Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Cerita Negosiasi Penjualan Saham Vale Indonesia

MIND ID membeli 14 persen saham Vale Indonesia. Jadi pemegang saham mayoritas, tapi tak memiliki kendali penuh.

3 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Mind Id membeli 14 persen saham Vale senilai Rp 4,69 triliun.

  • Vale Canada dan Sumitomo tak lagi memiliki perjanjian blocking vote.

  • Ada kekhawatiran investor akan hengkang dari proyek smelter Vale.

RUANG Ballroom 1 dan 2 Hotel Pullman Jakarta hening sesaat di tengah seremoni "Signing of Definitive Transaction Agreement for the Acquisition of PT Vale Indonesia Shares". Dalam acara pada Senin sore, 26 Februari 2024, itu, sekitar 100 pasang mata berfokus pada tiga sosok di atas panggung yang membungkuk untuk membubuhkan tanda tangan mereka di atas dokumen. Saat ketiganya bangkit, riuh tepuk tangan membahana. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketiganya adalah Chief Executive Officer Vale Base Metals Deshnee Naidoo, Presiden Direktur PT Mineral Industri Indonesia (Persero) Hendi Prio Santoso, dan Executive Officer Sumitomo Metal Mining Yusuke Niwa. Mereka baru saja meneken perjanjian akuisisi 14 persen saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) oleh PT Mineral Industri Indonesia, yang biasa disebut MIND ID. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hendi menyatakan MIND ID membeli saham itu senilai Rp 3.050 per lembar sehingga total dana yang harus mereka bayarkan sekitar Rp 4,69 triliun atau US$ 300 juta. Separuh dari porsi saham tersebut akan diakuisisi lewat penerbitan saham baru atau rights issue. Transaksinya bakal berlangsung pada Juni mendatang. "Sumber dana berasal dari kas dan sedikit pinjaman," katanya. 

Seremoni ini disaksikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, serta Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Hadir pula Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. 

Aktivitas di kawasan tambang nikel Vale di Sulawesi Selatan, Maret 2023. Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana

Luhut pun memerintahkan Kementerian Investasi mengurus perpanjangan izin operasi Vale Indonesia. Pelepasan saham merupakan syarat melanjutkan izin usaha Vale yang bakal habis pada Desember 2025. Namun Luhut menekankan agar Vale Indonesia menaruh perhatian lebih pada proyek penghiliran mineral. "Saya lihat program hilirisasi-nya masih jauh dari yang lain dan ini perlu ditindaklanjuti," ucapnya. 

CEO Vale Base Metals Deshnee Naidoo memastikan tiga proyek penghiliran Vale Indonesia terus berjalan. Bersama mitra, perusahaan itu sudah menganggarkan US$ 9 miliar atau Rp 141,3 triliun untuk mendirikan smelter nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan; Pomalaa, Sulawesi Tenggara; dan Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Momen di Hotel Pullman menandai babak akhir negosiasi panjang divestasi saham Vale Indonesia. Setelah kurang-lebih dua tahun tarik-menarik, MIND ID akhirnya menjadi penguasa saham terbesar Vale Indonesia dengan porsi 34 persen. Sedangkan Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining (SMM) memiliki 33,90 persen dan 11,50 persen.  

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan posisi mayoritas memungkinkan MIND ID ikut campur dalam kegiatan operasional Vale sehingga bisa mendorong percepatan proyek penghiliran. MIND ID juga mendapat hak menentukan direktur utama serta direktur sumber daya manusia. Khusus untuk pimpinan tertinggi, Erick memastikan Febriany Eddy, Direktur Utama Vale Indonesia saat ini, masih menduduki posisinya.

•••

NEGOSIASI babak akhir divestasi Vale Indonesia berlangsung alot. MIND ID awalnya menghendaki 20 persen saham dalam divestasi kali ini sehingga bisa memegang total 40 persen saham Vale Indonesia. Namun VCL dan SMM hanya bersedia melepas 11 persen. Bahkan saat kedua perusahaan itu melunak dengan menawarkan divestasi 14 persen pada 8 Mei 2023, MIND ID bergeming dengan kehendaknya. 

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, perusahaan tambang asing wajib melepas minimal 51 persen sahamnya kepada entitas lokal.

Jika merujuk pada ketentuan ini, penawaran divestasi 11 persen Vale sudah sesuai dengan aturan. Persoalannya, sebanyak 20 persen bagian pemerintah dimiliki publik dan ditengarai sudah dikuasai pihak asing sehingga niat pemerintah menjadikan MIND ID pemegang saham mayoritas tak tercapai.

Selain itu, kata seorang petinggi BUMN, MIND ID menginginkan status mayoritas lantaran ada perjanjian blocking vote antara VCL dan SMM. Kesepakatan tersebut mengikat SMM untuk berpihak kepada VCL jika ada pemungutan suara pemegang saham. Walhasil, mekanisme ini membuat dua perusahaan asing ini menguasai 39,3 persen kepemilikan alias tetap mayoritas. 

Padahal posisi mayoritas penting bagi MIND ID agar bisa mengendalikan operasi hingga keuangan Vale. Dari sisi operasi, MIND ID berniat mengembangkan pengolahan nikel Vale untuk melengkapi ekosistem industri baterai kendaraan listrik. Hak pengendalian juga memungkinkan MIND ID mengkonsolidasikan aset Vale dalam laporan keuangannya. 

Tapi, menurut pejabat tersebut, VCL enggan mengalah. Salah satu alasannya adalah VCL menginginkan standar tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG) Vale Indonesia merujuk pada acuan global. Sedangkan MIND ID, pejabat itu mengungkapkan, berencana memanfaatkan batu bara buat sumber energi smelter.

VCL juga keberatan terhadap permintaan MIND ID yang ingin menjadi pengendali penuh di Vale Indonesia. Seorang pejabat pemerintah yang mengetahui negosiasi tersebut menuturkan, VCL khawatir mitra investor dalam proyek smelter Vale seperti Ford, Volkswagen, dan Huayou akan hengkang jika MIND ID memegang kuasa mayoritas.

Titik terang muncul pada Juli 2023. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyebutkan divestasi saham kali ini sebesar 14 persen. Kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian induk divestasi pada 20 November 2023. Pada 16 Februari 2024, VCL, SMM, dan MIND ID pun sepakat menentukan harga jual saham dengan disaksikan antara lain oleh Arifin. 

Menurut seorang pejabat pemerintah yang mengikuti negosiasi ini, kesepakatan ketiganya adalah hasil penyesuaian sejumlah syarat dari setiap pihak. Pemerintah punya andil sebagai penengah dalam diskusi alot tersebut. Meski tak jadi mendapat tambahan 20 persen saham, MIND ID tetap bisa menjadi mayoritas lantaran ketentuan blocking vote antara VCL dan SMM tak lagi valid. 

Adapun dalam urusan manajemen, MIND ID diminta menahan keinginan memegang kontrol penuh setelah mempertimbangkan risiko kehilangan investor. Pemerintah juga mempertimbangkan kemampuan perusahaan holding itu mengambil alih kendali penuh. Sebagai gantinya, MIND ID bisa menentukan kursi pimpinan dan ikut memilih anggota direksi lain. 

Sedangkan Vale Indonesia mendapat keistimewaan seperti kepastian perpanjangan operasi setelah divestasi hingga terbebas dari ancaman penciutan lahan konsesi yang belum tergarap. Untuk diketahui, pada 2023, Dewan Perwakilan Rakyat bersama Gubernur Sulawesi Tengah, Gubernur Sulawesi Selatan, dan Gubernur Sulawesi Tenggara pernah mendesak pemerintah pusat mengambil alih tambang nikel Vale Indonesia yang terbengkalai. Sebab, dari 118 ribu hektare lahan konsesi Vale, hanya belasan ribu hektare yang tergarap. 

Ketika dimintai tanggapan tentang semua informasi tersebut, Arifin Tasrif tak menampik kabar bahwa ia ikut menjembatani diskusi divestasi ini. "Kami menengahi di antara dua keinginan. Kementerian Energi tugasnya membina supaya bisa memberdayakan sumber daya alam punya nilai ekonomi," ucapnya. 

MIND ID pun harus berpuas diri menjadi mayoritas tanpa memegang kendali penuh Vale Indonesia. Menurut Sekretaris Perusahaan MIND ID Heri Yusuf, keputusan tersebut dibuat lantaran pemerintah mengapresiasi rekam jejak Vale Indonesia dalam operasi penambangan. "Khususnya dalam menjaga aspek ESG," tuturnya.

Sedangkan manajemen Vale Base Metals mengkonfirmasi bahwa besaran divestasi kali ini, juga harganya, sudah sesuai dengan kesepakatan semua pihak, termasuk penghapusan perjanjian blocking vote. "Negosiasinya cair dan kami sangat puas dengan hasilnya," ujar Media Relations Manager Vale Base Metals Jess Lewis. 

Lewis mengatakan Vale Base Metals tak lagi mengoperasikan Vale Indonesia setelah transaksi divestasi rampung. Nantinya VCL punya hak menempatkan tiga komisaris. Lewis pun menepis kekhawatiran akan hengkangnya investor seusai perubahan pemegang saham Vale Indonesia. "Kami yakin investasi di Indonesia tetap menarik bagi investor dan mitra internasional kami," katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Akhir Tarik-Ulur Divestasi Vale"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus