Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah investor asal Eropa masuk ke proyek smelter.
Vale Indonesia akan memulai proyek smelter terbesar.
Investor mengincar posisi dalam ekosistem industri kendaraan listrik.
VOLKSWAGEN menepati janjinya datang kembali ke Indonesia. Setelah sekitar dua tahun berdiskusi dengan pemerintah, perusahaan otomotif terbesar di Eropa itu datang dengan komitmen yang lebih nyata. Volkswagen, melalui Volkswagen PowerCo, menyatakan akan menjadi bagian dari rantai pasok baterai industri kendaraan listrik di Tanah Air dengan berinvestasi di industri pengolahan bijih nikel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana investasi itu diungkapkan Chief Executive Officer Volkswagen PowerCo Frank Blome dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Hotel Kastens Luisenhof, Hannover, Jerman, pada Ahad, 16 April lalu. PowerCo adalah perusahaan di bawah Volkswagen Group yang khusus menangani bisnis baterai kendaraan listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan Volkswagen PowerCo akan membangun ekosistem baterai mobil listrik di Indonesia. “Perusahaan ini akan bekerja sama dengan beberapa korporasi global dan nasional,” kata Bahlil seusai pertemuan. Volkswagen PowerCo, Bahlil menjelaskan, akan bekerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO); perusahaan pengolah nikel asal Cina, Zhejiang Huayou Cobalt Co; dan produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford Motor Co, untuk membangun smelter nikel di Blok Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan bisnis dengan tiga pemimpin perusahaan Eropa, BASF, Eramet, dan Volkswagen, di Hotel Kastens Luisenhoff, Hannover, Jerman, 16 April 2023. Presidenri.go.id
Selain bersemuka dengan Volkswagen PowerCo, saat itu Jokowi bertemu dengan petinggi BASF dan Eramet, dua perusahaan multinasional asal Eropa. BASF, produsen bahan kimia terbesar dunia asal Jerman, akan bekerja sama dengan Eramet, korporasi pertambangan asal Prancis yang telah belasan tahun beroperasi di Indonesia melalui saham partisipasi di PT Weda Bay Nickel, Halmahera, Maluku Utara.
BASF dan Eramet akan berkolaborasi membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) nikel di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek yang dinamai Sonic Bay tersebut akan dimulai akhir tahun ini. Bahlil mengatakan proyek smelter nikel ini juga akan melibatkan perusahaan nasional, seperti Kalla Group—perusahaan milik mantan wakil presiden Jusuf Kalla—serta PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Merdeka Copper Gold yang berdiri pada 2012 adalah perusahaan milik Garibaldi "Boy" Thohir, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, dan PT Provident Capital Indonesia (melalui PT Mitra Daya Mustika dan PT Suwarna Arta Mandiri) milik pengusaha Winato Kartono. Perusahaan ini mengoperasikan Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur; dan Tambang Tembaga Wetar di Pulau Wetar, Maluku Barat Daya.
Tren penggunaan energi hijau dunia mendorong Merdeka Copper Gold mendirikan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melalui akuisisi proyek dan pabrik peleburan nikel yang akan terhubung dengan pengembangan kawasan industri khusus nikel. Merdeka Battery Materials terdaftar sebagai emiten Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 18 April lalu. "Poinnya sama, ekosistem baterai mobil, tapi ada yang langsung investasi joint venture, ada yang menjamin suplai bahan baku,” tutur Bahlil.
•••
RENCANA penanaman modal di Indonesia terlontar lewat ucapan Chief Procurement Officer Volkswagen Jorg Teichmann saat ia berjumpa dengan Menteri Bahlil Lahadalia di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, tahun lalu. Foto pertemuan mereka diunggah di akun Instagram @bkpm_id pada 19 Juli 2022. Menurut Bahlil, Teichmann menyampaikan rencana perusahaannya membangun pabrik pengolahan nikel di Indonesia. Volkswagen akan kembali ke Indonesia untuk membahas rencana investasi tersebut.
Chief Procurement Officer Volkswagen Jorg Teichmann (kiri) dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia di Jakarta, Juli 2022. Instagram @bkpm_id
Rencana ini bak gayung bersambut karena pemerintah telah lama berupaya mendekati Volkswagen, BASF, dan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di rantai pasok industri baterai kendaraan listrik. Awalnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Bahlil berkunjung ke kantor pusat Volkswagen di Hannover pada 1 Desember 2019 didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno.
Para pejabat ini diterima oleh sejumlah petinggi Volkswagen yang dipimpin Dirk Große-Loheide, Board Member of Procurement Volkswagen. Saat itu Luhut dan para pejabat ini mengajak Volkswagen memproduksi mobil listrik di Indonesia. Luhut juga sempat bertanya mengapa Volkswagen tak memasarkan mobil listrik di Indonesia.
Para petinggi perusahaan itu mengungkapkan sejumlah persoalan, seperti minimnya infrastruktur pendukung. Maklum saja, stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU belum tersebar merata di Indonesia. Mendengar keluhan itu, Luhut mengatakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan PT Pertamina (Persero) terus mengembangkan SPKLU di Jakarta dan berbagai kota lain.
Pada hari yang sama, Volkswagen mengeluarkan keterangan tertulis di Jakarta yang menyatakan bahwa pengembangan mobil listrik adalah salah satu visi mereka di masa depan. "Fokus kami sekarang adalah mengembangkan mobil listrik, kami tidak terlalu berfokus pada mobil hibrida," ucap Große-Loheide. Sejak itulah Kementerian Investasi terus berkomunikasi dengan Volkswagen. Pada saat yang sama, pemerintah juga bernegosiasi dengan Tesla Inc, perusahaan otomotif dan produsen mobil listrik terbesar asal Amerika Serikat.
Bahlil pun kembali terbang ke Jerman dan bertemu dengan Chief Executive Officer Volkswagen Thomas Schmall-von Westerholt pada 8 Oktober 2021. Dalam pertemuan itu, Bahlil kembali membujuk Volkswagen, kali ini untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia. Bahlil menawari Volkswagen membuat prekursor katoda baterai kendaraan listrik di Indonesia. Bahan tersebut juga bagian dari rantai pasok bahan baku pabrik baterai dan kendaraan listrik mereka di seluruh dunia. Dia memberi iming-iming bahwa pemerintah akan memberi kemudahan bagi para investor. “Kami siap mendukung dan memfasilitasi penyediaan bahan baku melalui kerja sama dengan pengusaha lokal dan usaha mikro-kecil-menengah di Indonesia," kata Bahlil.
Sehari sebelum bertemu dengan bos Volkswagen, Bahlil bertandang ke markas BASF di Ludwigshafen. Selepas pertemuan itu, dia mengungkapkan bahwa BASF akan berinvestasi dalam industri smelter nikel dan kobalt yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. Bahlil juga berkunjung ke SEW EuroDrive, pengembang teknologi penggerak. Perusahaan ini memproduksi unit gigi, motor, motor listrik, dan teknologi inverter. Ia pun berupaya membawa perusahaan tersebut masuk ke Indonesia dengan janji kemudahan perizinan dan fasilitas area atau lokasi pembangunan pabrik.
Serangkaian lawatan muhibah ini baru menunjukkan hasil dua tahun kemudian, meski realisasinya masih belum terlihat.
•••
SAAT investor asing, terutama yang berasal dari Eropa, bersiap masuk ke proyek smelter, PT Vale Indonesia Tbk sudah melangkah. Perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh holding pertambangan milik negara, Mind Id, ini akan memulai pembangunan smelter raksasa di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Vale Indonesia memberi nama proyek ini "Indonesia Growth Project Morowali". Alat-alat berat telah siap. Persiapan konstruksi smelter dan kegiatan awal persiapan penambangan sedang berlangsung. Pada saat yang sama, Vale menggelar tahap prakualifikasi calon rekanan lokal dan rekrutmen karyawan besar-besaran. “Semua sedang berjalan,” juru bicara Vale Indonesia, Bayu Aji, mengungkapkan kepada Tempo pada Rabu, 12 April lalu.
Indonesia Growth Project adalah proyek penambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi dengan nilai investasi Rp 37,5 triliun. Aktivitas penambangan berada di Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali. Bijih nikel yang dihasilkan dari tambang ini akan diolah di smelter yang terletak di Desa Sambalagi, Morowali.
Fasilitas pengolahan bijih nikel ini memakai teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF) atau proses reduksi menggunakan tungku putar (rotary kiln) dan peleburan dalam tungku listrik (electric furnace). Hasil pengolahan fasilitas ini berupa feronikel (FeNi).
Indonesia Growth Project atau proyek Bahodopi di Kabupaten Morowali adalah satu dari tiga smelter besar yang sedang digarap Vale Indonesia. Dua lainnya adalah proyek Sorowako senilai US$ 2 miliar di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan; dan proyek Pomalaa di Kabupaten Kolaka senilai US$ 4,5 miliar.
Di Blok Pomalaa, Vale Indonesia berkongsi dengan Huayou dan Ford. Di sini pula Volkswagen akan bergabung. Proyek smelter dengan teknologi pengolahan high-pressure acid leach ini akan mengolah bijih nikel Vale Indonesia dari tambang Blok Pomalaa menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP). MHP adalah produk nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik.
Pabrik ini akan beroperasi di bawah PT Kolaka Nickel Indonesia. Kapasitas produksinya 120 ribu ton MHP per tahun. Persiapan awal proyek telah dijalankan dan konstruksi penuh diharapkan dimulai pada tahun ini. Vale Indonesia menargetkan pabrik pengolahan nikel ini rampung dibangun pada 2025 dan bisa beroperasi komersial setahun kemudian.
Adapun Indonesia Growth Project berada di bawah bendera PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia, perusahaan patungan antara Vale Indonesia dan beberapa mitranya. Bayu menjelaskan, pabrik RKEF Bahodopi merupakan hasil kerja sama Vale Indonesia dengan Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai). Peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek Bahodopi berlangsung pada 10 Februari lalu, dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Smelter ini pun masuk daftar proyek strategis nasional.
Smelter Bahodopi menjadi proyek pengembangan kedua Vale Indonesia yang telah berjalan setelah proyek Pomalaa yang diresmikan pada November 2022. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 73-80 ribu ton nikel dalam bentuk feronikel setiap tahun. Fasilitas ini akan dilengkapi pembangkit listrik tenaga gas sebagai kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek.
Vale Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon hingga 33 persen pada 2030. “Proyek Morowali adalah representasi komitmen kami untuk menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan dengan jejak karbon terendah,” ucap Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy dalam keterbukaan kepada Bursa Efek Indonesia pada Februari lalu.
Smelter RKEF Bahodopi akan menjadi pabrik dengan emisi karbon terendah kedua di Indonesia setelah pabrik Vale di Sorowako dengan target pengurangan emisi karbon hingga 2 juta ton per tahun. Angka itu paling rendah bila dibandingkan dengan emisi smelter yang memakai pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara seperti yang biasa beroperasi di Indonesia. “Karena kami akan menggunakan gas," kata juru bicara Vale Indonesia, Bayu Aji. Menurut Bayu, Vale Indonesia tengah berupaya mencari pasokan gas alam cair dan negosiasi sedang dilakukan dengan berbagai pihak.
Sama agresifnya dengan Vale Indonesia, Grup Volkswagen dan melalui Volkswagen PowerCo telah memilih berbagai negara untuk mengembangkan ekosistem industri baterai. Selain membangun smelter di Indonesia, perusahaan ini memilih Kanada sebagai lokasi pabrik sel baterai luar negeri pertamanya. Pabrik yang berlokasi di St. Thomas, Ontario, itu akan dibangun pada 2024 dan mulai memproduksi sel baterai pada 2027. Volkswagen berencana membangun enam pabrik. Konstruksi telah dimulai di Salzgitter, Jerman; dan Valencia, Spanyol. Adapun Kanada akan menjadi lokasi pabrik ketiganya.
Chief Executive Officer Volkswagen Thomas Schmall-von Westerholt menyatakan akan terus maju dengan strategi pengembangan kendaraan listrik yang ambisius. Volkswagen PowerCo akan membangun pabrik baterai terbesarnya di St. Thomas dengan kapasitas produksi tahunan hingga 90 gigawatt-jam pada fase ekspansi akhir. Nilai investasinya mencapai 4,8 miliar euro atau sekitar Rp 78 triliun hingga 2030. “Amerika Utara memainkan peran kunci dalam strategi global kami. Kawasan ini akan menjadi pilar kedua Volkswagen PowerCo selain Eropa,” tutur Schmall-von Westerholt.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak artikel ini terbit di bawah judul "Santer Berburu Proyek Smelter"