Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Demi Mendongkrak Produksi Tiga Kali Lipat

PT Vale Indonesia menggeber pembangunan tiga smelter untuk mendongkrak produksi nikel hasil pemurnian. Menguber pasokan gas demi menekan emisi karbon.

16 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PT Vale Indonesia sedang membangun tiga smelter sekaligus.

  • Vale Indonesia mengincar pasokan LNG dari kilang Tangguh di Papua.

  • Tiga smelter baru akan mendorong peningkatan produksi nikel tiga kali lipat.

AMBISI PT Vale Indonesia Tbk menggeber proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel atau smelter di tiga provinsi menghadapi tantangan. Vale masih mencari suplai gas untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga gas di smelter tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wakil Direktur Utama Vale Adriansyah Chaniago mengatakan telah berbicara dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk memperoleh pasokan gas. Kemungkinannya, kata dia, Vale akan mendapat gas alam cair (LNG) dari Train 2 kilang Tangguh, Papua, yang dikelola BP Tangguh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tapi pasokan baru ada setelah BP Tangguh memenuhi komitmen pengiriman LNG untuk PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. Persoalan lain, pasokan gas dari Train 2 Tangguh hanya tersisa untuk delapan-sembilan tahun. “Sedangkan kami butuh 20 tahun,” tutur Adriansyah kepada Tempo, Selasa, 5 Juli lalu. “Nanti akan ada opsi jalan keluar.”

Ihwal pasokan gas ini, juru bicara SKK Migas, Mohammad Kemal, mengatakan BP Tangguh dan Bahodopi Nickel Smelting Indonesia tengah membahas rencana pengiriman dari Tangguh. “Soal potensi pasokan, mulai kapan, serta periode penyalurannya masih dibahas,” ucapnya pada Sabtu, 16 Juli lalu.

Bahodopi Nickel Smelting Indonesia adalah anak usaha Vale yang menggarap proyek smelter nikel. Vale Indonesia membentuknya sebagai perusahaan patungan alias joint venture bersama dua perusahaan asal Cina, yakni grup Taiyuan Iron & Steel Co Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai).

Vale dan kedua perusahaan itu meneken perjanjian kerja sama pembangunan fasilitas pengolahan nikel Bahodopi pertengahan tahun lalu. Lewat kerja sama ini, Vale menggeber tiga proyek smelter sekaligus, yakni di Sorowako, Sulawesi Selatan; Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Adriansyah Chaniago, Wakil Direktur Utama PT Vale Indonesia. Foto: Dok.Vale

Pembangunan tiga smelter ini adalah bagian dari upaya Vale Indonesia mewujudkan ambisi meningkatkan produksi. Di tengah rencana permohonan perpanjangan izin kontrak karya yang akan berakhir pada 2025, Vale menargetkan penyelesaian tiga proyek smelter dan kenaikan produksi secara signifikan. “Dalam tiga tahun ke depan target kami produksi naik tiga kali lipat," ujar Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 5 Juli lalu.

Tahun lalu, Vale Indonesia mencatatkan volume produksi 65.388 metrik ton nikel dalam bentuk matte. Upaya peningkatan produksi di tengah tren kenaikan harga nikel seperti saat ini tentu akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Pada Rabu, 13 Juli lalu, harga nikel di bursa London Metal Exchange untuk kontrak tiga bulan ke depan mencapai US$ 21.405 per ton.

Pada triwulan pertama tahun ini, Vale Indonesia membukukan laba bersih US$ 67,6 juta (sekitar Rp 1.013 triliun) atau 58 persen lebih tinggi dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Pendorong utama kenaikan laba adalah melejitnya harga nikel. Menurut Febriany, meski angka produksi lebih rendah karena Vale sedang membangun kembali tanur (tungku pengolahan mineral) listrik 4, pendapatan sebelum pajak (EBITDA), laba, dan saldo kas bisa lebih tinggi dibanding pada triwulan sebelumnya. “Saldo kas yang kuat memungkinkan kami menjalankan rencana pertumbuhan saat ini dan yang akan datang,” katanya.

Vale Indonesia mencatatkan harga rata-rata pengiriman nikel dalam bentuk matte US$ 17.432 (sekitar Rp 261,4 juta) per ton. Angka ini naik 13 persen dibanding rata-rata harga yang diperoleh pada triwulan IV tahun lalu yang sebesar US$ 15.372 (sekitar Rp 230,5 juta) per ton.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan turun 29 persen dari US$ 201 juta pada triwulan IV 2021 menjadi US$ 142,3 juta pada triwulan I 2022. Penyusutan biaya sejalan dengan penurunan volume produksi. Febriany mengatakan Vale tetap berfokus mengoptimalkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi operasi.

•••

PROYEK smelter Vale Indonesia di Sorowako yang sedang berjalan adalah ekspansi fasilitas produksi yang telah ada. Melalui proyek baru ini, kapasitas smelter akan meningkat dari 70 ribu menjadi 73 ribu ton feronikel. Febriany Eddy mengatakan proyek saat ini memasuki tahap prakonstruksi, termasuk pembangunan mes, dan penyelesaian perizinan pembebasan lahan.

Untuk proyek smelter Pomalaa, Vale telah merampungkan pembangunan pelabuhan. Vale juga menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited untuk mengembangkan smelter Pomalaa yang akan menggunakan teknologi high pressure acid leaching.

Smelter ini akan mengolah bijih nikel limonite atau nikel kadar rendah—di bawah 1,5 persen—menjadi mixed hydroxide. Kapasitas produksinya 120 ribu ton per tahun. Nantinya, produk smelter berupa mixed hydroxide precipitate (MHP) dan nickel hydroxide bakal diolah menjadi bahan baku komponen baterai, baik untuk kendaraan listrik maupun pembangkit listrik tenaga surya.

Proyek smelter lain berada di Bahodopi. Menurut Febriany, pabrik baru ini didesain berkapasitas 60 ribu ton nikel dalam bentuk MHP. Saat ini Vale sedang merancang program pembangunan yang lebih detail. Smelter baru ini diklaim sebagai proyek hijau atau rendah emisi karbon, antara lain dengan tidak mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara. “Harapannya, Bahodopi bisa menjadi rotary kiln electric furnace nikel dengan carbon intensity terendah kedua setelah Sorowako,” ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang sangat besar, Vale Indonesia melirik teknologi pembangkit listrik tenaga gas. Di Bahodopi, misalnya, PLTG yang akan dibangun berkapasitas 500 megawatt (MW). Karena itu, Vale gencar mencari pasokan gas, termasuk dari kilang Tangguh.

Namun proyek kilang gas Tangguh sempat terganggu. Proses produksi Train 1 disetop pada pekan kedua Juni lalu karena terjadi crack (kebocoran halus) pada pipa T-spool. Train 1 Tangguh berkapasitas 3,8 metrik ton per tahun, sama dengan Train 2. Kini fasilitas tersebut sudah normal.

SKK Migas memproyeksikan produksi LNG nasional mencapai 200 kargo pada 2022. Realisasi produksi pada triwulan I mencapai 42 kargo. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21,6 kargo berasal dari Tangguh dan sisanya dari kilang Bontang di Kalimantan Timur. LNG tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 27,4 kargo dan diekspor sebanyak 14,6 kargo.

Vale Indonesia pun berharap bisa kebagian gas tersebut. Selain berkepentingan memenuhi komitmen go green, Febriany mengungkapkan, Vale mendapati hasil kalkulasi penggunaan LNG bisa menurunkan net present value proyek sampai US$ 230 juta. Selain itu, rata-rata emisi karbon yang keluar dari pembakaran LNG adalah setengah dari hasil pembakaran batu bara. LNG dinilai cocok untuk menurunkan emisi di industri nikel yang memerlukan energi skala besar dan harus tersedia setiap waktu. "Kendati ada opsi energi lain yang lebih bersih, misalnya green hydrogen, saat ini kami belum memakainya karena pengembangan hidrogen butuh waktu,” kata Febriany.

Selain menjalankan PLTG, PT Vale Indonesia sebenarnya telah mengoperasikan tiga pembangkit listrik tenaga air berkapasitas 365 MW. Namun energi yang dihasilkan baru memenuhi 36 persen kebutuhan. Sebagian besar kebutuhan energi masih dipenuhi pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan minyak bumi. Saat ini 90 persen kebutuhan energi digunakan untuk aktivitas pabrik, sisanya buat aktivitas tambang.

KHAIRUL ANAM
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus