Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengimbau para investor untuk tidak terlalu agresif, mengingat di Tanah Air masih dalam euforia pemilihan umum (Pemilu).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, setidaknya dalam 30 hari ke depan masih akan ada ancaman social unrest atau kerusuhan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi mungkin bisa bersabar dulu, jangan terlalu agresif untuk 30 hari ke depan. Masih ada potensi terjadinya social unrest. Meskipun sangat tidak kami harapkan, tapi masih ada potensi untuk terjadi seperti itu," katanya di kantor Mirae Asset Sekuritas Indonesia pada Selasa, 20 Februari 2024.
Rangkaian Pemilu 2024 masih dalam proses penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sementara ini, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul dengan perolehan suara lebih dari 50 persen.
Per hari ini pukul 18.00, KPU telah menyelesaikan hasil perhitungan sebanyak 72,89 persen. Prabowo-Gibran mendapatkan perolehan suara lebih fari 58 persen sementara. Dalam bulan depan, hasil perhitungan keseluruhannya akan diumumkan ke publik. Namun, sejauh ini, banyak protes atas hasil perhitungan saat ini. Pasalnya, banyak indikasi kecurangan yang ditemukan di lapangan.
Menurut Robert, situasi seperti ini memang menjadi perhatian utama dalam bisnis investasi sekarang. Fakta ini, kata dia, memang tak dapat dipungkiri.
"Sebenarnya kami tidak mengharapkan terjadinya chaos, kekacauan, terkait dengan usaha beberapa pihak untuk melakukan gugatan (hasil Pemilu). Kami harapkan prosesnya itu damai-damai saja. Tapi kami tidak memungkiri bahwa itu masih jadi perhatian utama ke depan."
Nanti setelah hasil Pemilu secara resmi diumumkan, investor bisa lebih agresif lagi. Misalnya dalam menata ulang portofolio dan reakumulasi saham.
"Sesudah hasil itu bisa ditetapkan, menurut kami sudah bisa untuk kita lebih agresif lagi atau bisa menata ulang portofolio. Bisa reakumulasi kembali saham-saham yang sudah terkoreksi cukup dalam. Ya, tentu saja secara fundamental, ada perbaikan struktural kan," tutur dia.