Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bocah suku Dani angkat tangan di desa Obia, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Suku Dani hidup secara tradisional di Lembah Baliem, yang terletak 1.600 meter di atas permukaan laut di jantung Pegunungan Cyclops. (Agung Parameswara/Getty Images)
Wanita suku Dani membakar ubi jalar di desa Obia, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Diperkirakan 250.000 anggota Suku Dani tinggal di wilayah tersebut. Pemukiman Dani biasanya terletak di tepi sungai dan lereng bukit lembah. (Agung Parameswara/Getty Images)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang-orang suku Dani memasak sayuran dan ubi jalar dengan menggunakan batu-batu panas, di desa Obia, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Rumah adat suku Dani disebut Honai, Eweai dan Leseai. Leseai adalah ruangan berbentuk persegi digunakan untuk pertemuan keluarga, memasak dan makan. (Agung Parameswara/Getty Images)
Bocah suku Dani duduk di pohon tumbang di desa Soroba, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Rumah Honai dan Eweai adalah tempat tidur berbentuk bundar tanpa ventilasi agar ruangan jadi panas, karena suhu pada malam hari sangat dingin. (Agung Parameswara/Getty Images)
Suku Dani memasak sayuran dan ubi jalar dengan cara tradisional di desa Obia, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Suku Dani dulu terkenal sebagai suku pemburu kepala karena mereka harus berjuang pertahankan wilayah mereka dari suku lain. (Agung Parameswara/Getty Images)
Suku Dani tunjukkan salah satu mumi tertua, berusia sekitar 368 tahun di desa Jiwika, Wamena, Papua, 9 Agustus 2014. Mereka sebagian besar petani dan pemburu, sambil berburu atau bekerja mereka akan menyanyikan lagu-lagu, disertai dengan alat musik Pikon. Suara Pikon juga berfungsi sebagai tanda teman atau musuh. (Agung Parameswara/Getty Images)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini