Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Para 'Imam Mahdi' Itu

Sejumlah tokoh mengaku sebagai Imam Mahdi, yang menjanjikan keadilan dan pembebasan dari kesengsaraan menjelang hari akhir.

27 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA sama dengan nama Rasulullah, demikian pula nama ayahnya. Dia Muhammad bin Abdullah. Dia juga keturunan Rasulullah dari garis putrinya, Fatimah az-Zahra, dan digambarkan berwajah seperti kejora, warna kulitnya seperti orang Arab, dahinya lebar, hidungnya mancung, serta badannya seperti orang Yahudi. "Mahdi adalah putraku yang akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah bumi dipenuhi kezaliman dan ketidakadilan."

Demikianlah yang disebutkan dalam banyak hadis yang diriwayatkan dan sabda Rasulullah tentang datangnya Imam Mahdi menjelang akhir zaman. Kedatangannya beriringan dengan datangnya Nabi Isa AS, yang akan membawa kedamaian, keadilan, kemakmuran, dan kejayaan. Dialah pula yang akan mematikan Dajal. Dalam buku Ensiklopedia Kiamat tulisan Umar Sulaiman al-Asyqar disebutkan bahwa AbdAl-Muhsin ibn Hamd al-I'bad meneliti jumlah sahabat yang meriwayatkan tentang Imam Mahdi hingga 26 orang. Hadis yang sangat banyak dikatakan sahih dan saling menguatkan serta ditulis dalam 36 kitab hadis.

"Rasulullah menerangkan tanda-tanda kiamat, termasuk Imam Mahdi, dalam waktu yang panjang seharian penuh sejak subuh. Ada sahabat yang masih ingat, ada yang lupa. Hingga suatu ketika mereka teringat lagi," ujar Ahsin Sakho Muhammad, mantan Rektor Institut Ilmu Al-Quran dan pengajar di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, kepada Tempo, 15 Juni lalu.

Ahsin menegaskan bahwa munculnya Imam Mahdi akan menandai datangnya hari akhir. Kedatangannya beriringan dengan datangnya Nabi Isa AS, yang akan memberikan keadilan setelah kondisi dunia yang penuh kezaliman. Imam Mahdi-lah yang akan menumpas Dajjal, yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjerumuskan manusia.

Kedatangannya memang menjadi misteri terselubung serta menjadi pengharapan banyak umat di berbagai tempat dan dimensi waktu. Kaum Sunni meyakini Imam Mahdi baru akan datang hingga menjelang kiamat. Sedangkan kaum Syiah percaya Imam Mahdi sudah lahir. Mereka percaya imam ke-12, Muhammad bin Hasan al-Askari, sebagai Imam Mahdi yang dianggap gaib pada 878 Masehi. Tak mengherankan ketika kaum Syiah di Iran mengelilingi tempat yang dipercaya mengalami kegaiban. Kelompok Syiah Ismailiyah meyakini Ismail, putra Imam Ja'far ash-Shadiq, yang akan menjadi Imam Mahdi kelak. Sedangkan Syiah Itsna Asyariah percaya 12 imam berasal dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra.

"Hanya Allah yang tahu misteri ini, kapan dia muncul dan siapa orangnya," ujar Mukhsin Jamil, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Walisongo, Semarang. Menurut Mukhsin, kemunculan Imam Mahdi tak hanya berakar dari eskatologi, tanda-tanda kiamat, tapi juga pengharapan atas suatu kondisi yang lebih baik dari suatu masyarakat yang mengalami krisis. Kemunculan mereka yang mengaku Imam Mahdi berasal dari berbagai tempat tak hanya di wilayah Arab.

Meski masih misteri, fenomena munculnya Imam Mahdi berlangsung dari zaman ke zaman. Mereka mengaku dan menganggap diri mereka adalah Imam Mahdi. Masih dari tulisan Umar Sulaiman al-Asyqar, Muhammad Ubaidillah ibn Ma'mun al-Qaddah dari khalifah Fatimiyah, tokoh berdarah Majusi yang lahir pada 259-322 Hijriyah, menganggap dirinya adalah Imam Mahdi. Ia mengaku sebagai keturunan Rasulullah.

Ada pula Muhammad ibn Toumert dari daerah Magribi, Afrika Utara, yang mengaku sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan. Pendiri gerakan Al-Muwahhidun ini menyuruh pengikutnya masuk lubang kuburan dan dikubur hidup-hidup agar tak ketahuan. Pemuda Sayyid Muhammad dari Jaunpur, India, juga mengaku sebagai Imam Mahdi. Dia mengklaim sebagai sang imam saat melakukan tawaf di Mekah. Sepulang dari Mekah, ia memproklamasikan diri sebagai Imam Mahdi dan kedua orang tuanya bernama Abdullah dan Aminah pada 1495.

Selain itu, tokoh lain yang mengaku sebagai sang pembebas alias Imam Mahdi adalah Mahdi Muhammad Ahmad dari Sudan. Pada akhir abad ke-19, sekitar 1885, Muhammad Ahmad mengklaim sebagai Imam Mahdi karena kebijakan para penguasa Mesir-Turki yang sewenang-wenang. Sejak dulu Sudan menjadi tempat aliran Mahdi berkembang.

Dari kawasan Mesir, disebut-sebut nama Mahdi Damanhuriyah atau Mahdi Tripoli, yang mengaku sebagai Al-Mahdi al-Muntazar pada 1828. Dia memimpin pasukannya melawan kolonialisme Prancis di Mesir.

Ada lagi pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad, yang lahir di Punjab, India, pada 1835. Dia keturunan bangsawan Mogul dan rohaniwan. Dia banyak menulis buku yang merupakan perlawanan terhadap pemikiran kaum Nasrani dan kelompok Brahma Samaj. Saat berusia 40 tahun setelah kematian ayahnya, dia mengaku mendapat wahyu dan mengklaim sebagai Mesias, Imam Mahdi dan Mujaddid ke-14.

Dunia juga dikejutkan oleh aksi Juhaiman al-Utaibi, yang menduduki Masjidil Haram pada 1 Muharram 1400 hijriah atau 20 November 1979. Dia menguasai Masjidil Haram dan menyerukan telah datang Imam Mahdi yang dibaiat di antara Ka'bah. Sang Imam Mahdi telah datang pada diri kakaknya, Muhammad bin Abdullah al-Qahtani. Pendudukan Juhaiman dan seruan Imam Mahdinya menjadi peristiwa berdarah yang makan banyak korban di Mekah.

Tak hanya di wilayah Afrika, Jazirah Arab, hingga Asia Selatan, kemunculan mereka yang mengaku sebagai sang pembebas atau Messiah juga muncul di Tanah Air. Di Sulawesi Selatan, Jamaah An-Nadzir percaya kepada Kahar Muzakkar, yang mewujud sebagai Abah Syamsuri Madjid-pendiri An-Nadzir. Perjuangannya dilanjutkan pemuda Bani Tamim, panglima perang yang akan membawa 313 pemuda menjalani perjalanan akhir zaman. Bersamaan dengan mereka akan muncul Nabi Isa AS dan kiamatlah dunia.

Jika mengingat satu peristiwa pemberontakan di Jawa Barat, tersebutlah nama Kartosoewirjo. Dia juga mengaku sebagai Ratu Adil, Imam Mahdi sang pembebas. Ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia pada 1949.

Berpuluh tahun kemudian, Lia Aminuddin atau Lia Eden mengaku dibaiat oleh Malaikat Jibril dan menahbiskan diri sebagai nabi, rasul, sekaligus Imam Mahdi. Karena pengakuannya, dia dianggap melakukan penghinaan agama dan dihukum tiga tahun penjara pada 2007.

Dari Jawa Barat, Ahmad Mushaddeq mengaku sebagai nabi dan rasul dari aliran Al-Qiyadah al-Islamiyah pada 23 Juli 2006. Dia mengaku mendapat wangsit setelah bertapa di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat. Tapi dia mengaku bertobat pada 2007 setelah ditangkap polisi. Pria ini kemudian mendirikan kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), yang berniat membentuk negara Islam sendiri di wilayah Kalimantan.

Zubair Amir Abdullah dari Sumatera mengaku sebagai Imam Mahdi di Mekah. Bersama sepuluh pengikutnya, ia menghalangi dan mengganggu jemaah lain pada 18 Juli 2015. Mereka lalu dimintai keterangan oleh polisi setempat.

Dian Yuliastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus