Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - BlackBerry Chief Security Officer, Alex Manea mengatakan, seiring perkembangan zaman, potensi hadirnya berita bohong atau hoax tak bisa dihindari. "Itu terjadi karena ada generation gap," katanya di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada Rabu, 6 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alex mengatakan, potensi datang dan tersebarnya hoax terjadi karena masyarakat tak ikut serta pada perubahan digital. "Edukasi pada golongan masyarakat generasi sebelumnya menjadi penting dalam menangani penyebaran hoax," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski upaya melawan penyebaran hoax sangat penting, Alex menyebutkan, ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu keamanan data. "Potensi pencurian data pribadi maupun yang lebih luas dengan membobol data korporasi."
Hal ini menjadi penting, kata Alex, terlebih ketika menyangkut data pribadi yang tersebar secara luas kepada masyarakat yang tak bertanggung jawab. "Potensi kerugian yang disebabkan akan mengganggu banyak sektor," ujarnya.
Alex mencontohkan, perusahaan Sony Pictures Entertainment pernah membatalkan rilis filmnya karena disebarluaskan oleh orang yang tak bertanggung jawab. "Pencurian data itu membuat banyak kerugian," katanya.
Dosen Filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Karlina Supeli, sebelumnya mengatakan kolektivitas bisa menjadi hal yang buas. Hoax dan disinformasi yang terjadi di era reformasi digital terjadi begitu saja dan didominasi tema-tema politik dan SARA.
“Orang-orang yang tidak dapat menerima fakta cenderung akan menciptakan fakta alternatif yang membentuk disinformasi," kata Karlina dalam Tempo Media Week 2017, yang digelar di Perpustakaan Nasional, Jumat, 24 November 2017 lalu.
Karlina menambahkan, informasi yang meluncur lewat Internet sulit dikontrol. "Media alternatif dulu menjadi ruang aktivis, sekarang menjadi tempat orang bisa ngomong apa saja," ujarnya dalam seminar Media dan Gemuruh Zaman Digital bertema “Tsunami Informasi, Hoax, & Perginya Akal Sehat.”
JENNY WIRAHADI | RR ARIYANI