tiga tahun kemudian Tito memformalkan kelompok elite ini dengan membuat struktur komando. Ada kesekretariatan di Markas Besar Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta; tim analisis; intelijen; penyelidik; dan penyidik. Tito menunjuk Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Idham Azis sebagai pemimpinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah rapat dengar pendapat dengan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat pada 22 Februari 2017, Tito menjelaskan soal Satgas Merah Putih. Para anggota DPR mendapat laporan bahwa sejumlah pentolan Satgas Merah Putih melobi banyak tokoh mencegah demonstrasi besar 212 jilid II di Monumen Nasional, Jakarta.
Anggota DPR juga mempertanyakan tujuan pembentukan Satgas Merah Putih yang terkesan kelompok elite dan eksklusif dari pelbagai kesatuan, wilayah, dan daerah serta punya karier lebih moncer dibanding anggota polisi lain yang tak direkrut menjadi anggotanya. Tito menjelaskan personel Satgas Merah Putih dipilih karena kesamaan pikiran, visi, dan satu hati. “Teamwork harus satu kata, harus kenal satu sama lain,” ujarnya.
Idham Azis naik menjadi Kepala Polri karena Tito menjabat Menteri Dalam Negeri pada akhir 2019. Idham mempertahankan Satgas Merah Putih dengan menunjuk Ferdy Sambo sebagai kepalanya pada Mei 2020. Waktu itu ia menjabat Direktur Tindak Pidana Umum dengan pangkat brigadir jenderal.
Dua tahun kemudian, Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi Kapolri. Ia mempertahankan Ferdy Sambo sebagai Kepala Satgas Merah Putih. Ferdy ketika itu sudah naik menjadi inspektur jenderal dan bergeser menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.
Karena punya struktur organisasi lengkap, kerja Satgas Merah Putih kerap tumpang-tindih dengan satuan lain. Penasihat ahli Kepala Polri, Chairul Huda, mengatakan peran dan kewenangan satuan tugas ini terlalu luas. Ia mencontohkan, anggota Satgas Merah Putih bisa mengambil alih penanganan kasus kejahatan yang sedang ditangani kepolisian di daerah. “Sudah overpower,” tuturnya.
Menurut seorang petinggi polisi, peran Satgas Merah Putih kian menonjol karena acap mendapat penugasan mempercepat penanganan perkara. Termasuk urusan menangani kasus narkotik, yang bertabrakan dengan Direktorat Narkoba. Padahal, kata polisi ini, awalnya Tito membentuk Satgas Merah Putih untuk meredam demonstrasi besar kelompok Islam di Jakarta.
Anggota Komisi Hukum DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Trimedya Panjaitan, membenarkan informasi ini. Awalnya, menurut dia, Satgas Merah Putih mendapat tugas khusus mendekati ulama, pesantren, dan tokoh lain untuk menggembosi demonstrasi itu. “Karena dianggap sukses, Satgassus mulai mengurusi narkoba, judi, sampai penyelundupan bawang dan gula,” ucapnya pada akhir Juli lalu.
Trimedya mengatakan DPR belum mendapat laporan sumber anggaran yang dipakai Satgas Merah Putih. Soalnya, selain menangani kasus di dalam negeri, satgas ini mengurusi kasus luar negeri, seperti pemulangan buron Joko Tjandra. “Tidak ada penjelasan,” katanya. “Jangan sampai peran Satgassus Merah Putih ini menyimpang.”
RAYMUNDUS RIKANG
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo