Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Dampak El Niño pada Harga Pangan

Harga sejumlah bahan pangan terus melesat bersamaan. Ada upaya menyeimbangkan pasokan dan permintaan. 

20 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Harga daging dan telur ayam tak kunjung turun sejak Ramadan.

  • Pemerintah akan menggelontorkan bantuan pangan.

  • Peternak mengurangi pasokan demi memulihkan harga yang merosot.

MUKRONI mempertahankan harga lama meski warung tegal alias warteg Elang WK yang ia kelola di Bekasi, Jawa Barat, tengah menghadapi mahalnya bahan baku karena kenaikan harga pangan. Mukroni, yang juga menjabat Ketua Komunitas Warteg Nusantara, masih membanderol sepiring nasi, ayam goreng, sayur, dan air putih Rp 17 ribu. "Pelanggan warung kami tukang ojek, sopir angkutan umum. Kalau kami menaikkan harga, nanti tidak ada yang bisa beli," katanya pada Jumat, 18 Agustus lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Mukroni, pengelola warung makan menghadapi kenaikan harga sejak bulan puasa, April lalu. Mereka saat itu tak resah karena biasanya harga bahan makanan naik hanya hingga Lebaran dan kemudian turun lagi. Tapi tahun ini berbeda karena sampai sekarang harga aneka bahan makanan, seperti daging dan telur ayam, bumbu masakan, beras, serta sayuran, malah kian mahal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masalahnya, Mukroni menjelaskan, pelanggan warungnya kebanyakan dari kalangan berpendapatan rendah. Mau tidak mau langkah yang diambil Mukroni adalah mengurangi porsi agar pelanggannya bisa tetap membeli makanan dengan harga sama. Cara serupa, menurut dia, ditempuh kebanyakan pengusaha warung makan seperti dirinya. Pedagang mengurangi takaran nasi dan lauk agar bisa bertahan tanpa menaikkan harga jual.

Pada 20 April lalu atau dua hari sebelum Idul Fitri, harga sejumlah bahan pangan naik. Data panel harga pangan Badan Pangan Nasional menunjukkan harga beras medium naik 0,17 persen dari Rp 11.900 menjadi Rp 11.940 per kilogram. Demikian pula harga daging ayam ras, yang naik 2 persen menjadi Rp 36.930 per kilogram. Lonjakan harga ayam disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari perusahaan integrator. Perusahaan besar yang menguasai rantai pasok dari hulu ke hilir ini memotong anak ayam atau day old chicken (DOC) untuk mendongkrak harga. 

Deputy Head of Commercial Poultry Division PT Japfa Comfeed Achmad Dawami tak menampik kabar bahwa ada langkah pengurangan pasokan ayam ke pasar dengan memotong DOC. Sebab, dia mengungkapkan, di masa pandemi Covid-19, permintaan ayam drop. Padahal produksi tidak bisa disetop. “Produksi bahkan naik sehingga harga hancur dan terjadi kerugian,” tuturnya pada Kamis, 17 Agustus lalu. Menurut Dawami, langkah ini diambil hanya untuk menyeimbangkan pasokan dengan permintaan yang belum sepenuhnya pulih. “Sekarang sedang terjadi keseimbangan, harga sudah normal." 

Sementara itu, harga telur ayam ras naik dari Rp 29.010 menjadi sekitar Rp 31.000 per kilogram saat ini. Telur ayam sempat menjadi masalah saat harganya melonjak hingga menjadi Rp 40 ribu per kilogram pada Juli lalu, jauh di atas harga acuan penjualan yang dipatok pemerintah Rp 27 ribu per kilogram. Kenaikan harga telur, menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dipicu tingginya harga pakan. Harga jagung dan bahan pakan ternak lain meroket lantaran pasokan yang menipis. 

Aktivitas bongkar muat telur ayam dikawasan Cipinang, Jakarta, Juni 2023. Tempo/Tony Hartawan

Hal ini diakui oleh Suroto, peternak ayam petelur di Desa Suruhwadang, Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Menurut dia, jumlah produksi telur anjlok akibat cuaca panas dua bulan terakhir. Karena kondisi itu, produktivitas ayam petelur hanya 70-75 persen. “Ayam kelihatan sehat, tahunya produksi telur cuma 50-55 persen dari kondisi biasa,” ujarnya. “Pasokan jagung juga seret, yang dikirim ke peternak kualitasnya tidak terlalu bagus,” Suroto menambahkan.

Badan Pangan Nasional memperkirakan produksi jagung tahun ini mencapai 16,8 ton, sedikit di atas kebutuhan yang sebanyak 16,4 ton. Saat ini, menurut Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, peternakan masih punya stok jagung sehingga tidak ada impor. Dia mengatakan panen jagung berlangsung di beberapa wilayah dan rencana impor pakan ditahan sementara agar harga komoditas lokal terjaga.

Arief mengatakan kenaikan harga telur dan daging ayam saat ini disebabkan oleh biaya produksi yang meroket. Dia menyebutkan laporan keuangan sejumlah perusahaan integrator yang merah karena merugi. Di tengah kondisi tersebut, dia menambahkan, penurunan harga bakal membuat peternak dan integrator kerepotan. “Mau diturunin lagi terus peternaknya tidak ada, malah tidak ada yang memproduksi telur,” katanya pada Jumat, 18 Agustus lalu.


Artikel Terkait:


Untuk menyeimbangkan pasokan daging ayam dengan permintaan, Arief mengatakan, pemerintah menyiapkan skema agar tidak ada lagi pemotongan DOC lantaran kelebihan produksi. Menurut dia, karkas atau daging ayam yang sudah bersih bisa disimpan sebagai daging beku untuk menjadi cadangan pangan. “Kita punya daerah rentan gizi, stok daging beku itu bisa dikirimkan ke sana,” tuturnya.

Selain daging dan telur ayam, harga bawang putih dan cabai cukup tinggi. Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Abdullah Mansuri, tahun ini harga banyak bahan pangan naik, bahkan hingga ke titik tertinggi. Biasanya, dia menuturkan, hanya harga cabai merah dan bawang putih yang terus melesat. “Tapi sekarang telur, ayam, daging, beras, minyak, gula, naik bersamaan. Ini belum termasuk dampak El Niño,” ucapnya. 

Senin, 14 Agustus lalu, Abdullah dan anggota ikatannya menyambangi kantor Badan Pangan Nasional di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kepada Arief, Abdullah memaparkan beberapa kondisi di pasar. Ikatan Pedagang Pasar pun meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan harga patokan dan memperkuat petani serta peternak yang bakal menghadapi dampak El Niño. Bahkan Abdullah menyarankan disediakan subsidi untuk petani serta stimulus permodalan bagi pedagang. "Termasuk memberi akses langsung beberapa komoditas ke pasar sehingga pedagang dan konsumen bisa mendapat harga yang lebih murah.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Naik Massal Harga Pangan"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus