Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Cara Masyarakat Kota Orlando Melawan Kebencian terhadap LGBTIQ+

Melihat cara Pemerintah Kota Orlando mempraktikkan inklusivitas, memitigasi kekerasan terhadap minoritas di kota itu.

22 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tempo berkesempatan mengunjungi Kota Orlando, tempat peristiwa berdarah yang memakan korban jiwa dan luka-luka tahun lalu.

  • Pemerintah Kota Orlando bersama para pemuka agama mengajak masyarakat memitigasi kekerasan.

  • Merangkul kelompok minoritas, khususnya minoritas dalam orientasi seksual, dan mewujudkan kota yang lebih inklusif.

SORE berlangit kelabu karena hujan. Dinding halaman klub malam gay Pulse bertabur bendera berkelir pelangi di Kota Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika Serikat. Bendera Amerika dan karangan bunga tergantung di pagar. Tugu peringatan berbentuk oval itu dipenuhi gambar orang yang mendaraskan doa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Inilah lokasi penembakan massal terburuk yang menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya delapan tahun lalu. Nama setiap korban tertulis di sana. Organisasi nirlaba OnePulse Foundation membangun tugu peringatan selepas tragedi itu melalui penggalangan dana. “Pemerintah Kota Orlando berencana melibatkan keluarga korban untuk mengembangkan monumen peringatan itu,” ujar manajer proyek organisasi nirlaba WorldOrlando, Heather van Dyk, Kamis, 29 Agustus 2024 waktu setempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo berkesempatan menyusuri klub malam Pulse bersama tujuh peserta International Visitor Leadership Program yang digelar Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Program ini berlangsung tiga pekan. Tema program ini adalah menjaga toleransi beragama. Kami mengunjungi Washington, DC, dan empat negara bagian (Massachusetts, Michigan, Wisconsin, dan Florida) untuk melihat pelindungan terhadap kebebasan beragama dan kelompok minoritas.

Tugu peringatan di halaman klub malam gay, Pulse, lokasi penembakan massal terburuk yang menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya di Kota Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika Serikat, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/Shinta Maharani

Serangan terhadap klub malam Pulse menjadikan warga, komunitas, pemuka agama, dan pemerintah kota setempat bahu-membahu membantu korban dan keluarga korban tragedi tersebut. Mereka sepakat melawan kebencian terhadap lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan queer (LGBTIQ+) tanpa kekerasan dan menebar kasih sayang. Salah satu dukungan moral dan spiritual datang dari Pendeta Terri Steed Pierce di Joy Metropolitan Community Church.

Pendeta Pierce adalah seorang gay yang ditahbiskan pada 2007. Dia mengalami pergumulan batin ketika membuka identitasnya sebagai gay di hadapan keluarga dan koleganya. Setelah berpindah-pindah selama beberapa tahun, dia datang ke Joy Metropolitan Community Church (MCC) di Orlando, tempat jemaat memilihnya sebagai pendeta pada 2012.

Dia banyak menggelar peringatan dan menawarkan berbagai konseling untuk membantu korban tragedi Pulse yang mengalami trauma. Joy MCC, yang berjarak 2 kilometer dari klub malam Pulse, merupakan gereja paling progresif yang aktif mempromosikan pemahaman isu seksualitas, gender, dan ras yang inklusif.

Mimbar dan ruangan gereja dipenuhi warna pelangi. Di bagian depan gereja terlihat puluhan orang yang sedang mengantre bantuan. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang tidak punya tempat tinggal.

Joy Metropolitan Community Church, gereja paling progresif yang aktif mempromosikan pemahaman isu seksualitas, gender, dan ras di Kota Orlando, Florida, Amerika Serikat, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/Shinta Maharani

Joy MCC bagian dari Gereja Komunitas Metropolitan di seluruh Amerika. Pendeta Troy Perry mendirikan gereja itu pada 1968. Pendeta Pierce menyebutkan Joy MCC pernah dibakar pada 1970 oleh orang-orang yang ingin menegakkan supremasi kulit putih. Dinding Joy MCC di Florida Selatan dan Georgia pernah dipenuhi grafiti bernada kebencian. Imbasnya, umat gereja pada 1973 harus beribadah secara sembunyi-sembunyi pada malam hari di bar.

Setelah peristiwa berdarah di Pulse, Joy MCC melatih para relawan untuk memitigasi potensi kekerasan dan meningkatkan pengamanan. Joy MCC melawan berbagai kebencian itu tanpa kekerasan. Mereka membangun solidaritas dan saling menguatkan. Joy MCC menampung anggota jemaat LGBTIQ+ yang dikucilkan dan diusir. Jemaat gereja tersebut memperlakukan setiap anggota seperti keluarga yang saling mendukung. “Kami percaya Tuhan selalu penuh cinta kasih,” ucap Pendeta Pierce.

Organisasi Gays Against Guns dan klub malam LGBTIQ+ memperingati satu tahun pembantaian klub malam di Orlando, Pulse, di Monumen Nasional Stonewall di New York, 12 Juni 2017. Reuters/Pascal Sonnet

Pendeta Pierce memimpin ibadah 100 anggota jemaat setiap Ahad, yang sebagian merupakan LGBTIQ+. Selain di gereja, ibadah berlangsung secara daring dengan melibatkan 400 orang.

Komunitas agama di Florida bergerak cepat mendukung komunitas LGBTIQ+ di Orlando setelah tragedi Pulse. Mereka yang terdiri atas pemimpin agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Yahudi mengecam serangan terhadap klub malam Pulse melalui pernyataan tak lama setelah peristiwa itu.

Wali Kota Orlando yang menjabat sejak 2003, Buddy Dyer, menunjukkan dukungannya terhadap LGBTIQ+ dan menyerukan solidaritas melawan kebencian dengan menetapkan keadaan darurat saat itu. Dyer adalah wali kota dengan masa jabatan terlama. Dia memimpin Kota Orlando selama enam periode.

Kantor Balai Kota Orlando terlihat inklusif dengan pemasangan tanda dukungan berbentuk hati bergambar pelangi. Tempo mengelilingi kantor tersebut. Kepala Petugas Layanan dan Direktur Kantor Urusan Masyarakat Pemerintah Kota Orlando Marcia Goodwin menuturkan, Dyer yang dicintai rakyat Orlando rutin menggelar diskusi dengan rohaniwan dari berbagai agama.

Pendeta Terri Steed Pierce di Joy Metropolitan Community Church menerima cendera mata dari pendeta Gereja Toraja, Indonesia, Mega Kamase Sambo, di Kota Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika Serikat, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/Shinta Maharani

Orlando yang banyak ditumbuhi pohon palem juga dihuni kalangan minoritas umat Sikh, Buddha, dan Hindu. Kota ini membuka kesempatan bagi imigran untuk berkembang dan menerima pengungsi dari berbagai negara. “Kota Orlando mengakui kesetaraan manusia dan berprinsip inklusif,” ujar Goodwin.

Di balai kota, sore itu Goodwin menghadirkan sejumlah rohaniwan untuk menjelaskan kolaborasi dengan Pemerintah Kota Orlando guna mempraktikkan inklusivitas. Di antaranya Imam dan Presiden Islamic Center of Orlando, Tariq Rasheed, dan Wakil Direktur Alianza Center the Episcopal Church of Jesus of Nazareth, Pendeta Jose Rodriguez.

Imam Tariq Rasheed mengatakan mengutuk segala kebencian dan kekerasan terhadap LGBTIQ+. Pada hari tragedi Pulse, dia langsung menyatakan mengecam serangan itu dua kali di masjid Kota Orlando.

Organisasi Gays Against Guns dan klub malam LGBTIQ+ memperingati satu tahun pembantaian klub malam di Orlando, Pulse, di Monumen Nasional Stonewall di New York, 12 Juni 2017. Reuters/Pascal Sonnet

Pendeta Jose Rodriguez senada. Menurut dia, penembakan di klub tersebut memukul komunitas Hispanik atau Latin di Orlando. Sebagian besar warga Orlando adalah imigran asal Puerto Riko. Solidaritas dan upaya penyembuhan trauma menjadi jalan untuk menguatkan kelompok yang paling termarginalkan itu. “Solidaritas di Orlando menjadi contoh baik di dunia,” tuturnya.

Pendeta Rodriguez menyebutkan pemberian dukungan dan solidaritas terhadap korban dan keluarga tragedi Pulse tak selalu mulus. Di dalam kalangan Kristen, misalnya, tak semua orang mau mendengarkan dan menerima LGBTIQ+. Saat banyak orang berkumpul untuk bersolidaritas dalam tragedi Pulse, ada politikus yang menyatakan tidak suka terhadap komunitas tersebut.

Guang Ming Temple, wihara umat Buddha terbesar di Kota Orlando, Negara Bagian Florida, Amerika Serikat, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/Shinta Maharani

Politikus itu hendak berpidato di hadapan massa. Tapi ia memutuskan tak jadi berpidato di hadapan 50 ribu orang yang berdiam diri. Solidaritas itu juga diprotes kelompok Kristen konservatif.

Kota Orlando memang terbuka terhadap perbedaan. Di kota tersebut juga terdapat Guang Ming Temple, wihara umat Buddha terbesar di Florida. Wihara ini merupakan cabang Fo Guang Shan, ordo monastik Buddhis Cina yang berpusat di Taiwan. Guang Ming Temple memusatkan perhatiannya terhadap pendidikan multikultural, fungsi sosial, serta promosi kemanusiaan dan perdamaian.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus