Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Untung-Rugi Mobil Listrik Wuling

Pengguna mobil listrik Wuling mengaku diuntungkan karena hemat biaya operasi. Tapi ada kendala ketika mengisi daya di SPKLU.

24 Desember 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pengguna mobil listrik Wuling mengaku untung karena hemat biaya.

  • Biaya operasi kendaraan listrik hanya 10 persen dari ongkos mobil berbahan bakar minyak.

  • Penggunaan adapter membuat pengisian daya lambat.

SETAHUN terakhir, Andi Latistia Tenri Wiguna tak lepas dari Wuling Air ev. Pagi hari, perempuan 32 tahun itu menyetir mobil listrik mungil berkelir toska yang ia beli bersama suaminya pada November 2022 tersebut untuk mengantar kedua anaknya ke sekolah. Latistia menempuh jarak 10 kilometer ke dua sekolah di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain mengantar anak, Latistia menggunakan Wuling Air ev untuk berbelanja, mengantar orang tuanya ke rumah sakit, mengangkut barang, dan menyambangi kios kuliner yang ia kelola. “Enak dipakai sehari-hari,” katanya pada 21 Desember 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ihwal pengisian daya listrik, Latistia merasa Wuling Air ev cukup praktis. Dia biasa mengisi ulang daya mobil itu pada malam sehingga baterai sudah terisi penuh esok paginya. Daya listrik 2.200 kilovolt-ampere (kVA) yang terpasang di rumahnya, menurut dia, sudah cukup untuk mengisi daya Wuling Air ev. Sesekali Latistia mengisi baterai mobilnya di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) terdekat atau di mal yang ia kunjungi. “Ketika pulang, baterai sudah terisi penuh.”

Meski begitu, Latistia merasa ada yang berbeda ketika mengisi daya di SPKLU. Pengisian baterai Wuling Air ev di SPKLU, dia mengungkapkan, maksimal membutuhkan waktu dua jam untuk penuh, sementara mobil listrik lain lebih cepat. Sebab, Wuling Air ev menggunakan charger atau pengisi daya tipe AC GB/T.

Perangkat yang dimiliki Latistia berbeda dengan soket charger di SPKLU yang memakai tipe AC charging, DC charging CHAdeMO, dan DC charging combo tipe CCS2. Karena itu, Latistia harus memakai perangkat tambahan agar pengisi daya dari SPKLU bisa terhubung dengan mobilnya. "Jadi lebih lambat dibanding mobil lain," ujarnya.

Waktu pengisian baterai yang cukup lama juga dirasakan Managing Director Utomo SolaRUV Anthony Utomo. Anthony, yang tinggal di sebuah kondominium di Surabaya, harus meluangkan waktu lebih lama ketika mengisi ulang baterai Wuling Air ev di SPKLU yang tersedia di kantornya.

Sama seperti Latistia, Anthony harus memakai alat tambahan berupa adapter agar soket SPKLU bisa terhubung dengan Wuling Air ev miliknya sehingga pengisian daya lebih lama dibanding tak memakai adapter.

Meski begitu, dia merasa biaya yang harus dikeluarkan setelah menggunakan mobil listrik lebih sedikit dibanding ongkos mobil biasa. Lagi pula, sehari-hari jarak tempuh yang ia jangkau hanya 20-30 kilometer. “Rasanya saya bisa lebih hemat sampai 60 persen dibanding saat menggunakan kendaraan berbahan bakar bensin,” katanya.

Hanya, Anthony mengaku masih kapok membawa mobil listriknya itu untuk perjalanan lintas kota. Ia pernah punya pengalaman buruk saat hendak mengisi daya di salah satu SPKLU di area Jawa Timur. SPKLU itu rupanya tidak bisa mengisi daya baterai. Padahal Anthony ketika itu menghadapi kondisi darurat. “Jadi bikin ruwet juga,” tuturnya.

Sedangkan Ketua Green Building Council Indonesia Perwakilan Bali Putu Agung Prianta memakai kendaraan listrik untuk kebutuhan operasional kantornya karena teknologi yang canggih, hemat, dan ramah lingkungan.

Agung, yang menjabat Direktur PT Meaningful Design Group dan Direktur Utama PT Kertha Jimba Wana, memakai Wuling Air ev dan Hyundai Ioniq5 untuk aktivitas kantornya. Sejauh ini, dia mengungkapkan, pengeluaran kantor bisa berkurang sampai 90 persen dari anggaran yang biasa dibelanjakan ketika memakai kendaraan bermesin diesel dan berbahan bakar bensin.

Sebagai perbandingan, biaya operasi kendaraan listrik Rp 100-120 ribu per pekan. Sedangkan mobil bermesin diesel memerlukan ongkos hingga Rp 1,2 juta per pekan. Dia berharap keberadaan SPKLU diperbanyak. “Pemerintah, kalau mau encourage mobil listrik, perbanyak charging station,” ujarnya.

Wuling Air ev ibarat cabai rawit, ukurannya kecil tapi pedasnya nyelekit. Sejak dipasarkan pada Juli 2022, angka penjualannya luar biasa. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia menyebutkan, pada 2022, angka penjualan semua varian Wuling Air ev mencapai 8.053 unit, jauh di atas mobil listrik lain. Pada Januari-November 2023, angka penjualan mobil seharga Rp 206-277 juta ini mencapai 4.784 unit. 

Pembeli Wuling Air ev memperoleh satu set pengisi daya dan alat pengaman elektrikal, juga adapter untuk mengisi daya di SPKLU. Adapter ini diperlukan untuk menyesuaikan sistem pengisi daya Wuling Air ev yang memakai model GB/T dengan soket daya model CCS2 dan CHAdeMO yang digunakan pemilik SPKLU. Namun pengisi daya ini belum memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia. 

Keluhan mengenai pengisian daya Wuling Air ev diakui oleh Ketua Komunitas Mobil Elektrik Indonesia (Koleksi) Arwani Hidayat. Menurut dia, beberapa anggota Koleksi sempat mengeluhkan perbedaan soket pengecas Wuling yang harus menggunakan adapter saat mereka mengisi daya di SPKLU.

Dia mengungkapkan, hal ini juga terjadi pada produk baru Wuling, BinguoEV. Mobil ini, walau sudah dilengkapi sistem pengisian cepat atau fast charging, punya charger yang berbeda dengan soket yang tersedia di SPKLU. “Akhirnya konsumen susah sendiri karena harus punya alat tambahan,” kata Arwani. 

Di luar masalah alat pengisi daya, Arwani mengatakan pengisian daya mobil listrik masih lebih lama dibanding pengisian bensin atau solar pada mobil biasa. Paling cepat, menurut dia, pengisian daya mobil listrik memerlukan waktu 30 menit, sepuluh kali lipat waktu pengisian mobil dengan bensin atau solar. “Tapi teknologinya terus berkembang dan adaptif," tuturnya. 

Menanggapi pertanyaan mengenai alat pengisi daya, Sales and Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani mengatakan sebanyak 90 persen pengguna mobil listrik Wuling mengisi daya di rumah alih-alih di SPKLU. 

Menurut dia, penyebabnya adalah pengguna mobil listrik Wuling mendapat keuntungan berupa sistem easy home charging. "Namun ada juga pengguna yang mengisi daya mobil listriknya di SPKLU yang telah disediakan PLN," ujarnya. Pelanggan jenis ini yang akan memakai adapter agar soket di SPKLU cocok untuk mobil listrik Wuling.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Pada edisi cetak artikel ini berjudul "Hemat Biaya, Lama Isi Daya". 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus