Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Respons Jokowi soal Penyebab Deflasi 5 Bulan Berturut-turut: Coba Dicek Betul

Presiden Jokowi akhirnya angkat suara terkait penyebab deflasi beruntun selama lima bulan

7 Oktober 2024 | 19.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menanggapi soal deflasi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sudah berlangsung beruntun selama lima bulan. Jokowi menekankan pentingnya memahami penyebab deflasi untuk memastikan kondisi perekonomian tetap stabil dan terkendali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Yang pertama, coba dicek betul deflasi itu penurunan harga-harga barang, karena pasokannya baik, distribusinya baik, transportasinya enggak ada hambatan atau memang ada daya beli yang berkurang,” kata Jokowi usai membuka Nusantara TNI Fun Run 2024 di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Minggu, 6 Oktober 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jokowi menegaskan bahwa deflasi dan inflasi, keduanya harus dikendalikan dengan baik untuk menjaga stabilitas harga agar tidak merugikan berbagai pihak, mulai dari produsen hingga konsumen. Menurut Jokowi, keseimbangan antara harga yang stabil dengan kemampuan produsen untuk menghasilkan barang sangatlah penting. 

“Apapun yang namanya deflasi maupun inflasi, dua-duanya memang harus dikendalikan, sehingga harga stabil, tidak merugikan produsen, bisa petani, nelayan, UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), pabrikan, tetapi juga dari sisi konsumen supaya harga juga tidak naik,” ucap Jokowi. 

Lebih lanjut, Presiden mengatakan inflasi tahunan (year on year) masih berada di level yang cukup baik, yaitu sekitar 1,8 persen. Namun, Jokowi mengingatkan supaya angka tersebut tidak terlalu rendah, sehingga tidak merugikan produsen, terutama petani dan sektor-sektor lain yang berhubungan dengan produksi. 

“Pengendalian itu yang diperlukan, keseimbangan itu yang diperlukan. Kita saat ini kalau terakhir inflasi year on year itu kira-kira 1,8 persen, baik, tetapi jangan sampai terlalu rendah juga, supaya produsen tidak dirugikan, supaya petani yang berproduksi tidak dirugikan,” ujar Jokowi. 

Presiden pun mengungkapkanmenjaga keseimbangan itu tidaklah mudah. Kendati demikian, pemerintah mengklaim akan terus berupaya untuk memastikan stabilitas harga yang berkelanjutan demi melindungi produsen dan konsumen di seluruh sektor perekonomian. 

“Menjaga keseimbangan itu yang tidak mudah, dan kita akan terus berusaha,” ujar Jokowi. 

Selanjutnya: Sebelumnya, BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024....

Sebelumnya, BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 adalah minus 0,12 persen (MtM). Angka itu sekaligus menunjukkan tren deflasi yang terus berlangsung selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan bahwa Indonesia juga pernah mengalami fase deflasi pada 1999 setelah krisis ekonomi Asia. Pada momen tersebut, deflasi terjadi selama tujuh bulan berturut-turut, yaitu Maret hingga September 1999.

“Indonesia pernah mengalami deflasi tujuh bulan berturut-turut selama Maret sampai September 1999 karena penurunan harga beberapa barang pada saat itu, setelah inflasi yang tinggi,” ucap Amalia di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Oktober 2024. 

Menurut dia, inflasi yang tinggi kala itu diakibatkan oleh depresiasi dari nilai tukar rupiah. Tekanan depresiasi yang menurun, lanjut dia, membuat harga-harga kembali ke kondisi semula. “Jadi, deflasi itu dibentuk karena adanya harga yang turun,” ujar Amalia. 

Dia menyebut, deflasi selama beberapa bulan berturut-turut juga sempat terjadi pada Januari 2008 hingga 2009 yang disebabkan oleh turunnya harga minyak dunia. Kemudian, selama masa pandemi Covid-19 pada 2020, deflasi juga berlangsung pada Juli hingga September 2020. 

Amalia menjelaskan, turunnya harga bahan pangan menjadi faktor utama penyebab deflasi beruntun pada 2024. Penurunan harga tersebut dialami oleh produk tanaman hortikultura, seperti cabai rawit, cabai merah, daun bawang, dan wortel, serta produk peternakan, seperti telur ayam ras dan daging ayam ras yang beberapa bulan sebelumnya mengalami peningkatan harga. 

Lebih lanjut, dia mengemukakan bahwa penurunan harga itu disebabkan oleh biaya produksi yang turun. “Karena biaya produksi turun, tentunya ini akan dicerminkan oleh harga di tingkat konsumen turun. Nah, inflasi maupun deflasi ini yang tertangkap di IHK,” kata Amalia. 

Oyuk Ivani S berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus