Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu di antara pernyataan dari capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam debat terakhir Pilpres 2024 yang lalu adalah perintah membangun pabrik ponsel di dalam negeri. Prabowo memberi penegasannya soal ini saat menanggapi jawaban dari capres nomor urut 01 Anies Baswedan atas pertanyaan panelis menyangkut kedaulatan telekomunikasi dan teknologi informasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isi pertanyaan mengenai impor ponsel 2023 yang mencapai Rp 30 triliun, padahal anggaran membangun pabrik ponsel tidak sampai setengah triliun. "Kalau saya selalu solutif, kalau memang hanya setengah triliun (biaya untuk bangun pabrik ponsel), ya bangun itu pabrik segera," kata Prabowo,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balik merespons pernyataan Prabowo soal pabrik ponsel tersebut, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menjelaskan bahwa saat ini sudah banyak berdiri pabrik ponsel vendor besar di Indonesia. Yang perlu dilakukan saat ini, menurut dia, meningkatkan kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN hingga 100 persen.
Heru mengatakan, TKDN adalah aspek penting dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, mulai dari bahan bakunya hingga sumber daya manusianya. "Sekarang kan belum 100 persen TKDN-nya, ini yang harus ditingkatkan, agar diproduksi di Indonesia oleh SDM Indonesia," kata Direktur Eksekutif ICT Institute itu saat dihubungi, Selasa 6 Februari 2024.
Kalaupun sudah menggunakan produk dalam negeri seluruhnya, Heru menilai pendirian pabrik ponsel bukan hal yang mudah. Ia menceritakan pengalaman saat masih bekerja di pabrik telekomunikasi di Jerman. Heru mengungkap, "Banyak aspek yang belum bisa dilakukan di Indonesia, salah satunya pengembangan hardware, software, dan mengintegrasikan keduanya."
Meski begitu, permasalahan sumber daya dan kapasitas ini tidak menjadi penghalang bila Indonesia mau berbenah ke arah yang lebih maju. Heru berpendapat, perlu target jangka menengah atau jangka panjang untuk mengembangkan ponsel asli Indonesia. "Tapi ke arah sini memang tidak semudah membalik telapak tangan dan biayanya tidak murah," ucap Heru.
Salah satu pabrik ponsel buatan Indonesia yang sudah berdiri adalah Advan. Menurut penilaian Heru, Advan yang sudah lama berdiri pun masih harus banyak peningkatan dalam segi kualitasnya.
Selain itu, diperlukan peran pemerintah pada bagian pemasaran. Tujuannya, supaya masyarakat lebih melirik dan mencintai produk lokal. "Bila perlu pemerintah turut menganggarkan investasi pula dalam aspek ini, atau berkolaborasi dengan swasta dan BUMN," ujar Heru.
Tak kalah penting, Heru berharap pemerintah Indonesia bisa lebih mempermudah perizinan bila ada perencanaan dibangunnya pabrik telekomunikasi seperti ponsel itu. Selain peran dukungan kesiapan sumber daya seperti kelistrikan dan sebagainya.