Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BELUM sampai pukul empat sore, Eric sudah menutup tokonya. Ia tak membuka lapak sampai malam karena dagangannya sudah laris. Kaus dan pakaian olahraga yang ia jajakan di Lower Ground E-69 Pasar Tanah Abang, Blok A, Jakarta Pusat, ini kebanjiran pesanan melalui transaksi online. "Di komputer tercatat sudah ada seratus transaksi pembelian hari ini," kata Eric, Selasa pekan lalu.
Sebagian penjualan, kata dia, berasal dari transaksi online di situs belanja seperti Tokopedia dan Shopee. "Penjualan online bisa sampai 20-30 persen, jadi buka toko tidak usah lama-lama," kata pemilik toko Soccer yang sudah berdagang di Pasar Tanah Abang sejak tahun lalu itu.
Kemudahan berdagang di dunia maya ini yang mendorong Eric juga berjualan di tanahabangmarket.co.id, situs belanja yang khusus disediakan untuk para pedagang Pasar Tanah Abang. Alasan serupa dikemukakan Yuvita, pemilik gerai Peaches Fashion, yang menjajakan pakaian khusus perempuan di pasar grosir tertua dan terbesar di Indonesia itu. "Saya ingin meningkatkan penjualan dan tumbuh bersama pedagang lain," katanya.
Dikembangkan PT Sejahtera Bersama Rakyat (SBR), Tanah Abang online atau tanahabangmarket.co.id diluncurkan pada awal Juni lalu. Adalah para bankir yang menggagas pendirian PT Sejahtera Bersama Rakyat. Salah satunya Hendri Kurniawan, yang pernah menjadi Wakil Direktur Utama Bank Bali dan Komisaris Prudential Indonesia. Situs jual-beli Pasar Tanah Abang ini memperoleh dukungan dari pengelola pasar-PD Pasar Jaya dan PT Cakrawala Tirta Buana untuk Blok A serta PT Prima Kelola Sukses sebagai pengelola Blok B.
Menurut Chief Executive Officer PT Sejahtera Bersama Rakyat Burhanudin Hulaimi, ia dan rekan-rekannya tertarik mengembangkan Pasar Tanah Abang ke dunia digital karena jumlah transaksinya yang luar biasa. Pasar yang berdiri sejak 1735 ini menampung 30 ribu pedagang dengan omzet harian mencapai Rp 200 miliar. "Ini potensi yang sangat besar," kata Hulaimi. "Jika ditingkatkan ke pasar digital, nilai tambahnya bisa berkali-kali lipat."
Gagasan untuk menaikkan level pasar Tanah Abang ini dimulai sejak 2015. Setelah melakukan kajian potensi bisnis, ia dan lima rekannya mencoba mendekati pengelola pasar dan menawarkan konsep bisnis. Setelah disetujui pada 18 Desember 2015, PT Sejahtera Bersama Rakyat dibentuk dan mulai beroperasi pada awal 2016.
Setelah resmi beroperasi, perusahaan bergerak cepat. Itu sebabnya situs belanja resmi Pasar Tanah Abang sudah dibuka pada pertengahan tahun ini. "Tapi bukan berarti tidak ada kendala. Kami masih pelan-pelan mencoba mengatasinya," ujar Hulaimi.
Kendala yang dihadapi perusahaan cukup beragam, dari pemilihan nama sampai infrastruktur. Perusahaan, kata dia, sempat kesulitan menentukan nama karena banyaknya nama situs belanja yang menggunakan kata Tanah Abang. Situs tersebut milik pribadi atau perseorangan serta belum bersifat resmi. Ada beberapa nama yang diincar oleh perusahaan agar penyebutan dan penulisan situs lebih mudah, tapi sudah dipakai orang.
Masalah berikutnya adalah mengajak para pedagang bergabung. Luasnya pasar membuat perusahaan menyempitkan target di Blok A dan Blok B. Nilai transaksi harian dua blok ini Rp 80 miliar dengan lalu lintas pengunjung 70 ribu per hari. "Itu saja sudah sangat besar buat kami, belum ke blok-blok lain," katanya.
Pedagang Pasar Tanah Abang yang sudah terbiasa dengan transaksi di dunia maya seperti Eric dan Yuvita memang cukup banyak. Namun jumlah pedagang yang belum mengerti dan mengenal cara menjajakan produk online lebih banyak. Inilah yang kemudian membuat perusahaan sampai melakukan asistensi teknis. Termasuk memotret barang dagangan dan mengunggahnya ke situs.
"Sekarang saja masih ada sepuluh ribu antrean produk untuk difoto," kata Hulaimi. Situs Tanah Abang sudah bisa dibuka mulai 1 Juni lalu. Dua minggu sejak diluncurkan, Hulaimi mencatat setidaknya 250 gerai dan 500 pembeli sudah terdaftar dan membuat akun.
Ia menargetkan situs Tanah Abang bisa menjaring setidaknya 1.500 pedagang sampai akhir tahun. Agar target terpenuhi, perusahaan menawarkan paket promosi bebas iuran anggota tahunan sebesar Rp 8 juta per tahun.
Untuk skema kerja sama, Tanah Abang Online tak berbeda dengan situs belanja lain, yakni dengan sharing fee. Besarannya adalah 5 persen ditambah Rp 5.000 untuk produk yang dijual satuan dan 3 persen plus Rp 5.000 untuk pembelian grosir dengan nilai minimal Rp 500 ribu. "Cara belanjanya mudah karena kami samakan dengan situs-situs belanja lain."
Sebagai pedagang yang menggunakan jasa Tanah Abang online, Eric mengakui cukup mudah berjualan di sana. "Tapi pengunjungnya masih sepi. Sampai sekarang baru dapat dua pembeli. Satu grosir, satu eceran," kata pedagang yang sedang kebanjiran order kaus Turn Back Crime ini.
Kelemahan ini diakui oleh Hulaimi. Ia mengatakan perusahaan memang belum mengoptimalkan sosialisasi karena kesibukan menjelang hari raya. "Kami akan melakukan kampanye ke daerah-daerah, bekerja sama dengan bank-bank BUMN bulan depan," ujarnya.
Pasar Tanah Abang, kata Hulaimi, merupakan pasar sentral yang pembelinya adalah para penjual di pasar-pasar daerah. Dengan membidik pedagang di daerah, ia menargetkan bisa meningkatkan porsi penjualan para pedagang di situsnya hingga 30 persen. "Optimalisasi pasar di daerah ini yang menjadi kekuatan kami bersaing dengan situs belanja lain."
Kepala Hubungan Masyarakat PD Pasar Jaya Gatra Vaganza mengapresiasi upaya peningkatan nilai tambah Pasar Tanah Abang dengan masuk ke pasar digital. Menurut dia, dengan maraknya sektor e-commerce, memang sudah saatnya Tanah Abang ikut meramaikan. "Ini bisa jadi inspirasi pasar-pasar tradisional lain di Jakarta," ujarnya.
Menurut catatan Social Research & Monitoring Soclab Kamar Dagang Indonesia serta Kementerian Komunikasi dan Informatika, 77 persen pengguna Internet adalah pencari informasi produk dan belanja. Tahun lalu jumlahnya 72 juta orang dengan nilai transaksi US$ 18 miliar. Produk yang paling populer adalah pakaian, yang mencapai 67 persen transaksi produk. "Kalau Tanah Abang berhasil, nantinya bisa diikuti oleh pasar lain yang tematik, seperti Cipulir," katanya.
Namun saat ini PD Pasar Jaya lebih berfokus membenahi infrastruktur 147 pasar, yang 40 persennya dapat dikatakan tidak layak. Selain melakukan pembenahan, PD Pasar Jaya sedang menguji coba peningkatan nilai tambah dengan masuk ke sektor perdagangan berupa operasi pasar. "Kami terus mengkaji, termasuk e-commerce, yang memang trennya ke arah sana," kata Gatra.
Gustidha Budiartie
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo