Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Penasihat Ekonomi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Raden Pardede mengungkapkan tren pertumbuhan ekonomi Cina akan terus menurun dalam satu dekade ini. Hal tersebut berdampak pada perekonomian global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi trennya pertumbuhan Tiongkok akan terus menurun dalam satu dekade ini," kata Raden dalam acara IFG International Conference di Jakarta pada Selasa, 19 September 2023. "Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi global juga pasti akan turun."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Raden, belum ada negara yang bisa menggantikan Cina sebagai negara yang berdampak tinggi. Bahkan, India juga dinilai belum bisa menggantikan posisi tersebut.
Dia lantas menjelaskan dampak pertumbuhan Cina terhadap negara-negara lain menurut kertas kerja Asian Development Bank (ADB) pada 2016-2020. Menurut Raden, setiap penurunan pertumbuhan Cina sebesar 1 persen bisa berdampak signifikan pada negara-negara lain.
"Maka kita paham bahwa dalam periode ini, kontribusi Tiongkok terhadap kontribusi perekonomian dunia itu sekitar 40-50 persen," beber Raden. "Dampak pada PDB-nya (produk domestik bruto dunia), setiap penurunan 1 persen pertumbuhan Cina adalah sekitar -0,42 persen."
Dampak penurunan 1 persen tersebut juga menyebabkan PDB Malaysia menurun sebesar -0,42 persen, Filipina -0,47 persen, Vietnam -0,35 persen, Singapura -0,34 persen, Indonesia -0,29 persen, dan Thailand -0,27 persen.
Paada kesempatan itu, Raden juga menganalogikan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina seperti perang antara Athena dan Sparta yang berlangsung hingga 40 tahun. Dia pun berharap, perang ekonomi dan teknologi antara AS dan Cina tidak selama itu.
Meski begitu, Raden menilai perang antara keduanya terus berlanjut. Dia memperkirakan ketagangan antara keduanya berlangsung 10-15 tahun.