Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bank kecil memiliki kontribusi dalam mendorong inklusi keuangan.
Peran intermediasi bank menengah-kecil cukup tinggi di daerah tertentu.
Ada beberapa strategi bagi bank kecil untuk bertahan dan menghadapi rezim bunga tinggi.
BESAR ataupun kecil skala bisnisnya, bank berperan penting membangun ekonomi bangsa. Dengan beragam produk dan layanan, pelaku industri perbankan nasional menjalankan fungsi intermediasi antara pemilik dana dan pihak yang membutuhkan dana sekaligus menjadi perantara penyedia layanan transaksi keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengelompokan bank umum dalam empat kelompok bank berdasarkan modal inti atau KBMI, selain menjadi ukuran untuk skala bisnis dan segmen nasabah, menjadi indikator tingkat efisiensi operasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat dapat melihat bank-bank besar atau yang berada di KBMI III dan IV memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi karena skala ekonomi. Sedangkan bank kecil di KBMI I dan II dengan modal inti minimal Rp 6 triliun menghadapi persoalan dalam mengakses sumber keuangan dan mengembangkan operasinya. Di sinilah kemudian muncul tantangan berbeda yang harus dihadapi oleh bank di kelas-kelas tersebut.
Saat ini bank-bank kelas menengah dan kecil menghadapi tantangan dalam mengakses sumber dana dan mengembangkan operasinya. Di Indonesia, bank yang berada di segmen ini menghadapi keterbatasan karena bergantung pada dana sendiri atau sumber informal untuk pembiayaan dengan akses terbatas ke pinjaman bank komersial. Padahal di negara-negara yang memprioritaskan pembangunan ekonomi, seluruh sistem perbankan sangat penting untuk mendorong arus kas, mempromosikan keberlanjutan keuangan, dan mengarahkan sumber daya secara efektif.
Stabilitas dan efisiensi sektor perbankan sangat penting untuk kesehatan ekonomi satu negara. Melalui pinjaman, investasi, dan fasilitasi perdagangan, bank berskala besar ataupun menengah dan kecil berkontribusi terhadap kesejahteraan, menjadikannya penting bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Bank kecil dengan skala ekonominya berperan membangun ekonomi bangsa di ruang lingkup tertentu. Peran pertama adalah tentang keterbatasan ruang lingkup tempat. Bank-bank kecil sangat efektif mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, terutama di daerah dengan kebutuhan pendanaan awal yang rendah dan alokasi kredit yang kecil. Bank di kelas ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan pendanaan di daerah yang memiliki akses keuangan terbatas sehingga merangsang kegiatan ekonomi di tingkat regional.
Peran kedua, bank kecil terbukti mampu memberikan dukungan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. UMKM juga sudah terbukti berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja serta mendorong inovasi dan pembangunan ekonomi regional.
Peran ketiga, bank kecil mampu melayani segmen yang kurang terlayani, seperti usaha kecil, petani, dan sektor yang tidak terorganisasi, dengan menyediakan layanan perbankan dasar kepada penduduk perdesaan dan semi-perkotaan sehingga memperluas akses keuangan.
Dari ketiga peran tersebut, setidaknya bank kecil menunjukkan kemampuan menjembatani kesenjangan individu dan bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan besar sehingga mendorong inklusi keuangan dan mendukung kemajuan ekonomi.
Ada beberapa fakta di berbagai negara yang menunjukkan besarnya peran bank kecil. Penelitian di Jerman menunjukkan bank-bank regional kecil memainkan peran penting dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi lokal, terutama di daerah dengan akses keuangan terbatas. Hal ini menunjukkan efektivitas bank kecil dalam mendorong pembangunan ekonomi. Demikian pula studi di Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan, dan India yang menunjukkan dampak positif pembangunan keuangan berbasis bank terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bank kecil di Indonesia secara mayoritas menghimpun dana dan menyalurkan kredit kepada UMKM. Peningkatan angka kredit UMKM berkorelasi dengan peningkatan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap produk domestik bruto. Bank kecil juga menyumbang 16 persen dari total pinjaman bank di Indonesia. Di sisi lain, hal ini tak lepas dari regulasi yang mendorong bank-bank kecil memenuhi porsi 20 persen dari distribusi kredit untuk UMKM.
Kini ada tantangan besar yang menghadang. Gejolak ekonomi dunia yang berdampak banyak, dari pelemahan kurs, peningkatan angka inflasi, hingga kenaikan suku bunga, menjadi persoalan yang dihadapi perbankan, terutama bank kecil yang secara umum melayani UMKM. Yang perlu dilihat lebih jauh adalah seberapa besar dampak kenaikan bunga acuan dan inflasi terhadap UMKM.
Kenaikan bunga acuan yang kemudian mendorong cost of fund atau kenaikan bunga pinjaman akan menyulitkan bank dalam melakukan ekspansi kredit karena calon debitor akan mengukur manfaat versus biaya yang dikeluarkan saat mencairkan pinjaman. Di sisi lain, tak bisa dimungkiri bahwa tarik-ulur kebijakan suku bunga mau tidak mau harus dilakukan untuk menahan laju pelemahan rupiah dan inflasi.
Dampak lainnya, bunga tinggi diharapkan menarik dana masyarakat. Kenaikan suku bunga bisa jadi berdampak positif pada likuiditas dalam jangka pendek. Namun, lagi-lagi, dalam jangka menengah-panjang, hal itu akan mempengaruhi cost of fund apabila bank mempertahankan net interest margin atau NIM masing-masing. Di sini tetap akan terjadi kenaikan bunga untuk pembiayaan.
Di tengah kondisi ini, bank dapat menerapkan strategi untuk melakukan perimbangan aset dan liabilitas. Dengan cara ini, bank dapat menjaga total cost of fund yang masih wajar untuk "dijual” dalam layanan pembiayaan. Selain itu, bank harus terus berkreasi untuk menggali dana murah melalui fitur transaksi trade atau pembayaran retail dan investasi, yang pada akhirnya bisa menghasilkan fee-based income.
Ada beberapa nasihat klasik bagi bank, terutama bank kecil, saat menghadapi rezim suku bunga tinggi. Yang bisa dilakukan antara lain bijak dalam menghimpun dana berbiaya tinggi dari masyarakat, mengoptimalkan monitoring dan penagihan kredit untuk menjaga kualitas kredit dan biaya pencadangan, serta menghindari eksposur kredit berbunga variabel. Strategi lain adalah mencermati kualitas setiap segmen pada portofolio aset pembiayaannya agar mampu menerapkan strategi yang tepat. Hal lain yang tak kalah penting adalah memperkuat manajemen risiko.
Dengan strategi tersebut, bank-bank berskala besar ataupun kecil bisa tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi. Di sisi lain, untuk memaksimalkan peran bank kecil dalam pembangunan ekonomi suatu negara, pembuat kebijakan harus berfokus pada upaya mempromosikan inklusi keuangan.
Bank kecil pun membutuhkan dukungan untuk menghadapi tantangan digitalisasi dan perkembangan teknologi yang kian pesat. Dukungan atas adopsi teknologi, kejelasan peraturan, dan akses modal dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan bank-bank kecil sekaligus memaksimalkan kekuatan tersembunyinya dalam membangun ekonomi bangsa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Arianto Muditomo adalah Direktur Utama PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional, Pengamat Perbankan dan Sistem Pembayaran. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Peran Besar Bank Kecil".