Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

80 Persen Pasokan Susu untuk Konsumsi Berasal dari Impor, Budi Arie: Produksi Dalam Negeri Tak Cukup

Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menyatakan 80 persen pasokan bahan baku untuk memenuhi konsumsi susu di dalam negeri berasal dari impor.

11 November 2024 | 21.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi membeberkan 80 persen pasokan susu untuk memenuhi kebutuhan domestik merupakan susu impor. Menurut dia, hal itu disebabkan produksi susu dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan susu domestik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip data pemerintah, Budi Arie mengatakan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 juta ton dan 4.6 juta ton. Sedangkan data perdagangan eksisting menunjukkan konsumsi susu nasional pada 2022 dan 2023 sebesar 4,44 juta ton dan 3,7 juta ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton atau 20 persen, 80 persen sisanya impor,” kata Budi Arie dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Koperasi, Jakarta, Senin, 11 November 2024.

Saat ini jumlah koperasi produsen susu nasional mencapai 59 unit. Pada 2023, jumlah populasi sapi di koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor. Mereka menghasilkan susu sebesar 470 ribu ton. Sedangkan peternakan sapi modern dengan 32.000 ekor sapi mampu menghasilkan susu sebanyak 164 ribu ton. “Total sebesar 571 ribu ton,” kata Budi Arie.

Untuk menutupi kebutuhan itu, pemerintah mengimpor susu dari luar negeri. Importir terbesar di Indonesia saat ini adalah Selandia Baru dengan produksi susu sebesar 21,3 juta ton. Bersama Australia, Selandia Baru memanfaatkan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan Indonesia.

Perjanjian ini menghapuskan bea masuk pada produk susu sehingga membuat harga produk mereka setidaknya 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan harga eksportir produk susu global lainnya.

Kedekatan geografis Australia dan Selandia Baru dengan Indonesia juga dinai Budi Arie membuat harga produk susu mereka sangat kompetitif.

Sayangnya, industri pengolahan susu (IPS) mengimpor bukan dalam bentuk susu segar, melainkan berupa skim (susu bubuk). Padahal, menurut Budi Arie, kualitas susu skim secara di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan.

Budi Arie mengatakan, impor susu skim mengakibatkan harga susu segar menjadi lebih murah. Susu segar saat ini dipatok seharga Rp 7.000. Idealnya, harga susu segar bisa mencapai Rp 9.000. “Para peternak sapi perah mengalami kerugian,” kata Budi Arie.

Impor susu dinilai sejumlah kalangan membuat produksi susu dalam negeri tak terserap. Tak optimalnya penyerapan susu ini telah mendorong ratusan peternak sapi perah dan pengepul susu menggelar aksi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 9 November 2024. Melumuri badan mereka dengan susu, mereka memprotes atas pembatasan kuota penjualan susu ke pabrik atau IPS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus