Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemerintah optimistis bisa mengejar pertumbuhan realisasi investasi hingga 30 persen.
Reformasi struktural yang dilakukan pemerintah diyakini bakal mendorong investasi tahun ini.
Investasi menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
JAKARTA – Pemerintah mematok target realisasi investasi sebesar Rp 1.200 triliun pada 2022. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada target tahun lalu yang sebesar Rp 900 triliun. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimistis target kenaikan investasi sebesar 30 persen itu bisa terealisasi dengan mengandalkan Undang-Undang Cipta Kerja dan berfokus pada investasi sektor hilir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya yakin (target itu tercapai) karena ada perubahan pola regulasi lewat UU Cipta Kerja, ditambah tingkat kebutuhan global terhadap sumber daya alam Indonesia, serta karena Presiden konsisten membangun penghiliran," kata Bahlil, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mengejar target itu, Bahlil memaparkan, pemerintah menyiapkan sejumlah strategi. Pertama, pemerintah bakal memaksimalkan potensi dari investasi yang telah mendapat perizinan dan fasilitas insentif. Setidaknya, kata dia, total insentif yang diberikan oleh pemerintah itu mencapai lebih dari Rp 2.000 triliun. "Ini yang akan jadi skala prioritas kami."
Kedua, pemerintah akan mendorong percepatan realisasi investasi sejumlah proyek yang sudah diluncurkan pada 2021. Investasi yang mulai dirilis tahun lalu didorong agar segera memulai konstruksi dan mempercepat periode pembangunannya. Sebagai contoh, pembangunan pabrik yang dijadwalkan berlangsung selama 36 bulan, akan didorong lebih cepat menjadi 30 bulan. Dengan demikian, angka realisasi investasi naik.
Strategi ketiga, kata Bahlil, pemerintah akan membentuk tim penggaet investor global agar mau masuk ke Indonesia. Keberadaan investor asing sangat dibutuhkan mengingat keuangan negara tak akan sanggup menopang target investasi hingga Rp 1.200 triliun. "Saya akan bentuk tim yang akan berkompetisi di beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab, Cina, Korea, Jepang, Eropa, dan Amerika," ujar dia.
Pekerja menyelesaikan pembangunan stasiun kereta cepat Indonesia-Cina di Halim, Jakarta, 4 November 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Adapun realisasi investasi Indonesia pada tahun lalu tercatat melampaui target Rp 900 triliun yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo. BKPM mencatat realisasi investasi sepanjang 2021 sebesar Rp 901,2 triliun. Jumlah itu juga lebih tinggi 104 persen dari target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Seiring dengan capaian tersebut, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai lebih dari 1,2 juta.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, menilai target realisasi investasi tahun ini terlalu tinggi. Pasalnya, kata dia, secara historis, Indonesia belum pernah mencapai peningkatan realisasi investasi hingga 30 persen dalam setahun. "Dalam lima tahun terakhir, peningkatan realisasi investasi Indonesia hanya sebesar 5-10 persen per tahun."
Namun, Shinta memberi catatan, rendahnya kenaikan realisasi investasi itu terjadi karena selama ini Indonesia tidak memiliki omnibus law. Kemudian pemerintah juga belum melakukan reformasi struktural sebesar Undang-Undang Cipta Kerja dan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Shinta menyatakan, pada tahun ini, kenaikan target realisasi investasi bisa tercapai karena sejumlah faktor lain. Misalnya, terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah G20. Kemudian, pada masa pandemi, Indonesia mampu memulihkan kepercayaan investor dengan cepat. "Jadi kami optimistis saja sambil bekerja keras untuk mencapai target tersebut, dengan menggunakan semua momentum dan peluang yang ada," kata Shinta kepada Tempo.
Adapun faktor-faktor yang diperkirakan menghambat pertumbuhan investasi, menurut Shinta, adalah situasi pandemi yang masih belum menentu. Ia memprediksi ada kecenderungan investor memilih bersikap "wait and see", menunggu tercapainya kekebalan komunal Covid-19 di Tanah Air. Penyebaran varian Omicron yang mulai meningkat juga membuat pengetatan aktivitas sosial kembali terjadi.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, melihat ada pola peningkatan pertumbuhan realisasi investasi. Pada 2020, pertumbuhan realisasi investasi hanya mencapai 2 persen, sedangkan tahun lalu peningkatannya mencapai 9 persen.
Kendati trennya terus positif, Yusuf berpendapat, mengejar target investasi di atas 30 persen bukanlah pekerjaan mudah. “Pemerintah perlu melanjutkan reformasi struktural yang sudah dijalankan. Pemberian insentif dan peningkatan koordinasi oleh Kementerian Investasi juga penting dilakukan agar target itu tercapai,” ujar Yusuf.
Ihwal realisasi investasi tahun lalu yang melebihi target, Yusuf menilai, hal itu terjadi berkat keberadaan sejumlah proyek infrastruktur yang tetap berjalan selama masa pandemi. Sektor industri pun tetap beroperasi meski sempat ada peningkatan angka kasus Covid-19. “Realisasi investasi berkontribusi positif terhadap proses pemulihan ekonomi. Seiring dengan meningkatnya investasi, pertumbuhan ekonomi juga bisa tetap terjaga berada di level positif.”
Ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan kenaikan investasi di Indonesia tahun lalu dipengaruhi peningkatan aktivitas ekonomi domestik dan kenaikan harga komoditas global. Sektor real estate dan pertambangan menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan investasi domestik yang mencapai 8,1 persen. Dua sektor itu masing-masing tumbuh 90,6 persen dan 85,5 persen.
"Pertumbuhan sektor real estate erat kaitannya dengan kenaikan daya beli masyarakat dan kebijakan akomodatif terkait dengan properti. Sementara itu, investasi di sektor pertambangan berkaitan erat dengan tren harga komoditas global," ujar Josua.
Investasi juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dibanding komponen produk domestik bruto lainnya. Secara kumulatif, pada triwulan III 2021, investasi menyumbang 1,12 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Angka itu lebih tinggi ketimbang konsumsi yang berkontribusi sebesar 0,81 persen dan net ekspor sebesar 0,89 persen. "Hal ini mengindikasikan bahwa, pada 2021, investasi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia."
Dengan asumsi aktivitas ekonomi yang akan terus meningkat pada tahun ini, ujar Josua, maka investasi akan mampu bertumbuh lebih cepat. Pertumbuhan investasi juga didukung adanya proyek pembangunan ibu kota negara (IKN). Dengan demikian, investasi domestik juga ikut naik.
Pada tahun ini, Josua memprediksi tren realisasi investasi akan bergeser pada sektor-sektor pengolahan karena memiliki nilai tambah lebih tinggi. Ia menilai investasi di sektor pertambangan akan cenderung melambat karena ada kemungkinan normalisasi harga komoditas.
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo