Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Banyak Buruh Tani Nganggur karena Musim Kemarau Panjang, Pemerintah Didesak Beri Subsidi

Kemarau panjang akibat El Nino memukul buruh tani yang kehilangan pekerjaan karena sawah garapannya yang kering. Pemerintah didesak membantu petani.

10 September 2023 | 13.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Purwakarta - Musim kemarau panjang akibat El Nino turut memukul buruh tani yang akhirnya kehilangan pekerjaan karena areal sawah garapannya yang kering. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ternyata banyak buruh tani yang kehilangan pekerjaan saat musim kemarau panjang ini. Jadi ini harus dipikirkan pemerintah," kata Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dedi Mulyadi, melalui sambungan telepon, di Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu, 9 September 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mantan Bupati Purwakarta itu mendesak agar pemerintah memberikan subsidi khusus kepada buruh tani yang kehilangan pekerjaan tersebut. "Permasalahan seperti itu harus dibereskan agar tidak terus berulang. Mudah-mudahan ada subsidi untuk buruh tani dalam menghadapi kekeringan panjang ini. Minimal mereka bisa diberi pekerjaan dalam bentuk kegiatan yang dibiayai negara,” katanya.

Dedi sebelumnya mendapat cerita dari buruh tani yang menganggur karena lahan garapan sawahnya kering. Sementara untuk menanam palawija dinilai cukup berisiko dan sulit dimaksimalkan karena serangan hama tikus.

Yang lebih parah, kata Dedi, para buruh tahun harus memperoleh uang dengan cara berutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal-hal yang dialami buruh tani ini merupakan potret nyata keadaan rakyat. Di saat yang sama buruh tani kehilangan pekerjaan, harga beras di pasaran melambung.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Zulkarnain, menyatakan informasi BMKG soal puncak musim kemarau pada September  ini memaksa petani harus menunda penanaman padi. Hal lain yang bisa dilakukan petani adalah menggantinya dengan tanaman lain untuk ditanam, khususnya yang tidak banyak membutuhkan air.

"Sementara ini datanya sudah ada empat hektare sawah yang mengalami kekeringan dan tujuh hektare berpotensi kekeringan," ucap Zulkarnain. Data sementara lahan pertanian yang mengalami kekeringan ini berada di Kelurahan Talang Benih, Kecamatan Curup. 

Pihaknya meminta agar petani menggunakan air dengan bijak terutama lahan pertanian dengan sistem termin. "Kita juga minta petani bersama dengan kelompoknya untuk melakukan gotong-royong melakukan pembersihan saluran irigasi agar airnya bisa mengalir."

Adapun areal persawahan di lokasi ini mengalami kekeringan akibat air irigasi menyusut serta banyaknya sampah yang menyumbat saluran irigasi. AKibatnya, air irigasi tidak bisa berfungsi dengan baik, dan mengakibatkan sawah di bagian hilir kekeringan.

Untuk membantu petani yang sawahnya kekeringan tersebut, Pemda telah menyiapkan brigade alat dan mesin pertanian (alsintan) berupa mesin pompa air. Brigade alat dan mesin pertanian ini bisa dipakai oleh kelompok tani, namun biaya operasionalnya untuk pembelian BBM dan pengoperasiannya ditanggung oleh masing-masing kelompok tani, karena pihaknya belum menyiapkan anggarannya.

Selanjutnya: Dia mengimbau kalangan petani...

Dia mengimbau kalangan petani padi di Kabupaten Rejang Lebong agar menunda penanaman padi, dan menggantinya dengan tanaman pangan lain yang tidak banyak membutuhkan air seperti jagung maupun umbi-umbian.

Adapun Gubernur Lampung Arinal Djunaidi memperkirakan musim kemarau memunculkan potensi kehilangan produksi gabah kering panen (GKP) di Lampung sekitar 1.954 ton. "Pertanaman padi di Lampung saat ini memang masih ada yang menanam, tapi ada juga yang terdampak kekeringan," tuturnya, Kamis lalu.

Dengan adanya kekeringan akibat fenomena iklim El Nino itu, produksi padi di daerahnya diprediksi hanya mencapai 1.954 ton gabah kering panen (GKP). "Prediksi kehilangan produksi gabah kering panen atas adanya dampak El Nino beberapa waktu ini adalah 1.954 ton, dari total produksi Lampung sebanyak 2,1 juta ton," ucapnya.

Lahan pertanaman padi yang terdampak kekeringan sampai dengan akhir Agustus 2023 total berjumlah 765 hektare dan 93 hektare yang mengalami puso. "Ini ada di beberapa daerah seperti di Kabupaten Lampung Barat yang terkena kekeringan ada 118 hektare dengan kehilangan produksi 168 ton, Lampung Selatan terkena kekeringan 205 hektare, yang puso 2 hektare sehingga kehilangan produksi 378 ton gabah kering panen," katanya.

Sementara itu, Selanjutnya di Kabupaten Lampung Timur lahan pertanian yang kekeringan ada 68 hektare dengan kehilangan produksi 93 ton GKP, Waykanan ada 45 hektare yang terkena kekeringan dengan gabah kering giling yang gagal panen sebanyak 58 ton, Tulang Bawang yang mengalami kekeringan ada 135 hektare dengan 85 hektare puso sehingga dampak gagal panen mencapai 884 ton GKP.

Lalu pada Kabupaten Pesawaran, sawah yang terkena kekeringan ada 120 hektare dan 5 hektare mengalami puso. Walhasil gagal panen mencapai 245 ton GKP.

Sementara di Pringsewu ada 49 hektare sawah yang kekeringan dan 1 hektare puso sehingga produksi padi hilang sebanyak 92 ton. Berikutnya, di Pesisir Barat ada 25 hektare kekeringan dan dampak gagal panen berjumlah 36 ton gabah kering panen.

Oleh karena itu, kata Arinal, pemerintah daerah telah meningkatkan kesiapan dalam penangan dampak El Nino dengan melakukan beberapa hal. "Seperti melakukan bimbingan dan pengawalan dalam percepatan tanam serta optimalisasi lahan tadah hujan," ucapnya.

ANTARA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus