Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Isar Gas tersangkut masalah utang-piutang dalam jual-beli gas dengan PGN.
Audit BPK menyebutkan transaksi dengan Isar Gas ini merugikan PGN hingga ratusan miliar rupiah.
Arso Sadewo dan Iswan Ibrahim berada dalam jajaran petinggi Isar Gas.
KANTOR PT Isar Gas di lantai 12 Plaza Asia, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, tampak lengang pada Kamis siang, 24 Agustus lalu. Hanya ada seorang pria di ruang resepsionis. “Bapak tidak ada di kantor,” ucap pria bernama Yahya itu saat Tempo meminta bertemu dengan Direktur Utama Isar Gas Iswan Ibrahim. Yahya tak memberi jawaban saat Tempo menanyakan pihak lain yang bisa ditemui siang itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama Isar Gas muncul dalam laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan terhadap pengelolaan pendapatan, belanja, dan investasi pada 2017 hingga semester I 2022 PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN. Laporan itu menyebutkan PGN memberikan uang muka kepada PT Inti Alasindo Energy, perusahaan yang terafiliasi dengan Isar Gas. Pembayaran uang muka untuk jual-beli gas itu, menurut BPK, tak didukung mitigasi risiko yang memadai sehingga menimbulkan potensi tak tertagih hingga US$ 14,194 juta atau sekitar Rp 217,2 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemberian uang muka itu berawal dari kesepakatan antara PGN dan perusahaan terafiliasi Isar Gas, yaitu PT Inti Alasindo Energy, PT Banten Inti Gasindo, dan PT Isar Aryaguna, pada 2 November 2017. Ada empat kesepakatan tentang perikatan perjanjian jual-beli gas yang bersumber dari Husky CNOOC Madura Ltd (HCML).
Inti Alasindo adalah perusahaan yang mendapat jatah dari lapangan yang dikelola HCML. Selain mengakuri jual-beli gas, PGN menyepakati rencana akuisisi saham grup Isar Gas serta klausul menjadikan PGN penyedia gas untuk semua afiliasi Isar Gas. Kesepakatan jual-beli gas ini disebut Proyek Libra.
Belakangan, kesepakatan ini gagal karena sejumlah persoalan. PGN seharusnya menerima kembali sebagian uang muka yang telah diberikan. Pembayaran itu kini mandek. Menurut laporan BPK, PGN kemudian menjadikan uang muka itu kerugian karena berpotensi tidak tertagih. Isar Gas dan perusahaan terafiliasinya tak dapat menuntaskan pengembalian uang muka hingga kontrak perjanjian jual-beli gas berakhir.
BPK menyebutkan uang muka yang berpotensi tak tertagih itu berawal dari persetujuan direksi PGN pada 2017 yang tidak mempertimbangkan mitigasi risiko. Dalam laporan BPK disebutkan Direktur Komersial PGN pada 2017 menyusun dan menyetujui rencana kerja sama serta pemberian uang muka kepada grup Isar Gas tanpa mempertimbangkan mitigasi risiko dan analisis untung-rugi serta tidak didukung jaminan yang memadai.
Untuk menyelesaikan urusan utang-piutang ini, Isar Gas pernah menawari PGN mengakuisisi sahamnya atau saham perusahaan yang terafiliasi. PGN juga bisa memanfaatkan infrastruktur jaringan pipa Isar Gas. Namun masalah ini kadung menjadi perkara yang diusut Komisi Pemberantasan Korupsi. Direktur Utama PGN Arief Handoko membenarkan kabar itu. Namun Arief tidak menjelaskan langkah penyelesaian yang akan diambil. “Masih dalam proses, karena ini sudah masuk ranah KPK. Kita tunggu saja hasil pemeriksaan KPK,” katanya pada Kamis, 24 Agustus lalu.
Arso Sadewo Tjokrosoebroto.. (sumber: Company Profile Isargas)
Berdasarkan penelusuran Tempo, Isar Gas adalah perusahaan yang sahamnya dikuasai PT Inti Alasindo dan PT Isar Aryaguna. PT Inti Alasindo adalah perusahaan yang didirikan Arso Sadewo Tjokrosoebroto pada 1993. Arso memulai bisnisnya sebagai pemasok peralatan untuk beberapa perusahaan minyak asing di Indonesia. Dia juga memiliki bisnis ekspor sepatu olahraga dan pakaian ke Eropa. Di industri otomotif, Arso dikenal sebagai pembalap mobil dan pemilik Auto Stage, showroom mobil mewah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam akta perusahaan PT Inti Alasindo, Arso menguasai saham mayoritas sebanyak 19.200 lembar. Sedangkan 4.800 lembar dipegang oleh Iswan Ibrahim yang menjadi komisaris di perusahaan tersebut. Iswan Ibrahim mulanya bergabung dengan anak perusahaan Isar Gas, PT Masula Agung Garbhamas, pada 1998. Pada 2007, Iswan diangkat sebagai Presiden Direktur Isar Gas.
Bangunan bekas showroom Mobil Auto Stage di Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 34, Jakarta, 23 Agustus 2023. Tempo/Subekti.
Mantan pejabat PT PGN menyebutkan Iswan lebih aktif di Isar Gas daripada Arso. “Dia (Arso Sadewo) tidak banyak tahu soal aksi perusahaan,” ucap sumber tersebut pada Rabu, 23 Agustus lalu. Sejumlah aksi korporasi Isar Gas, menurut salah satu pejabat aktif PGN, lebih banyak diketahui Iswan, termasuk transaksi jual-beli Isar Gas dengan PGN yang sedang diselidiki KPK.
Hubungan Arso dengan Iswan tak berhenti sebagai sesama pemilik saham Inti Alasindo. Keduanya juga tercatat sebagai komisaris utama dan komisaris serta penguasa saham PT Inti Alasindo Energy, yang berbisnis distribusi gas serta jasa pengangkutan gas melalui jaringan pipa. Informasi di situs web Isar Gas menyebutkan Inti Alasindo Energy didirikan Inti Alasindo pada 2006 sebagai entitas perdagangan gas di Jawa Timur dan menjadi salah satu pembeli pasokan gas dari lapangan yang dikelola HCML sejak 2007 untuk jangka waktu 20 tahun.
Nama Arso, Iswan, dan Isar Gas juga pernah muncul dalam proyek pembangunan pipa di Blok Rokan, Riau, yang digarap PT Pertamina Gas atau Pertagas, salah satu perusahaan yang terafiliasi dengan PT Pertamina (Persero). Dalam proyek tersebut, Isar Gas adalah calon mitra investasi Pertagas.
Di luar bisnis gas, nama Iswan muncul dalam persidangan Eni Maulani Saragih, Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat yang tersangkut kasus korupsi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Riau-1 pada 2019. Dalam sidang yang berlangsung di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada 8 Januari 2019, Iswan mengaku memberikan uang Rp 250 juta kepada Eni Saragih untuk membantu pencalonan suami Eni menjadi Bupati Temanggung, Jawa Tengah. “Beliau (Eni) meminta bantuan untuk memenangi pemilihan kepala daerah," tutur Iswan kepada jaksa KPK saat itu. (Baca: Pengakuan Eni Saragih dalam Korupsi PLTU Riau)
Wachid Hasim. (sumber: Company Profile Isargas)
Selain Iswan dan Arso, di tubuh Isar Gas ada nama Wachid Hasim yang duduk sebagai direktur utama. Wachid mulanya bergabung dengan PT Banten Inti Gasindo sebagai manajer proyek. Ia diangkat menjadi pejabat eksekutif Isar Gas pada 2013. Tiga tahun kemudian, Wachid menjabat komisaris Isar Gas sampai 2020, sebelum diangkat menjadi direktur utama.
Baik Arso, Iswan, maupun Wachid tak memberi respons apa pun terhadap sejumlah pertanyaan yang diajukan Tempo. Sekretaris Perusahaan Isar Gas Riri Sajid hanya menjawab singkat permohonan wawancara Tempo melalui pesan elektronik pada Kamis, 24 Agustus lalu. “Mohon maaf, untuk saat ini kami tidak dapat memberikan klarifikasi apa pun mengingat proses yang saat ini sedang berjalan,” ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Khairul Anam berkontirbusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Bisnis Gas Juragan Mobil "