Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Firma modal ventura atau venture capital (VC) yang mendanai perusahaan rintisan (startup) kini mengalihkan fokus operasi mereka ke Asia Tenggara ketimbang pasar Cina yang mulai sesak. Meski begitu, di Jakarta, firma-firma internasional itu kerap kalah langkah mendekati prospek yang paling cemerlang. Tak disangka-sangka, mereka kerap disalip perusahaan modal ventura lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perusahaan lokal Alpha JWC Ventures misalnya, berhasil menanam modal di beberapa unicorn Indonesia sejak awal, jauh lebih dulu dari perusahaan-perusahaan besar Silicon Valley atau pesaing mereka dari Cina, Tencent dan Alibaba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tengok saja Funding Societies. Semula Sequoia sudah siap menanam modal di perusahaan yang menjalankan platform pinjaman peer-to-peer untuk usaha kecil ini, sejak kedua pendirinya lulus dari Harvard Business School tiga tahun lalu.
Akan tetapi, Alpha JWC mendului mereka, menyuntikkan dana sebesar $1 juta untuk putaran awal. Baru-baru ini, SoftBank menginvestasikan $25 juta di perusahaan jasa keuangan berbasis teknologi (fintech) itu.
Pendiri Alpha JWC, Chandra Tjan dan Jefrey Joe, mengaku mereka mungkin tidak memiliki banyak dana tetapi menjadi perusahaan lokal merupakan sebuah keuntungan, baik dalam menemukan potensi maupun membantu pemula menavigasi tantangan awal startup mereka. Sedikitnya saingan di Indonesia juga membuat mereka tidak perlu modal sebanyak di negara lain.
“Uang tetap berperan,” kata Joe. Namun menurutnya, Indonesia masih kurang kompetitif dibandingkan negara lain dan untuk mendominasi pasar, ia tak perlu modal terlalu besar.
"Uang menjadi tidak relevan kalau kita tidak bisa dapat lisensi yang tepat. Menjadi perusahaan lokal menguntungkan kalau kita punya peraturan."
Hal yang sama juga dialami oleh pengusaha Prancis, Charles Guinot. Ketika awal menjalankan bisnisnya di Jakarta, Charles frustasi dengan urusan pajak. Saat ini, perusahaannya OnlinePajak banyak membantu pengusaha kecil sepertinya, untuk berurusan dengan otoritas pajak. Startup ini kini juga mendapat kucuran dana dari Sequoia dan Warburg Pincus yang berbasis di New York.
Dana perdana Alpha JWC berjumlah $50 juta dan kini tersebar di 23 perusahaan termasuk Funding Societies dan OnlinePajak. Beberapa startup ini belakangan berhasil menarik dana lanjutan dari investor global. Kini Alpha JWC telah mengumpulkan dana putaran kedua sebesar $100 juta, yang diluncurkan tahun lalu.
Sebelumnya, Tjan sudah berinvestasi di perusahaan e-commerce Tokopedia dan Traveloka, dua dari empat unicorn di negeri ini.
Jika dibandingkan dengan India, situasi di Indonesia cukup unik. Di sana, hampir setiap perusahaan baru mendapat dukungan dari firma modal ventura dari Amerika atau Cina. "Jika butuh modal, Anda tidak bisa mengendalikan nasib Anda sendiri," kata seorang investor terkemuka di dua pasar tersebut.
Sekilas, Indonesia memang tampak jauh tertinggal dengan pasar lain. Jumlah startup di sini jauh lebih sedikit dibanding negara tetangga. India misalnya, memiliki 20 kali lebih banyak startup. Sebagian besar investornya pun adalah firma asing yang jumlahnya juga 50 kali lebih banyak daripada di Indonesia. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data Alpha JWC, nilai total transaksi venturanya hanya sekitar $5 miliar tahun lalu.
"[Pasar di] Asia Tenggara kurang terjamah," kata seorang eksekutif senior di Sequoia Capital. "Tidak ada investor awal yang dapat membimbing dan mengucurkan modal untuk pengusaha muda."
Alpha JWC berharap kondisi ini akan berubah. "Indonesia sekarang berkembang luar biasa cepat," kata Joe.
FINANCIAL TIMES
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo