Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Setahun Jokowi - Ma'ruf Amin, Ekonom Kritik Surplus Neraca Dagang dan Inflasi

Ekonom Indef menyoroti neraca dagang selama setahun Jokowi - Ma'ruf Amin memimpin.

21 Oktober 2020 | 08.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyoroti kondisi neraca dagang sepanjang setahun Jokowi - Ma’ruf Amin memimpin. Bhima mengatakan neraca perdagangan terus mengalami surplus yang semu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dalam lima bulan berturut-turut dari Mei sampai September 2020 terjadi surplus neraca dagang. Namun surplus ini semu,” tutur Bhima kepada Tempo, Selasa, 20 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bhima mengatakan surplus neraca perdagangan diakibatkan oleh kinerja impor yang mengalami kontraksi sebesar -18 persen. Berdasarkan rekam data Badan Pusat Statistik atau BPS, impor paling tajam turun untuk kelompok bahan baku dan barang modal lantaran adanya tekanan terhadap industri manufaktur selama pandemi Covid-19.

Selama setahun Jokowi - Ma'ruf Amin memimpin, impor barang konsumsi tertekan hingga -9,3 persen dari awal tahun 2020 hingga September. Di saat yang sama, kinerja ekspor mengalami penurunan signifikan sebesar -5,81 persen pada Januari hingga September 2020. “Jadi kinerja perdagangan masih perlu dikritisi,” tutur Bhima.

Bhima juga menyoroti indeks harga konsumen yang mengalami deflasi tiga kali berturut-turut. Deflasi pertama kali terjadi pada Juli, yakni sebesar 0,10 persen. Kemudian, pada Agustus, negara kembali mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Terakhir, pada September, IHK tercatat mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.

Deflasi berturut-turut ini menyebabkan angka inflasi inti atau core inflation berada di level yang sangat rendah, yaitu 1,86 persen per September 2020. Kondisi tersebut, kata Bhima, mengakibatkan harga jual barang tidak sesuai dengan ongkos produksi dari produsen.

“Bahkan tidak sedikit yang menawarkan harga diskon agar stok tahun sebelumnya bisa habis terjual,” ucap dia. Dalam jangka panjang, inflasi yang tetap rendah akan menyebabkan produsen rugi hingga mengancam operasional perusahaannya tutup.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya IHK sesuai yang dirilis BPS berada di posisi sangat rendah. Namun ia optimistis laju inflasi pada 2020 akan bertengger di level yang lebih stabil ketimbang tahun ini. “Insya Allah tahun depan terjaga di 3 persen,” ujar Perry, Senin, 19 Oktober lalu.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus